All Chapters of Menikahi Dua Pria: Chapter 21 - Chapter 30
108 Chapters
Bab 21. Getaran Tak Biasa
"Hari yang melelahkan," ungkapnya sambil membuka pintu. Aira memasuki kamar yang disediakan khusus untuknya dan langsung merebahkan badan di atas sofa. Kakinya enggan berjalan menghampiri ranjang yang hanya berjarak tiga meter dari pintu. Satu per satu kejadian luar bisa berputar di dalam kepala. Pernikahan yang dipaksakan, pertemuannya dengan Hiro dan menghabiskan malam tanpa sengaja, hingga membawanya kepada misi aneh untuk menikahi dua pria. Rasanya, logikanya bebal, tidak bisa menerima apa yang ada. Namun, dia juga tidak bisa menolak keinginan suaminya yang pemaksa dan arogan. "Ayah, Ibu, inikah kebahagiaan yang kalian doakan untukku?" Bayang-bayang hari pernikahannya dengan Yamazaki Kenzo kembali terlintas. Semua tamu tersenyum melihatnya melangkah menuju altar. Gaun putih bertabur mutiara melekat di tubuh rampingnya. Di depan sana, seorang pria duduk di atas kursi roda. Tuxedo hitam tampak menambah pesona dan aura karismatik yang ada. "A
Read more
Bab 22. Rencana Terselubung
"Selamat pagi, Nona," sapa Kosuke membuat Aira terperanjat, terlihat dari bahunya yang berjengit sesaat. Dia baru saja menutup pintu di belakangnya, terusir dari kamar suaminya sendiri."Kamu mengagetkanku," keluhnya sambil mengerucutkan bibir. "Seperti hantu saja."Kosuke sedikit menaikkan sudut bibirnya sepersekian detik, merasa senang berhasil mengagetkan nonanya. Selama bekerja dengan Ken, tak pernah sekalipun dia bisa mengagetkan tuannya.Langkah kaki Aira terus berlanjut, bersiap menuruni tangga menuju dapur di bawah sana. Namun, gerakannya terhenti di anak tangga teratas. Tangannya mencengkeram besi berulir warna emas dengan ornamen bunga tulip di beberapa bagiannya."Ah, tunggu!" Seketika wanita dengan rambut hitam itu membalikkan badan, menatap asisten suaminya yang berdiri rapi dengan setelan pakaian kotak-kotak warna kelabu. "Apa yang terjadi semalam? Apa kamu melihatku tidur berjalan?"Senyum tipis di wajah Kosuke menghilang sempurna, b
Read more
Bab 23. Jangan Mimpi
"Kenapa lama sekali? Sengaja mengulur waktuku?" Kalimat ketus terdengar dari mulut Ken yang kini menatap tajam pada istrinya. Satu embusan napas terdengar dari hidung sebagai tanda kalau dia tidak senang. Dengan wajah masam, Aira menyajikan mangkuk nasi di atas meja. Bibirnya mengerucut, enggan meladeni permintaan Ken. Namun, dia juga tidak bisa berbuat banyak, takut kalau-kalau Ken marah dan semuanya jadi semakin runyam. Sudah menjadi SOP-nya untuk menyiapkan semua keperluan suaminya, termasuk masalah makanan. "Silakan," cetus Aira, menunjukkan senyum palsu dari bibirnya. Jika boleh memilih, tentu saja dia enggan berhadapan dengan suaminya. Dia masih tidak percaya tentang tidur berjalan semalam. Dan lagi, rasanya aneh. Kenapa Ken tidak membangunkannya? Apa mungkin pria itu menikmati saat dipeluk? Siapa yang menjamin kalau dia tidak mengambil keuntungan semalam? Berbagai pikiran bersahut-sahutan di dalam kepala Aira, membuat konsentrasi dan fokusnya terpecah detik it
Read more
Bab 24. Satu-Satunya Jalan Menyelamatkan Diri
"Kenapa kita harus menjalani hubungan seperti ini?" Aira menatap Hiro dengan pandangan nelangsa. Sejujurnya, dia tidak ingin terjebak dengan kedua pria ini. Terlebih, demi uang dia sampai mengorbankan Hiro yang tidak tahu apa-apa.Melihat wajah Aira yang begitu tertekan, Hiro segeda memeluknya. Dadanya yang bidang segera menyembunyikan wajah wanita berbadan mungil itu, tenggelam seluruhnya."Ayo keluar. Sepertinya kamu butuh udara segar!"Belum sempat Aira menjawab, tubuhnya lebih dulu melayang di udara. Hiro menggendongnya ke beranda dan mendudukkannya di atas kursi sofa yang ada di sana.Sepersekian detik Aira membenahi posisinya, termasuk menetralkan napasnya yang sempat tersekat. Jangan lupakan detak jantungnya yang sempat berhenti berdegup sementara. Bagaimanapun juga, dia bisa mencium parfum yang menempel di leher suami ke duanya."Dia pergi." Aira membuka percakapan, mengeratkan cengkeramannya pada ujung baju oversize yang dikenakannya. Tatapannya melangla
Read more
Bab 25. Liontin Bunga Tulip
Bel kembali berbunyi, menandakan kalau si pengantar barang tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Masih ada banyak pesanan yang harus sampai ke tangan costumer tepat waktu atau mereka akan mendapat komplain.Perlahan Aira membuka pintu di hadapannya. Awalnya dia hanya sekadar melongok, tidak benar-benar membukanya lebar-lebar. Itu yang disarankan untuk mengurangi tingkat kriminalitas di kota besar ini. Jika yang datang adalah penjahat ataupun semacamnya, setidaknya masih ada waktu untuk menutup pintu dan membatasi diri dengan mereka."Dengan Nona Aira?" Pria dengan pakaian serba merah itu mengkonfirmasi tuan rumah yang ditemuinya dengan membacakan alamat yang ada di ponselnya. Sudah menjadi standard operational procedure atau SOP bagi mereka, para kurir pengantar barang, untuk menanyakan identitas sebelum menyerahkan barangnya. Terlebih, benda di tangannya itu bernilai jutaan yen."Benar, saya sendiri.""Ada paket untuk Anda."Buru-buru wanita itu membuka pint
Read more
Bab 26. Let's Do It!
"Love?"Panggilan lirih dari Hiro berhasil membuat Aira mengangkat wajahnya. Bekas air mata masih tampak membasahi pipinya, baru terhapus setelah Hiro menyeka dengan ibu jari yang terasa begitu hangat.Senyum yang terukir di wajah tampan pria ini berhasil menyita atensi Aira. Meski sedu sedan tangisnya masih tersisa satu dua. Namun, kehadiran Hiro yang terus memeluknya selama menangis tadi, seolah memberikan kekuatan yang amat sangat berarti."Sudah merasa lebih baik?" Hiro kembali bersuara, bertanya dengan nada lembut. Satu tangannya naik, mengusap puncak kepala wanita yang amat sangat disayanginya, sedangkan tangan lain masih bersemayam di wajah sebelah kanan Aira. Tetap mengelusnya.Aira mengangguk lemah, sudah bisa mengendalikan perasaannya.Perlahan namun pasti, Hiro membimbing Aira untuk meninggalkan lantai tempatnya bersimpuh. Mereka duduk di atas kursi sofa yang ada di ruang tengah, menghadap televisi layar datar berukuran super besar yang kini tampak gelap seluruhnya.Hingga
Read more
Bab 27. Hanya Sementara
"Selamat malam, Love," sapa Hiro begitu melihat wanita di hadapannya membuka mata.Mengerjap dua kali, Aira berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Lampu berbentuk lingkaran yang tertanam di atas sana begitu menyilaukan. Mau tak mau dia harus memejamkan matanya lagi, mengambil napas dalam setelahnya. Aroma lavender terasa menenangkan, membuatnya nyaman."Ah, tunggu sebentar."Tanpa diminta, Hiro bergegas meraih remote di atas laci dan menekan salah satu tombol mungil yang ada di sana. Detik berikutnya, lampu neon padam dan membuat Aira bisa membuka matanya lebih lebar.Dibandingkan Ken yang suka memerintah, tentu saja Hiro amat sangat berbeda. Pria ini lebih pengertian, juga bisa memperlakukan wanita layaknya manusia. Perlahan, Aira semakin jatuh hati pada semua perhatian suami keduanya. Dia luluh melihat senyumnya yang tulus."Maaf membuatmu kelelahan." Sebuah kecupan mendarat di kening Aira, membuat matanya terbuka sempurna."Apa kau lapar?"Aira tak menjawab, menatap pria
Read more
Bab 28. Dokter Menyebalkan
"Senang membuat orang lain khawatir, heh?!" pertanyaan ketus segera terdengar begitu Aira membuka kelopak mata. Penglihatannya masih agak buram, juga kepala yang terasa berat.Aroma cairan antiseptik tercium samar, membuatnya segera tahu di mana dirinya berada. Dinding putih bersih dengan tiang infus di sebelah kanan tubuhnya mengonfirmasikan dugaannya. Ah, tentu dirinya ada di rumah sakit. Dia kehilangan kesadaran setelah menghubungi Kosuke, asisten pribadi suaminya.Aira mengambil napas dalam-dalam sebelum coba membuka mata untuk ke dua kalinya. Sosok pria duduk di atas kursi roda menjadi satu-satunya manusia yang tertangkap indra penglihatannya. Tidak ada dokter, perawat, ataupun yang lainnya. Termasuk tidak terlihat sosok pria yang dengan ramah mematikan lampu utama ruangan saat dia merasa silau.Gerakan kepala Aira yang menoleh ke kanan kiri tentu saja tertangkap oleh mata Hiro. Sebuah senyum miring terukir di separuh wajah. Sisanya masih tersembunyi topeng hitam yang menambah ke
Read more
Bab 29. Luka Bakar Bohong-Bohongan
“Ayolah, Ken. Berhenti bermain-main. Aku tahu kamu ingin melihat kesungguhan istrimu, tapi bukan berarti dengan menindasnya semacam itu. Kondisi fisiknya berbeda dengan wanita lain. Dia sedikit lebih lemah.” Suara Kaori terdengar tidak sabaran, menatap pria yang sedang merokok di depan jendela.Ken menghela napas, coba mengendalikan emosi. Kursi roda miliknya teronggok di samping pintu, ditinggalkan begitu saja sejak beberapa menit lalu. Ah, tepatnya dihempaskan sedemikian rupa setelah sampai di ruangan pribadi milik Kaori. Tidak akan ada yang berani masuk ke sana kecuali pemiliknya sendiri. Salah satu fasilitas yang disiapkan untuk dokter yang bekerja di rumah sakit ini.Ingatan Kaori kembali ke belakang, tepatnya saat dia masih ada di ruang perawatan Aira. Tentu saja dengan Ken yang pura-pura lumpuh di atas kursi berjalannya. Dia masih menepuk-nepuk punggung Aira, merasa bersalah membuat wanita itu sampai terbatuk-batuk. Tersedak oleh air mineral yang diminumnya.“Apa pertanyaanku m
Read more
Bab 30. Misi Tersembunyi Ken dan Kaori
“Ai-chan, bagaimana keadaanmu?” Hirota masuk ke dalam ruang perawatan dengan wajah khawatir. Tiga puluh menit lalu, Kosuke menghubunginya dan mengatakan apa yang terjadi dengan putri angkat kesayangannya.“Kau baik-baik saja, Sayang?” Sebuah kecupan mendarat di kening Aira. Hal yang sama juga dilakukan oleh Asami, istrinya.“Maaf karena kami baru bisa menjengukmu, Nak.”Aira tersenyum, merasa begitu beruntung memiliki keluarga seperti mereka. Meskipun tidak memiliki hubungan darah, tapi mereka tetap menyayanginya seperti putri sendiri. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Sakura, kakak angkatnya, merasa kalau Aira lebih disayang oleh ayah ibu mereka.“Aku baik, Ayah, Ibu. Maaf sudah membuat kalian cemas.”Asami kembali memeluk putrinya, memerhatikan wajah bulat Aira yang masih tampak sedikit pucat. Hari ke tiga dirawat di rumah sakit setelah pingsan malam itu.“Aku akan menemui dokter, kau t
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status