All Chapters of Ditikam Cinta: Chapter 31 - Chapter 40
105 Chapters
Benih Cinta Tumbuh
Aarav keluar dari kamar Bora sambil membawa Parfum, sontak Aarav terdiam saat melihat Ika yang sudah pulang. Ika terdiam saat melihat Aarav ada dirumah mereka. Ika berdiri dan menatap kearah Aarav “Om Hot Ada disini.” Ujar Ika, lalu Ika langsung menatap kearah Bora“Bisa kau jelaskan kenapa Om Hot ada disini?” Tanya Ika“Hei dia punya nama, Namanya Pak Ade.” Ujar Bora“Ahhh kau sudah pulang.” Ujar Aarav yang berjalan kearah Bora dan memberikan Bora Parfumnya.“Maaf jika aku datang kesini, tadi rencananya aku ingin memberikan lilin takut kalian tidak ada lilin, dan saat saya sudah sampai didepan rumah saya mendengar ada suara jatuh dan suara Bora yang teriak. Lalu saya berinisiatif mendobrak pintu dan melihat Bora sudah jatuh tersungkur di lantai.” Ujar Aarav“Jatuh?” Tanya Ika, lalu Ika menatap kearah Bora“Benar, Aku tidak menyadari ada anak tangga disini.”
Read more
Tidak memandang Kasta
Vian terdiam dan ia langsung tersadar dan berjalan ke sisi lain kemudian mereka pergi dari sana. Dalam perjalanan Wina terus menatap kearah luar jendela, dimana Wina membuka Kaca Jendela dan menghirup udara malam kota jakarta. Vian hanya melirik kearah Wina sambil menyetir mobil, “Kenapa anda memilih duduk didepan, biasanya anda selalu duduk dibelakang?” Tanya Vian“Mulai saat ini aku tidak akan duduk di belakang.” Ujar Wina, Vian terdiam saat Wina mengatakan hal itu.Wina menatap kearah Vian yang saat itu sedang mengemudikan mobilnya. “Mulai hari ini dan selamanya aku akan duduk didepan berdampingan denganmu.” Ujar Wina dengan tegas yang membuat Vian terdiam dan menatap kearah Wina yang berada di sampingnya.“Jika aku boleh tahu, kenapa kau memilih duduk di depan?” Tanya Vian“Aku adalah supir mu dan kau adalah majikanku. Bagaimana majikan bisa duduk setara dengan Supir.” Ujar Vian&ldquo
Read more
Memulai Debut Kembali
“Wina, ayah tidak suka jika kau tidak punya sopan santunmu. Saat itu kau pergi di tengah makan malam keluarga, itu tidak baik dan tidak beradab.” Ujar JosepWina meletakan piringnya dan menatap kearah Josep. “Tidak baik dan tidak beradab?” Tanya WinaLalu Wina menatap kearah Josep, “Bagaimana dengan ayah, apa sikap ayah sudah beradab?” Tanya Wina yang membuat Tira dan Clea tercengang.“Hei Wina.” Ujar Tira yang menatap kearah Wina.“Apa ayah sudah menyadari bahwa tindakan ayah juga tidak baik dalam acara makan malam kemarin.” Ujar Wina, Josep hanya terdiam dan menatap kearah Wina yang berada di hadapannya.“Apa katamu.” Ujar Josep, Clea langsung berjalan kearah Wina dan memegang lengan Wina.“Ahhh sayang sudahlah saat ini Wina sedang stress memikirkan ujian akhirnya, kau tahu sebentar lagi Wina akan menghadapi skripsi.” Ujar Clea“Sayang sebaikny
Read more
Gengsi
Setelah selesai melukis Ia langsung merobek buku gambar tersebut dan memberikannya kepada Bela. “Apa ini.” Ujar Bela yang tidak mengerti maksud Aarav memberikan hasil lukisannya kepadanya.“Itu adalah tanda terima aku untuk awal debutku lagi.” Ujar Aarav, Bela terdiam saat Aarav mengatakan awal debutnya.“Aku sudah memutuskan untuk memulai debutku dari seniman jalanan.” Ujar Aarav“Karena Kontrak dengan Agencymu sudah mau habis maka dari itu dengan lukisan ini aku akan memperanjang kontrak kerjasama ku dengan mu Bela.” Ujar Aarav yang menatap kearah Bela, saat itu Bela hanya terdiam sambil menatap kearah Aarav yang sedang duduk disebelahnya.“HUH.” Ujar BelaLalu Aarav mengubah posisi duduknya dan menatap kearah Bela. “Bukankah kontraku dengan agencymu sudah lama habis, dan aku juga sudah terlalu banyak hutang kepadamu. Maka dari itu aku akan memulai debutku kembali dan akan membayar
Read more
Membual
“Dia menghubungiku dan mengataka bahwa dia tidak mau bekerjasama denganku.” Ujar ElardBora terdiam saat Elard mengatakan bahwa Aarav tidak mau bekerjasama dengannya. “Dan kau tahu apa yang dia katakana, dia tidak akan kembali menjadi seniman lukis profesional, tapi dia ingin menjadi pelukis jalanan.” Ujar Elard, Bora terdiam saat Elard mengatakan keinginan Aarav.“Ahhhh kau tanang saja, aku dan tuan Aarav sudah sedikit lebih dekat. Jadi, jadi aku akan mengatakan kepadanya dan membujuknya.” Ujar Bora“Waktumu sudah mau habis loh Bora, Ini sudah hampir 1 bulan.” Ujar Elard“Dan dari apa yang aku dengar dan aku juga merasakan di setiap kata demi kata yang ia ucapkan saat dia berbicara denganku, dia benar benar berpendirian sangat teguh.” Ujar Elard“Bagaimana kau akan membuju dia, nona Bela saja tidak bisa merubah pendiriannya.” Ujar Elard. Bora terdiam sejenak. Setelah mendengar
Read more
Menikmati Makanan
Vian dan Wina telah selesai sarapan di sebuah warung di pinggir jalan, Saat itu Vian terdiam saat Wina sudah menghabiskan 3 bungkus nasi lemak dengan sate kerang. Wina sangat menikmati makanan yang di suguhkan disana. Vian yang saat itu sedang meminum teh manis hanya terdiam saat melihat untuk pertama kalinya wina begitu lahap dengan makanan pinggir jalan. 2 jam sebelumnya, Vian mengajak Wina ke salah satu warung makan di pinggir jalan. “Baiklah Kita sudah sampai.” Ujar Vian, Wina membuka helmnya dan meihat warung makan yang ada di hadapannya. “Kita akan makan disini?” Tanya Wina“Hmmm Ini tempat langganan aku Sarapan.” Ujar VianWina melihat sekitar Warung yang sangat tidak sehat dan ditambah letak warung tersebut berada di pinggir jalan yang banyak sekali polusi atau asap yang lalu lalang disana. “Ahhhh Vian, tidak bisakah kau mencari sarapan yang tertutup dan sedikit sehat?” Tanya Wina“Ada apa dengan waru
Read more
Membujuk
Wina terdiam dan menatap kearah Vian. “Aku melihat Nona untuk pertama kalinya makan dengan tulus dan menikmati makanan itu dengan sepenuh hati.” Ujar Vian“Meski makanan ini hanya sederhana, namun di mata anda makanan ini sangat berarti. Buktinya saja anda sampai nambah seperti itu sudah memperlihatkan bahwa makanan yang anda makan ini merupakan juara dari berbagai makanan yang pernah anda makan sebelumnya.” Ujar Vian yang menatap kearah Wina yang duduk dihadapannya.“Kau ini terlalu berlebihan.” Ujar Wina, lalu Wina ingin minum namun minumannya sudah habis. “Ahhh minumku habis lagi.” Ujar WinaLalu Vian memberikan minumannya, “Ini minum punyaku tapi ini teh tawar ya.” Ujar Vian, Wina akhirnya mengambil minuman Vian dan meminumnya.“Ayo kita berangkat.” Ujar Wina, yang setelah minum ia langsung pergi dari sana. Vian yang melihat hal itu hanya terdiam dan tersenyum sendiri. Sementara i
Read more
Hadiah Yang Berkesan
Saat yang bersamaan Aarav mengambil ponselnya dan mencari nomor Bora kemudian ia menghubunginya. Ponsel Bora berbunyi, saat Bora melihat Siapa yang menghubunginya ia hanya terdiam dan tidak menyangka bahwa mengapa Moment saat ia hendak mengirimi pesan kepada Aarav dan ternyata Aarav pun menghubunginya disaat itu juga. Lalu Bora akhirnya mengangkat Panggilan Dari Aarav. “Halo.” Ujar Bora“Apa Aku menganggu mu?” tanya Aarav“Ahhh tidak, kau tidak mengangguku sama sekali. Justru kau menghubungiku disaat yang tepat.” Ujar Bora, lalu Seketika Bora menutup mulutnya saat ia keceplosan bahwa Aarav menghubunginya di saat yang tepat. Aarav tersenyum saat Bora mengatakan hal tersebut.“Benarkah, syukurlah jika aku menghubungimu di saat yang tepat.” Ujar AaravBora langsung terdiam saat Aarav mengatakan hal tersebut, “Kau sedang apa?” Tanya BoraAarav terdiam dan ia memandangi Lukisan yang baru saja i
Read more
Membanding Mandingkan
“Owen.” Ujar ElardOwen berhenti melangkah dan ia menoleh kearah Seorang yang memanggil namanya dengan lantang. Owen terdiam saat Elard berdiri di sana “Elard.” Ujar Owen.Elard berjalan perlahan kearah Owen yang hanya berdiri disana sambil memandangi Elard. Elard berdiri dihadapan Owen “Kenapa kau ada disini?” Tanya Owen“Beginikah kau diluar kantor dan Di luar rumah kakak.” Ujar Elard sambil menatap tajam kearah Owen yang ada di hadapannya. Lalu Owen langsung menrik Elard untuk bicara di tempat yang lebih sepi supaya tidak ada yang melihat mereka. Elard melepaskan tagan Owen “Ini tidak seperti yang kau lihat, Dia adalah Asistenku.” Ujar Owen“Ohhh Asisten?” ujar Elard“Benar dia hanya asisten.” Ujar Owen“Jika dia hanya sekedar Asistenmu, lantas kenapa kau merangkul pingangnya didepan umum?” Tanya Elard“Merangkul, Merangkul apa.&rd
Read more
Plagiatisme
“Kau baru membeli lukisan ini?” tanya Ika“Tidak itu dari Pak Ade.” Ujar Bora“What dari pak Ade.” Ujar Ika, lalu Ika meletakan Kantung plastik yang berisi Makan malam mereka di atas meja. Ika lansung menatap kearah Lukisan yang Bora pajang tepat didepan pintu masuk “Tak kusangka Lukisannya sangat indah. Dia benar benar berbakat sekali.” Ujar Ika,“Jika dia pandai melukis kenapa dia tidak jadi pelukis saja ya.” Ujar Ika“Kau setuju kan Bora.” Ujar Ika yang menanyakan pendapat Bora mengenai Perkataannya.‘Andai kau tahu bahwa Pak Ade yang kau kenal seorang Pelukis yang saat ini menjadi Target ku. Dan aku tidak mengerti mengapa dia tidak mau menjadi Pelukis Profesional lagi padahal dia sudah mau melukis kembali.’ Ujar Bora dalam hati sambil tersenyum kearah Ika yang saat ini sedang terpesona dengan lukisan yang terpajang di dinding. Sudah lebih 20 menit Ika terus mema
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status