All Chapters of Jerat Kematian CEO Maut: Chapter 11 - Chapter 20
79 Chapters
10. Putra Sang CEO
Grup media sosial divisi Rissa malam itu ramai dengan berita. Jovanka           : Istri Pak CEO udah pulih gaes! Jovanka           : Udah sembuh! Jovanka           : Kalian tahu kan, beliau sakit udah setahunan ini! Miss Dewinta  : Astaga Miss Jova, padahal berita ini baru sampai ke telinga saya beberapa jam lalu. Jovanka           : Hehe Jovanka           : Maaf Miss. Saya denger dari anak media sosial tadi. Miss Dewinta  : Iya gapapa kok. Santai aja Miss Gita                 : Katanya berobat di Singapur? Kanker? Jovanka         &nb
Read more
11. Sebuah Kejutan
Aidan lalu memintanya untuk masuk ke ruang meeting yang sedang kosong. Hati Rissa semakin berdebar. Apa yang akan Aidan katakan padanya? Mengapa harus memilih tempat yang berbeda dan tidak berbicara di depan teman-temannya saja?“Tolong jangan salah paham,” kata Aidan langsung ke intinya.Rissa kembali melongo. Sebagian karena ketampanan Aidan dari dekat, dan sebagian karena perkatannya yang membingungkan. Nada suaranya tegas dan terkesan “tidak perlu dibalas, iyakan saja”.Aidan memang sangat tampan dari dekat. Tubuhnya tinggi atletis, bahunya bidang. Wajahnya proporsional, campuran manis dan tampan, dengan kulit pucat khas vampir. Matanya indah dan terlihat cerdas. Dia mewarisi ketampanan dari ayahnya dan wajah manis dari ibunya. Rissa sangat mengagumi Aidan ...Tapi perkataannya sungguh membingungkan. Kenapa dia berkata agar Rissa tidak salah paham?“Anda memang telah menyelamatkan ibu saya, tapi perkataan
Read more
12. Pesta Ulang Tahun Perusahaan
“What?” tanya Ifan. “Kenapa kamu disebut, Rissa?” lanjutnya dengan bingung. Dia memandang Rissa dengan tatapan yang mendekati tatapan syok. Mulutnya melongo kaget. Dan bukan dia sendiri yang terkejut. Rissa sendiri juga melongo heran dan berpikir dia salah dengar. Tapi tidak, semua orang memang sedang menatapnya kini. Teman-teman setimnya malah sedang kasak-kusuk. “Apa? Apa dia bilang? Rissa calon keluarga baru?” tanya Gita kaget. “Bukan! Anggota keluarga yang baru!” kata Jovanka sambil terperangah. “Kamu nggak berdiri, Miss?” tanya Miss Dewinta, yang walaupun juga syok tapi tetap ingat untuk mengutamakan sopan santun di mana pun dan di situasi apa pun. “Eh, oke Miss!” Rissa segera berdiri dengan canggung.   “Dan telah hadir pula, CEO JW Company dan Keluarga!” si pembaca acara mengumumkan. Perhatian semua orang segera beralih pada kehadiran Pak Jona dan keluarganya. Istri Pak Jona memang sudah hadir, dan dia memang
Read more
13. Kejutan Tak Terduga
Selepas makan malam, ada acara santai. Tamu bisa berdiri dan meregangkan kaki mereka sambil ngobrol atau mengambil minuman yang ada di bar mini. Rissa sendiri memilih keluar di balkon yang menghadap ke halaman belakang perusahaan. Dia ingin mencari angin di tengah suasana pesta yang dirasakannya mulai terasa sumpek. Dia juga tak ingin kembali ke tempat teman-temannya karena pasti mereka akan merongrongnya dengan segala macam pertanyaan. Rissa tak ingin kepalanya menjadi pening.Angin terasa dingin, apalagi gaunnya dari bahan yang tipis dan modelnya sedikit terbuka. Tapi lama-kelamaan dia terbiasa dan merasa nyaman. Rissa berdiri di sana sambil membawa cocktailnya. Minuman itu terasa sangat nikmat, walaupun dia heran bahwa vampir ternyata bisa merasakan hal lain kecuali darah manusia.Tiba-tiba dirasakannya hembusan angin dingin di kulitnya yang kini sepucat mayat dan memang dia sekarang adalah mayat hidup. Dia tidak mati tapi juga tidak hidup. Kenyataan itu me
Read more
14. Undangan yang Tak Disangka-sangka
“Apa?!!” “Kenapa kau masih berhubungan dengan gadis itu?!” Sang CEO murka. Istrinya segera menegurnya karena mereka sekarang sedang jadi bahan tontonan semua tamu. “Ssst, sayang, para tamu memperhatikan kita!” Tapi Mr. Jona sedang tak memperhatikan siapa pun saat itu kecuali anak pertamanya dan wanita yang dibawanya. “Sudah ayah bilang jangan berhubungan lagi dengan dia!” tunjuknya pada si wanita. Tangan Aidan bergerak menurunkan tangan ayahnya. “Jangan tunjuk-tunjuk dia seperti itu, ayah!” “Aku ingin berdansa dengannya malam ini. Tolong, musik putar kembali.” Dia segera meraih lengan gadis itu dan mengajaknya ke tengah ruangan. Gadis itu melihat sekeliling dengan gugup tapi tetap terlihat anggun. Dada Mr. Jona bergerak naik turun. Dia mendengus keras lalu pergi meninggalkan ruangan, diikuti dengan istrinya. Rissa menonton adegan itu dalam diam. Siapa wanita itu? pikirnya. Kenapa Pak CEO san
Read more
15. Permintaan Sang CEO
 Wajah Rissa memerah seperti kepiting rebus. Melvin Wirawan menatapnya dalam kemeja kasual yang ditarik sampai siku dan celana bahan.“Ayo masuk, Miss Rissa! Atau kau mau berlama-lama di sana dan masuk angin?” katanya jenaka.Ha ha ha. Rissa merasa ingin tertawa sinis. Sebagai vampir, mana mungkin mereka akan masuk angin? Kulit mereka saja lebih dingin daripada malam paling dingin.Dia lalu segera masuk dan mendapati isi rumah itu membuatnya melongo lagi. Menyambut di depannya, ada aula super besar yang bisa menampung seratus orang jika sedang pesta, dengan lantai marmer putih yang berkilauan, serta lampu gantung sangat besar yang menggantung di langit-langit tinggi seperti katedral. Lurus di depannya ada tangga ganda yang terbuat dari kayu yang dipelitur cokelat tua yang sangat anggun, yang besarnya tiga kali rentang badannya. Jendela-jendela besar rumah itu dipasangi gorden besar yang berwarna abu-abu anggun dengan hiasan ukiran yang s
Read more
16. Anak Kedua Sang CEO
 “Apa?” Rissa hampir tak dapat menahan pekikan kagetnya.Mr. Jona memandangnya dengan serius.“Saya menjodohkan Anda dengannya agar dia menjauh dari gadis itu. Tapi dia tak juga menjauh! Saya mohon terima permintaan saya, Miss Rissa,” katanya.Mulut Rissa menganga. Apa dia tidak salah dengar? Apa yang barusan didengarnya? Mr. Jona ingin dia mendekati Aidan? Apa dia gila?“Mr. Jona! Tolong jangan bercanda dengan saya!” katanya, tak dapat menahan rasa kesal dalam suaranya.Mr. Jona segera menggeleng.“Anda pikir saya mau bercanda soal hal ini? Tidak! Saya tidak ingin Aidan menjalin hubungan lagi dengan gadis itu! Tak akan saya biarkan Aidan sampai ... sampai menikah dengan dengan gadis itu!” katanya dengan nada tinggi seolah emosi. Dia seperti membayangkan Aidan bisa sampai menikah dengan Gianna Huang. Tidak! Dia jelas-jelas tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi!&ldquo
Read more
17. Mawar Terindah
 “Apa kabar, Miss Rissa?” tanya Melvin lalu tersenyum lebar. Dia membawa Rissa ke ruang pertemuan kantor. Ruang itu sangat besar, membuat Rissa merasa kecil karena dia hanya berdua dengan Melvin di sana. Melvin sedang memandangnya dengan penuh arti.Mau apa dia? Kenapa dia memandangku seperti itu? Kembali perasaan tidak enak langsung menggelayutinya.Rissa mengernyit.“Anda tentunya tidak menemui saya hanya untuk menanyakan kabar saya, bukan?” tanyanya curiga.Melvin Wirawan tak mampu menahan tawa. Rissa segera was-was jika suara tawanya terdengar oleh orang di luar.“Anda orang yang cerdas dan cepat tanggap, Miss Rissa. Saya suka,” pujinya.Kernyitan Rissa semakin mendalam. Kenapa sih orang ini? Terlalu banyak basa-basi. Melvin kembali memandang dirinya dengan penuh arti.“Miss Rissa,” katanya akhirnya setelah sekian lama terdiam.“Say
Read more
18. Sang Cassanova
Rissa telat. Dia pulang jam 12 malam karena shift sorenya. Jadwalnya sekarang berubah saat dia sudah menjadi vampir. Saat malam dia sama sekali tidak merasa mengantuk, jadi dia tidur pagi dan bangun sore. Dia pernah berdebat dengan Ifan tentang kebiasaan tidur yang berubah ini. “Kita jadi seperti kelelawar ya Miss,” seloroh Ifan. Rissa tertawa mendengarnya. Ifan ini adalah salah satu orang yang paling dekat dengannya di kantor dan Rissa merasa paling nyaman bergosip dan bercerita apa pun padanya. Apa lagi gaya Ifan yang seenaknya sendiri dan santai sering menghibur hatinya kala dirinya suntuk bekerja. “Bisa aja kamu Miss.” “Tapi emang bener kan? Kita kan identik sama kelelawar. Walaupun kita tipe vampir yang nggak bisa berubah jadi kelelawar,” kata Ifan lalu tertawa. “Untung saja kita nggak jadi kelelawar! Bisa bayangin seorang Ifan berubah jadi kelelawar?” Dia lalu tertawa mendengar kelakarnya sendiri. Ya, meskipun mereka adalah vamp
Read more
19. Tumpangan yang Tak Terduga
 Rissa mendesah. Dia menatap ponselnya dengan kesal. Melvin W.: Miss Rissa, Anda di rumah?Melvin W.: Sedang apa? Boleh saya tahu? “Orang ini!!!” geramnya.“Apa maksudnya sih gangguin aku terus!”“Dan dia dapat nomor aku dari mana sih?” Dia semakin mendongkol.Dan mendadak dia tahu, dari mana Melvin tahu nomornya ...Miss Dewinta menyimpan semua nomor anak buah di divisinya untuk mengundang mereka dalam grup divisi dan grup inti kantor. Dan ... Melvin pasti mendapatkan nomornya dari grup inti kantor.“Sial,” rutuknya. Dia kesal sekali. Dia yakin dia sudah memberi lelaki itu peringatan tegas agar tak mengganggunya. Dia juga tak mengacuhkan setiap lelaki itu mendekatinya. Bahkan saat lelaki itu tak berhenti menawarinya tumpangan. Untung saja dia tidak menyambangi rumah Rissa lagi. Bayangkan betapa akan menjengkelkannya hal itu!Untung
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status