All Chapters of Membuat Suami dan Mertua Menyesal: Chapter 21 - Chapter 30
57 Chapters
Kecurigaan Mita
"Mau apa lagi kamu datang ke sini?" tanya Mama ketus, sembari berkecak pinggang melihat ke arahku dan Rania. Tidakkah Mama ada perasaan iba terhadap cucunya ini? Sehingga dengan ketusnya bertanya demikian.Aku hanya tertunduk tidak menjawab, dan pura-pura sedih. Karena tidak ada tempat untuk pulang, dan menyuruh Rania untuk masuk, tidak baik anak kecil mendengar orang tua teriak-teriak."Heh! Mama tanya malah diam aja bukannya dijawab! Kamu budeg?" "Ada apa sih, Ma?" Mita muncul dari dalam mendengar Mama teriak-teriak."Itu lihat Kakak, iparmu yang tak tau diri datang lagi!"Mata mita terbelalak menatap ke arahku, seketika aku menyadari kalau ternyata aku lupa mengganti pakaian dan menghapus riasan di wajahku, gawat. Namun, secepat mungkin Mita bisa menguasai dirinya dari rasa takjub melihat penampilanku, lalu terkekeh."Itu ngapain pake dandan segala, mau bermimpi jadi orang kaya? Atau mau berpura-pura kayak di cerita-cerita KBM itu,
Read more
Kepulangan Mas Bram
"Ng-ngapain juga, Mbak bohong," ucapku berusaha tenang. "Kalau kamu mau kamu bisa jadi pembantu kayak, Mbak!" sambungku lagi. "Apa Mbak? Jadi pembantu kayak, Mbak?" tanya Mita, mungkin tidak percaya akan tawaranku. Aku mengangguk, "Iya, kalau kamu mau, Mbak bisa ngomong sama majikan, Mbak." "Apa, Mbak gak salah ngomong nawarin aku jadi pembantu? Sorry ya, Mbak tampang kayak aku ini lebih cocoknya jadi bintang iklan," jawab Mita percaya diri. "Ya itu terserah kamu. Bagi, Mbak sih mau kerja apa aja yang penting gajinya besar," ucapku pura-pura cuek, aku yakin setelah ini mereka akan bertanya tentang gajiku. "Halah, mana ada pembantu gajinya gede!"  "Memang berapa gajimu, berani nawarin Mita jadi pembantu?" tanya Mama dengan nada sombong. "Gak terlalu besar sih, Ma. Cuma 12 juta perbulan," jawabku asal, karena saat ini uang segitu bukan masalah bagiku. Kompak Mita dan Mama pun terbahak mendengar jawabanku yang terdeng
Read more
Oleh-Oleh dari Mas Bram
"M-mas, Bram," ucapku tergagap melihat kedatangannya tiba-tiba."Udahlah, Nay ngapain kamu bohongin Mama sama Mita, sok-sokan jadi pembantu dengan gaji 12 juta?" tegas Mas Bram.Seketika Mama dan Mita menatap tajam kearahku."Kemarin kamu bilang ATM Mas hilang, tapi ternyata kamu sengaja menyembunyikannya dan memindahkan sebagian saldonya kerekeningmu, untungnya aku segera mengurusnya," ucap Mas Bram sambil melipatkan tangan di depan dada."Apa benar, Nay?" tanya Mama.Aku hanya menunduk diam tak menyahuti."Mas gak nyangka kalau, istri Mas pencuri uang suami sendiri.""A-aku, cu-cuma ...." Mas Bram segera memotong kalimatku."Kalau, Mas mau, Mas bisa saja melaporkan tindakkanmu ke polisi," ancamnya.Seketika membuatku mendongak, dan menatap kearahnya."Ja-jangan! Mas," ucapku pura-pura mengiba."Jadi uang yang kamu kasih sama aku dan Mama uang, Mas Bram?" tanya Mita geram.Aku hanya diam, tidak menj
Read more
Perdebatan
"Naya, apa yang kamu lakukan sama, Meira?" tanya Mas Bram dengan suara meninggi.Seketika Meira bangkit dan memegang pergelangan tangan Mas Bram."Mas, aku takut, Mas. Naya bilang aku tidak boleh nginap di sini, dan dekat-dekat sama Mas Bram," ucapnya sambil terisak. Waw pintar sekali aktingnya padahal aku sama sekali tidak berucap demikian."Naya, keterlaluan kamu!" ucap Mas Bram geram. "Meira ini tamu kita, harusnya kamu bersikap baik padanya!""Mas, a-aku cuma ....""Sudahlah, Nay! Alasan apa lagi yang akan kamu katakan semuanya sudah jelas. Mas lihat sendiri kamu yang membuat, Meira terjatuh.""Tapi, Mas, Meira yang duluan," jawabku tak mau kalah."Mas aku takut, Mas," Meira semangkin mencengkaram tangan Mas Bram, berpura-pura ketakutan."Hentikan, Meira! Apa yang kamu lakukan tidak perlu bersandiwara!" Bentakku geram melihat tingkahnya yang membuatku naik darah, aku pun menarik tangannya agar melepaskan Mas Bram."N
Read more
Penyesalan
"Mita?" ucap Mama panik.Mendengar teriakan Mita dari arah pintu depan membuat, Mama gegas melangkah menghampiri anak perempuan kesayangannya tersebut untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mas Bram dan Meira pun ikut ke depan. Aku pun tak tinggal diam ingin menyaksikan tamu yang telah menyita perhatian isi rumah ini."Ca-cari siapa?" tanya Mita terbata pada sosok lelaki yang berdiri di depan pintu. Namun, yang ditanya hanya diam.Mataku membulat tidak percaya, melihat pemandangan itu. Lho itukan, Dewa kenapa dia yang datang kesini ada perlu apa? Mana Oma?"Omay god, itu beneran oppa-oppa korea?" Meira pun tak kalah takjub melihat Dewa yang tampannya menurutku malah lebih terlihat ke arab-araban tersebut.Terlihat Mas Bram menyikut tangan Meira, menyadarkannya dari rasa takjub. Lalu, Meira pun kembali bersikap biasa-biasa saja sambil senyam-senyum.Ya siapa yang tidak tertarik akan ketampanan seorang lelaki yang kini tengah berdiri di de
Read more
Selamat Tinggal Mantan
"Nay, tolong jangan tinggalin, Mas. Mas janji akan memperbaiki semuanya," ucap Mas Bram dengan wajah penuh penyesalan. Aku yang mendengar teriakan Mas Bram menghentikan langkah."Oma, tunggu sebentar sepertinya aku harus bicara sama, Mas Bram," pintaku, terlihat Oma keberatan namun akhirnya mengangguk.Aku pun berbalik menatap lekat wajah sendu, Mas Bram, sembari melangkah mendekat ke arahnya dengan wajah pura-pura sedih."Nay, kamu mau, 'kan maafin, Mas?" tanya Mas Bram tersenyum getir berusaha memegang jari jemariku dengan mata berkaca-kaca, sebenarnya aku tidak sudi menerima sentuhan mantan suamiku tersebut, namun demi membuatnya sedikit patah aku harus berpura-pura. Melihatnya sikap Mas Bram seperti itu, rasanya bukan membuat simpati malah ingin tertawa geli. Lelaki yang biasanya terlihat angkuh itu, kini menangis tak berdaya. Di samping kanannya berdiri Mama dan Mita, sementara di samping kananya Meira yang terlihat mencebik, melihat drama yang
Read more
Tawaran Rujuk
"Hallo, Papa," Begitu sambungan video call terhubung Rania langsung menyapa Mas Bram. Aku duduk di samping Rania. Namun, sengaja belum menampakkan diri."Rania, anak Papa," ucap Mas Bram dengan binar bahagia.Aku pun segera memberi kode ke Rania untuk memberikan ponselnya, padaku Rania pun menurut."Hallo mantan!" sapaku sembari tersenyum lebar menampakkan baris gigiku yang putih.Glek, terlihat Mas Bram menelan saliva."I-itu ka-kamu, Naya istri, Mas?" tanya Mas Bram terbata. Tiba-tiba, rasanya mual mendengar kata istri yang terucap dari bibirnya. "Ca-cantik sekali," lanjutnya dengan mata tak berkedip."Perempuan itu akan terlihat cantik kalau dimodalin, Mas," jawabku sembari terus mengulas senyu.Terlihat Mama ikut menyempilkan wajahnya ke dekat Mas Bram, berebut ingin melihatku."Ma-mantu Mama cantik sekali," pujinya.Aku hanya tersenyum geli melihat kelakuan mantan suami dan mertuaku tersebut. Mereka baru memuji-muji
Read more
Sandiwara Mama
Aku terlonjak kaget mendengar suara Bass yang tiba-tiba mengusik pendengaranku. Aku beralih menatap ke sumber suara, ternyata Dewa."Mau tau aja urusan orang," celetukku lalu pergi meninggalkannya menuju dapur.Sekilas kulihat Dewa beralih menatap ke jendela mungkin rasa penasarannya tidak bisa ditahan. 'Dasar kepo' gumamku sambil terus melangkah.Tiba di dapur aku segera menaruh barang-barang yang tadi kubeli ke atas meja."Eh, Non Naya," ucap Bi Jum yang biasa mengurus bagian dapur.Aku tersenyum membalas sapaan dari Bi Jum sembari tanganku bergerak lincah mengeluarkan barang-barang dari kantong plastik."Itu mau ngapain, Non?" "Saya mau masak cake spesial buat, Oma, Bi," jawabku sembari tersenyum lebar."Aduh sebaiknya, Bibi aja yang masak, Non. Saya takut Nyo ...."Belum sempat Bi Jum menyelesaikan kalimatnya aku sudah memotongnya. "Udah Bibi tenang saja, saya biasa mengerjakan pekerjaan rumah apa lagi yang ber
Read more
Detik-Detik Mendebarkan
"Andai, Mas Bram tidak memberiku talak tiga tentu saja aku mau, Ma," jawabku memelankan suara. Aku yakin dengan begitu bertambahlah rasa penyesalan Mas Bram, juga Mama.Suasana sejenak hening."Jangankan cuma membantu, Naya di perusahaan, bahkan jika anak Ibu adalah suami yang bertanggup jawab dan menyanyangi cucu saya, tentu saja aku sendiri yang akan menjadikannya direktur di salah satu perusahaan saya," ucap, Oma seperti orang yang tengah menyesal. Aku tidak tau, apa yang dikatakan Oma benar adanya atau hanya ingin membuat keluarga Mas Bram semakin bertambah menyesal, karena kehilangan kesempatan.Mata Mama terbelalak mendengar ucapan, Oma. Sementara Mas Bram kulihat menelan saliva seperti orang yang sedang ngiler sesuatu."Di-direktur?" tanya Mas Bram terbata."Betul," jawab Oma singkat."Bu saya mohon, batalkan perceraian ini. Aku yakin Naya sama Bram masih saling mencintai, kita jangan jadi orang tua yang egois," ucap Mama terisak semb
Read more
Alasan Mas Bram
Dewa dan Mas Bram sejenak saling tatap seperti film india yang sebentar lagi akan menari dan menyanyi. Namun, Dewa yang memang tidak suka basa-basi, kembali cuek dengan ciri khasnya dan mengajak kami untuk segera pulang."Ayo, Oma kita pulang!" ajak Dewa tanpa menghiraukanku. "Hei, kamu kenapa masih diam disitu apa mau tinggal di sini?" ketusnya."Samsul," panggil Oma saat Pak Samsul tengah menuju parkiran.Pak Samsul pun mendekat. "Terima kasih untuk kerja samanya," ucap, Oma sembari menyambut tangan Pak Samsul."Sama-sama, Bu. Senang bisa membantu," balas Pak Samsul."Terima kasih, Pak!" Aku pun ikut mengucapkan rasa terima kasih karena telah membantu sidang perceraian ini."Sama-sama, Mbak Naya. Kalau begitu saya pamit dulu, karena masih ada urusan yang harus saya selesaikan," pamit Pak Samsul. "Mari, Bu, Mbak!"Pak Samsul pun pergi menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari mobil Dewa. Sementara Mas Bram masih berdiri di tempa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status