All Chapters of Membuat Suami dan Mertua Menyesal: Chapter 11 - Chapter 20
57 Chapters
Ide Dari Pesan Sialan
Mendengar handle pintu kamar ditekan, buru-buru aku kembali menyembunyikan kartu ATMnya ke bawah bantal dan berpura-pura merapikan rambut yang sedikit memang berantakan. Ternyata Mas Bram yang masuk, ia mengernyitkan dahi melihat tingkahku, wajahnya masih nampak kesal, sementara aku masih dengan pura-pura menunjukkan wajah bersalah. Dengan cepat ia mengambil handuk yang menggantung dan berlalu masuk ke kamar mandi. Aku bernafas lega, untung saja tidak ketahuan, dan membuatnya curiga. Ah, Mas Bram andai saja sikapmu tidak seperti itu aku juga tidak akan menjadi seperti ini, tetapi kau yang dulu memulai permainan. Baiklah, Mas akan kuikuti permainan kalian. Sembari menunggu salat Asar aku merebahkan diri di samping Rania, sembari memikirkan rencana kedepannya. Harus siap dengan hal besar yang akan terjadi dalam rumah tanggaku, antara bertahan atau pergi, kelak akan menjadi sebuah pilihan yang harus kujalani. Kepala terasa begitu pening memikirkan semua
Read more
Gara-Gara Kartu ATM
Mas Bram pun keluar dari kamar mandi, dengan rambut yang basah. Tergesa aku kembali menaruh ATMnya ke bawah bantal, lalu berpura-pura kembali bersikap seperti biasa, sambil merapikan tempat tidur."Dek, jadi gimana kartu ATM, Mas udah ketemu?" tanya Mas Bram sembari menyisir rambutnya kebelakang.Aku menghentikan aktivitasku, lalu menatap ke arah Mas Bram. "Belum, Mas." ucapku pura-pura sedih, dan menyesal karena telah menghilangkan kartu ATM milik Mas Bram. Dalam hati aku tengah merencanakan sesuatu.Terdengar Mas Bram menghela nafas. "Coba kamu ingat-ingat dimana kamu naruhnya, kartu ATM itu sangat penting buat, Mas," tegas Mas Bram, jelas sekali wajahnya sangat mengkhawatirkan kartu ATMnya entah karena isinya atau takut perempuan su*dal itu ngambek karena tidak dapat transferan.Tentu saja penting, karena perempuan itu, bukan? Tentu saja itu kukatan dalam hati."Iya, Mas ini juga dari kemarin kucari-cari," balasku berpura-pura sibuk mengangakat-
Read more
Terjebak Hujan
"Hallo, Ibu Naya ini saya Bayu asistennya Bu Lastri," sapanya dari ujung ponsel."Iya, Pak Bayu ada apa?" tanyaku balik."Bisakah, Anda ke rumah sakit sekarang? Bu Lastri ingin bertemu!""Baik, Pak saya akan kesana. Tapi, saya mau izin suami dulu, dan siap-siap," jawabku."Baik, Bu. Terima kasih." Sambungan telpon pun terputus, aku segera mencari nama Mas Bram dalam daftar kontak 'My Husband' untuk meminta izin.[Assalamualaikum, Mas saya minta izin keluar] pesan pun terkirim dengan centang dua. Selama menunggu balasan dari Mas Bram sebaiknya aku mandi saja dulu.Aku kembali meletakkan ponsel dan berlalu menuju kamar mandi. Usai mandi aku segera keluar untuk bertukar pakaian yang sengaja tidak kubawa ke kamar mandi. Sembari mengeringkan rambut, aku mengecek ponsel melihat pesan balasan dari, Mas Bram. [Iya] hanya itu balasannya, tidak ada kata tanya kemana dan sama siapa. Apa karena Mas Bram begitu sibu
Read more
Dituduh Selingkuh
"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang?" tanya Mas Bram dengan sinis sembari melipatkan tangan di depan dada, saat jarak kami sudah berdekatan."Dari rumah sakit, Mas jengukin Oma yang kemarin aku ceritain," jawabku apa adanya. Lalu menyuruh Rania masuk terlebih dahulu, Rania pun menurut."Siapa laki-laki tadi, kenapa kalian begitu terlihat akrab?" Mas Bram bertanya penuh intimidasi."Bukan siapa-siapa, Mas!" jawabku jujur."Jangan bohong, kamu. Itu pasti selingkuhan kamu, 'kan?" Suara Mas Bram naik beberapa oktaf."Mas ...," teriakku tak terima karena tuduhannya. Bagaimana bisa Mas Bram berkata demikian, sementara di belakangku dialah yang sebenarnya telah berselingkuh, dan sekarang malah menuduhku."Udah jangan ngelak kamu, itu buktinya apa?" Mas Bram menunjuk paper bag yang kupegang.Aku semakin tergeragap dengan perkataan Mas Bram, antara marah dan bingung mau jawab apa.  "Hem, gak bisa jawabkan kamu, ternyata d
Read more
Pergi Dari Rumah
"Mbak, Mbak gak apa-apa?" tanya seorang laki-laki sambil menepuk pundakku pelan. Aku masih menutup wajahku dengan kedua tangan. Gara-gara menyeberang sambil melamun aku hampir saja ketabrak, dan sekarang terduduk lemas di tengah jalan beraspal. Rasanya begitu syok."Mbak!" Laki-laki itu kembali memanggil.Aku pun perlahan menurunkan tangan yang menutupi wajah, nafasku rasanya masih tersengal. "Lho, Ibu Naya?" Lelaki itu begitu terdengar kaget aku menurunkan tanganku, sementara aku masih berusaha menetralisirkan perasaan yang masih berdebar gara-gara terkejut. Namun, seketika aku pun mendongak saat namaku disebut."P-pak, Bayu," ucapku tak kalah kaget, saat menyadari laki-laki yang hampir saja menabrakku ternyata adalah Pak Bayu. Aku pun segera bangkit."Ibu mau kemana malam-malam begini?" tanyanya penasaran. Aku masih bergeming bingung mau jawab apa."Itu, Ibu bawa-bawa tas segala, apa Ibu mau pergi ke rumah saudara?" Pak Bayu kembali
Read more
Kejutan dari Sepasang Pasutri
Sudah dua hari aku pergi dari rumah, tepatnya terpaksa pergi, dan menemani Oma di rumah sakit. Sementara Oma baru diperbolehkan pulang besok."Kondisi, Ibu sudah lebih baik. Sepertinya besok sudah bisa pulang. Sekarang lebih baik banyak istirahat!" ucap seorang Dokter yang menangani Oma.Oma tersenyum ke arahku mendengar penjelasan dokter Irfan, yang mengatakan kalau besok Oma sudah bisa pulang."Alhamdulillah," ucapku sambil menggengam tangan Oma, rasanya bahagia akhirnya Oma bisa pulang."Terima kasih, Dok," ucap Oma pada Dokter Irfan.Dokter Irfan pun tersenyum, "Sama-sama, Bu kalau begitu saya permisi dulu,"Setelah Dokter Irfan keluar, aku segera menyuruh Oma istirahat."Sebaiknya Oma istirahat saja dulu, jangan banyak gerak, Naya mau pamit keluar sebentar." Biasanya pagi-pagi aku mendorong Oma duduk di kursi roda keluar menghirup udara segar di taman belakang rumah sakit."Mau kemana?" tanya Oma dengan wajah penasaran.
Read more
Sebuah Kenyataan
Kenapa ada Ibu sama Bapak di sini? Apa Oma sudah menceritakan semuanya? Bagaimana ini padahal aku selalu saja menutupi semuanya, agar Ibu dan Bapak tidak tau masalahku hingga membuat mereka sedih. Apa Oma sengaja merencanakan ini semua? Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam hatiku. Perasaan sedih, kesal dan lainnya seketika bercampur menjadi satu."Naya, sini, Nak!" ucap Oma sembari tersenyum lebar.Pelan aku melangkah mendekat ke arah Ibu dan Bapak, tanpa mempedulikan Oma. Rasa penasaran sungguh tidak bisa kusembunyikan."Ibu, Bapak kok bisa ada di sini?" tanyaku sembari menyambut tangan keduanya lalu menciumnya dengan takzim.Mata Ibu langsung berkaca-kaca, Bapak pun terlihat menyeka sudut matanya. Ada apa ini? Apa mereka sudah tau tentang permasalahanku dengan Mas Bram?"Ibu, Bapak maafin, Naya kalau buat Ibu sama Bapak sedih," ucapku seraya menggenggam tangan keduanya."Ibu, sama Bapak yang harusnya minta maaf karena ...." Ibu sema
Read more
Perempuan yang Bersama Bram
"Nay, kamu dengar, Ibu gak?" tanya Ibu sembari menepuk pelan tanganku, membuyarkanku dari lamunan."Eh, iya de-dengar kok, Bu. Em itu, anu Mas Bramnya sibuk kerja," kilahku.Terlihat Ibu menghela nafas lega. "Oh gitu. Syukurlah Ibu pikir ada apa," ucap Ibu, lalu tersenyum.Aku pun ikut memaksa untuk tersenyum. "Oh iya, gimana caranya Ibu dan Bapak bisa sampai ke sini?" tanyaku penasaran menatap Ibu dan Bapak secara bergantian."Ibu sama Bapak dijemput, Pak Bayu," jawab Ibu singkat."Iya, Oma yang suruh mencari keberadaan orang tuamu, karena waktu pertama kali kita bertemu di pesta itu Oma merasa tidak asing denganmu, dan merasa ada ikatan batin, makanya Oma menyuruh orang suruhan Oma untuk menyelidiki tentangmu, dan orang tuamu," jawab Oma panjang lebar.Aku tidak tau kalau selama ini ternyata Oma mencari tau tentang latar belakang kehidupanku.***Hari ini Ibu dan Bapak akan pulang ke kampung halaman Ibu. Dengan berat hati aku
Read more
Sebuah Rencana
Aku yakin itu pasti selingkuhannya, Mas Bram. Hem, kuakui modis dan cantik memang, sangat berbeda jauh denganku. Apa cuma karena make up? Ah entahlah, yang jelas aku harus jaga jarak jangan sampai Mas Bram melihatku.Aku sudah tidak konsen mencari tas yang kumau, dan hanya berpura-pura memilih-memilah karena terus mengawasi pergerakan Mas Bram dan perempuan itu, tanganku tak sengaja meremas tas yang kupegang karena geram melihat kemesraan mereka, hingga membuat Mas Bram melihat kearahku. Namun, aku segera berpaling agar tidak ketahuan. Kulihat mereka melangkah menuju kasir, Sepertinya mereka sudah menemukan barangnya. Lalu, kemudian pergi lagi sepertinya ada yang ketinggalan.Aku tidak boleh diam, dan harus melakukan sesuatu. Aku segera memanggil Nisa, menyuruhnya untuk membeli tas yang sama seperti perempuan itu, jika perlu bayar dua kali lipat."Maaf, Mbak model tas seperti ini stoknya terbatas dan hanya tinggal ini, dan Mbak itu sudah lebih dulua
Read more
Kembali Pulang
Hari ini aku akan datang ke kantor bersama Oma. Tetapi, tentunya sebelum itu aku harus ke salon terlebih dahulu, Oma ingin aku terlihat cantik sebagai cucu satu-satunya, sekaligus penerus Hanggara grup. Kata Oma Hanggara adalah nama Papa, sementara Mami bernama Dewi. Nama yang bagus menerutku.Sebelum berangkat kami sarapan terlebih dahulu, kalau biasanya di rumah Mas Bram aku harus bangun pagi-pagi dan menyiapkan sarapan, berbeda saat berada di rumah Oma. Saat bangun, semua sudah terhidang dengan rapi, dan tinggal makan.Pagi-pagi sekali Nisa sudah datang saat kami tengah sarapan."Selamat pagi, Bu. Mbak Naya!" sapanya sembari mengulas senyum hingga menampakkan lesung pipinya."Pagi, Nis," balasku. "Ayo sarapan dulu!""Saya sudah sarapan, Mbak," tolaknya.Usai sarapan aku bersiap-siap untuk pergi ke salon bersama Oma juga Nisa."Sayang, Mama pergi dulu ya! Rania jangan nakal sama Bi Sari," pamitku pada Rania."Iya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status