Semua Bab Temen Tapi Demen: Bab 21 - Bab 30
68 Bab
Temen Tapi Demen 15 A
TEMEN TAPI DEMEN 15    Oleh: Kenong Auliya Zhafira           Ketahuan sedang rindu karena kasmaran terkadang meninggalkan rasa malu. Malu karena godaan dari orang-orang terdekat. Soni memilih kabur untuk membersihkan diri lalu istirahat di kamar sembari melepas kangen dengan berbalas pesan. Ibu dan Bapak pun ikut masuk ke rumah dengan hati yang sangat puas telah membuat anak bujangnya merasa malu. "Bapak mandi dulu ya?" ucap Bapak sambil mengelus lengan Ibu. "Iya. Air panasnya sudah Ibu siapin," jawab Ibu sambil berjalan di belakang suami tercintanya. Ibu menuju ke kamar untuk mempersiapkan baju ganti, sedangkan Bapak menuju kamar mandi. Pas sekali Soni baru keluar, jadi bisa langsung gantian. "Inget pesan Bapak ya?" ucap
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 15 B
TEMEN TAPI DEMEN 15 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Shasa menatap tempat tidurnya. Ia baru sadar kalau baju yang sudah dicoba sebanyak itu. "Gini, Yah. Aku mau main ke rumah Soni. Katanya Ibunya ingin bertemu denganku. Makanya aku bingung mau pakai baju yang mana," jawab Shasa kemudian merapikan kembali baju yang berantakan. "Astaga ... tapi kan gak begitu juga, Sha. Soal cantik itu dilihat dari hati bukan dari fisik." Ayah menghampiri  Shasa yang masih menatapi tempat tidurnya. "Denger, Sayang ... bersikaplah seperti biasa. Bukankah selama ini ibunya Soni selalu memperlakukanmu dengan baik meski pakaianmu biasa saja? Itu berarti dia tidak memandang kamu itu cantik atau jelek." Ayah memberikan pengertian dengan lembut. Bahkan ikut membantu merapikan baju yang berantakan. "Ayah udah ketemu Ibu?" tanya Shasa setelah
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 16 A
TEMEN TAPI DEMEN 16 A    Oleh: Kenong Auliya Zhafira        Menikah terkadang bisa menjadi impian dan juga bisa menjadi momok yang menakutkan jika keadaan tidak mendukung. Soni merasa di tengah-tengah. Antara siap dan tidak siap. Akan tetapi yang namanya lelaki memang ditakdirkan selalu bertanggung jawab hingga akhir bagi wanitanya. Ia ingin menjadi pejantan tangguh yang selalu membuat Shasa bahagia. Melihat sepasang mata milik Shasa memberikan kekuatan tekad untuk keputusan apa yang ingin ia ambil.  "Masalah itu nanti saya bicarakan dulu sama Bapak, Om." Soni menjawab dengan penuh keyakinan. Karena untuk keputusan besar seperti ini harus dibicarakan dengan pihak keluarga. Orang tua Shasa pun terlihat menganggukkan kepalanya dengan jawaban Soni. Mereka yakin apa pun keputusan itu adalah yang terb
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 16 B
TEMEN TAPI DEMEN 16 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Pikiran yang tak menentu membuat kedua tangan Soni bergetar karena gerogi. Nampan yang berisi dua gelas teh menjadi bergoyang hingga menumpahkan sedikit isinya. Soni mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia melihat dua wanita itu tengah asyik tertawa dan sesekali tersenyum. Suara mereka pun terdengar cukup jelas dalam rungunya. Ia mencoba bertahan di samping pintu untuk menguping obrolan mereka berdua. "Sha, Tante punya sesuatu untukmu. Semoga suka ya?" ucap Tante lalu kedua tangannya membuka kotak yang terbuat dari kayu dengan ukiran antik di tiap sisinya. "Sesuatu apa, Tante?" tanya Shasa penasaran. Matanya tertuju benda apa yang bersembunyi  dalam kotak tersebut. Tante Niar membuka tutup kotak dengan pelan.  Hal itu se
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 17 A
TEMEN TAPI DEMEN 17 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira            Mendengar kabar yang begitu didamba secara mendadak akan selalu menimbulkan rasa tidak percaya. Berharap akan hal yang belum pasti itu rasanya sakit, seakan teriris sembilu. Shasa masih terdiam mendengar ucapan Om Hadi—bapaknya Soni. Tidak mungkin Soni akan melamar dirinya nanti malam, karena jadian saja baru tiga hari. Belum lagi pasti persiapannya belum ada sama sekali. "Tidak mungkin ... aku pasti salah tanggap," lirih Shasa. Bahkan ia menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk menyadarkan lamunannya. Soni heran melihat tingkah gadis yang sudah berhasil menawannya. Wajahnya tidak menyiratkan bahagia mendengar ucapan bapaknya. "Apa dia tidak suka kalau aku melamarnya sekarang?" pikirnya. Sang ibu yang sempat berpi
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 17 B
TEMEN TAPI DEMEN 17 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Bibirnya mengerucut karena hatinya yang sedikit tidak terima oleh ucapan prianya. "Iya, tapi kalau yang ini aku suka. Karena pemberian dari ibumu," jelas Shasa sambil mengusap gelangnya. Entah sudah yang keberapa kalinya. "Oh, jadi karena ini Shasa disuruh ke rumah," batinnya. Soni memberanikan diri meraih jemari milik Shasa. Menatap sejenak pergelangan tangan wanitanya yang sudah tersemat simbol kepemilikan. "Sha ...."  Panggilan Soni seketika membuat Shasa menatap ke wajah pria yang kini di depannya. Desiran aneh langsung menghampiri tanpa diundang sama sekali. Jantungnya mulai berdetak tidak beraturan. Rasa geroginya langsung naik ke level tertinggi karena namanya disebut. "Ya." Shasa menyahut singkat dan lembut. "Kamu
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 18 A
TEMEN TAPI DEMEN 18 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira        Mendengar hal yang berhubungan dengan mitos atau kabar yang dibuat menyerupai kebenaran bisa mendatangkan pikiran yang macam-macam. Padahal belum tentu itu akan terjadi. Bisa saja itu hanya sebuah kesalahan dalam ucapan. Namun bisa juga menjadi sebuah kebetulan. Soni masih terdiam mendengar ucapan Ibu yang berada di sebelahnya. Meski takut, ia mencoba berpikir positif. Karena hubungan yang ia jalin dengan Shasa bukanlah hubungan biasa. Ia yakin akan bisa dan mampu menangani setiap badai yang akan menerpa. Semisal itu benar akan ada kejadian yang terjadi, maka ia pastikan selalu siap dan bertahan sekaligus mencari solusi terbaik untuk kebahagiaannya sendiri.  Bukankah bahagia itu kita yang menciptakan? Soni hanya bisa berdoa agar s
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 18 B
TEMEN TAPI DEMEN 18 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Akan tetapi, Soni mulai berpikir kalau tindakan Bapak memang ada benarnya. Toh semua yang sengaja dirahasiakan lama-lama akan ketahuan juga. Jadi sudah tidak ada beban untuk hari ke depannya. "Assalamu'alaikum, Pak, Bu ...." Soni akhirnya memberanikan diri menyapa setelah suasana mulai damai. Dua manusia dewasa menjelang tua itu seketika saling melepaskan pelukan.  Malu, ketahuan mesra-mesraan di depan anak bujangnya. Ibu terlihat membenahi rambut dan pakaian yang sedikit berantakan karena keributan yang baru saja terjadi. Sedangkan Bapak terlihat canggung dan tidak berani menatap anaknya. "Bapak sama Ibu gak jawab salam dariku?" tanya Soni berpura-pura tidak tahu apa-apa. "Eh, em, Wa'alaikumsalam." Mereka menjawab bersama dengan canggung. Sun
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 18 C
TEMEN TAPI DEMEN 18 C  Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Di rumah, Shasa tak pernah berhenti tersenyum. Bibir tipisnya bahkan sering mendendangkan lagu favoritnya. Gelang di tangan pun tak pernah lepas dari pandang.  Ayah dan ibunya ikut merasa senang melihat anak gadisnya bisa bahagia. Tidak ada hal lain lagi yang paling berarti selain kebahagiaan anak. Godaan dan ledekan kini menjadi suguhan yang terasa begitu lezat di rungu Shasa. "Cie ... cie ... cie ... yang habis diajakin ketemu calon mertua," goda Ayah sambil senyum-senyum tak jelas. Sang ibu pun tidak mau kalah. "Iya, nih ... mentang-mentang dapat lampu hijau sampai lupa cerita sama Ibu," ledek Ibu. Shasa yang tengah duduk di sofa berbeda, menjadi mendekat ke tempat duduk mereka. Masih dengan senyum yang terus menempel di wajah seperti lem. 
Baca selengkapnya
Temen Tapi Demen 18 D
TEMEN TAPI DEMEN 18 D   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Jam tujuh malam, Soni sudah mulai bersiap untuk ke rumah calon mantennya. Senyumnya terus membentuk lesung pipi di kedua pipi. Dadanya melega tentang hal yang terjadi tadi siang bisa mendapat penyelasaian. Ketakutannya ternyata hanya berasal dari pikirannya. Dengan menggunakan baju batik dan celana jeans, ketampanannya semakin terpancar. Dua kali sudah ia berlenggak-lenggok berdiri di cermin. Soni tak lupa membawa cincin yang sudah dibeli. Setelah semuanya terlihat sempurna, ia keluar menuju ruang tamu. Mungkin Bapak dan Ibu sudah menunggu. Soni dapat melihat kegantengan bapaknya dari jauh. Memang benar, ia tampan karena menurun dari sang bapak. Ibu juga terlihat masih cantik meski usianya sudah hampir lima puluh. "Ganteng banget kamu, Son. Pakai baju begitu kaya beneran mau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status