Semua Bab Luka Hati Istri Yang Ditinggalkan: Bab 71 - Bab 80
94 Bab
Luka 71
Aku tengah bersiap dan merapikan baju di depan cermin selepas memoles wajah dengan sedikit make up tipis. Sedikit terkesiap dengan sebuah tanda di bawah tulang selangka. Terlihat jelas meski bajuku tidak terlalu berkerah rendah."Sayang coba ini lihat!" Aku menunjuk ke arah tanda merah dengan jari telunjuk. Yang ada Mas Ryan malah tertawa saat melihatnya."Keliatan," ucapku dengan bibir manyun Mas Ryan terlihat menggaruk kepalanya."Pakai syal saja atau ditambah lagi biar kayak orang abis dikerok." Pria itu tambah menggodaku membuat bibirku semakin mengerucut."Ih, apaan." Aku bergegas menuju lemari, mencari syal dengan warna yang hampir senada dengan baju yang aku kenakan. Lumayan, jadi tertutup."Apa lagi?" Aku menarik leher, saat pria itu memeluk tubuhku dari belakang dan mulai menyasar leherku dengan ciumannya.Tawanya kembali terdengar, senang sekali dia mengerjaiku. Dia membalikkan tubuhku hingga kami berdiri berhadapan. Dengan kedua tangannya Mas Ryan membetulkan kembali syal y
Baca selengkapnya
Luka 72
Setelah hampir satu jam perjalanan kami tiba juga di tempat tujuan. Nampak di parkiran berjajar banyak mobil mewah, dari berbagai merk. Bukan hal yang wah, sudah biasa setiap ada acara seperti ini pasti semua tampil maksimal.Mas Ryan memarkir mobilnya sedikit jauh dari pintu masuk. Karena bagian dekat pintu masuk sudah penuh. Setelah mobil terparkir kami langsung turun, mengambil barang bawaan, dan berjalan menuju pintu masuk. Di depan pintu masuk ada semacam penerima tamu, yang memberikan sebuah paper bag, entah apa isinya. Masing-masing mendapatkan satu buah paperbag. Dua orang perempuan muda mengarahkan kami, menunjukkan tempat acara di langsungkan.Sebuah kereta mini terlihat disiapkan untuk membawa para tamu, ke tempat acara. Prilly langsung membaur dengan teman-teman yang dilihatnya. Akupun menyapa beberapa orang tua teman Prilly yang aku temui."Hai, Mama Prilly." Mama Rachel menghampiriku, suaminya kenal dengan Mas Dipta. Bahkan kami sempat berfoto bersama waktu di hotel. Di
Baca selengkapnya
Luka 73
"Mau nomor WA saya? Kan sama saja," ulangku lagi. Wanita itu menoleh ke arahku, wajahnya sedikit memerah. Dia sama sekali tak membalas perkataanku wanita aneh. Tangan kanannya mengambil sesuatu dari saku dadanya, sebuah kartu nama ternyata."Ini Mas, kartu nama Fanny." Wanita itu memberikan kartu namanya ke Mas Ryan.Aku langsung menyahut kartu nama itu dari tangan Fanny, saat Ia menyodorkan ke Mas Ryan. Mas Ryan hanya terdiam melihat kelakuanku."Terima kasih, Fanny." Kembali sebuah senyum paling manis aku berikan padanya. Tidak akan aku berikan sedikitpun kesempatan kepada perempuan lain untuk mengganggu suamiku.Perasaanku mengatakan dia bukan tanpa tujuan mendekati Mas Ryan. Dari tatapan matanya dapat aku lihat rasa kagum atau apalah saat menatap Mas Ryan. Sebagai sesama perempuan aku bisa dengan jelas melihatnya."Ayok Mas," ajak ku ke Mas Ryan, untuk kembali berjalan ke arah panggung kecil yang terpasang, tempat keluarga yang punya acara berada. "Bye Fanny." Kembali senyum ter
Baca selengkapnya
Luka 74
Sebuah tangan merangkulku, aku menoleh. Mas Ryan memasang senyum manisnya, aku hanya nyengir. Memang dia tidak menanggapi. Tapi, entah kenapa aku ikut kesal padanya."Kamu tau Sayang, kamu terlihat begitu seksi kalau sedang cemburu," godanya padaku."Sampai di rumah, harus cerita siapa dia sebenarnya," ucapku kesal."Apa yang diceritakan? Aku nggak tau apa-apa Sayang. Ya, dia adik kelas memang, hanya itu." Mas Ryan memberi penjelasan.Aku masih memanyunkan bibir. Ketika tangan Mas Ryan turun ke pinggang, gerakan jarinya membuatku menggeliat geli."Mas.""Iyap.""Jarinya.""Senyum dulu," pinta Mas Ryan."Males," jawabku.Sengaja dia menggerakkan jarinya lagi."Maaas ….""Senyum dulu!" Paksanya lagi, aku memaksa menarik sudut bibirku sekilas. "Yang manis," tambahnya. Jarinya kembali beraksi."Iya …." Sebuah senyum kuberikan, yang justru membuatku tertawa. Apalah kami ini, seperti ABG saja. Kekesalanku hilang mendapati sikap manis dan absurd dari suamiku itu.Sepanjang acara setelahnya,
Baca selengkapnya
Luka 75
"Sayang dulu!" Mas Ryan menekan pipi kanannya dengan jari telunjuk. Alisnya terangkat dengan senyum usil di bibirnya."Ih, ini kantor, Mas." Aku menolak karena merasa tak enak."Emang, biasanya apa?"Aku tersipu, biasanya apa? Entahlah. Biasanya kami melakukan lebih dari sekedar cium pipi. Wajahku menghangat mengingat apa yang sering kami lakukan di ruangan ini."Iya," ucapku kemudian, tersenyum malu-malu. Sebuah kecupan aku daratkan di pipi suamiku."Satunya," ucapnya lagi, sambil menyodorkan pipi kirinya. Aku merasa menjadi seperti Prilly. Dan demi apa aku juga menuruti semua perintahnya. Sama lah dengan Prilly.Mungkin itulah cara kami mengekspresikan cinta yang ada dalam hati. Tak akan ada yang menduga pasti, kalau pria yang dingin ini sebenarnya sangat manis dan romantis. Cerewet, pencemburu dan posesif. Kadang konyol dan manja juga seperti anak kecil."Udah, ah." Aku menarik wajahku.Dia menyodorkan bergantian, pipi kanan dan kirinya, kapan selesainya coba. Mas Ryan tertawa mena
Baca selengkapnya
Luka 76
"Pagi sayang," sapa Mas Ryan. Sebuah kecupan Ia singgahkan di keningku. "Bangun, sholat dulu." Terdengar lembut sekali suara suamiku itu.Tak seperti biasanya hari ini aku terlambat bangun. Mas Ryan malah sudah lebih dulu bangun dari pada diriku. "Lagi," pintaku melihat sebentar dengan mata menyipit, kemudian kembali memejamkan mata. Sebuah kecupan mendarat bertubi - tubi. Mulai dari kening, pipi, bibir, hidung dan dagu.Senyumku tercetak lebar, masih dengan mata terpejam. Tiba - tiba Mas Ryan mengangkat tubuhku. Aku tertawa seketika. Dia menurunkanku di depan pintu kamar mandi. Aku kemudian memeluknya, entahlah hari ini aku benar - benar ingin dimanja."Lagi pengen ya?" godanya, seketika aku mengangkat wajah dan menggeleng. Senyum jahil nampak di wajah tampan itu. Selalu saja seperti itu, pikirannya tak jauh-jauh dari hal itu.Aku hanya sedang ingin dimanja, tak lebih dari itu, meski tak menolak juga bila dia meminta. Eh …Mas Ryan mendorong pintu dan aku masuk lebih dahulu, menggos
Baca selengkapnya
Luka 77
"Mas, dah semingguan aku belum dapet." Aku mendekati Mas Ryan yang kini sedang menghadap laptop selepas menemani Prilly belajar. Pria itu menyempatkan menemani Prilly belajar di tengah kesibukannya. Apalagi selepas aku tak bekerja lagi, dia selalu pulang lebih cepat.Mas Ryan menghentikan ketukan tangannya di tombol keyboard. Ada segaris senyum yang tercetak di sana. Dia mendongak menatapku, yang berdiri di depan meja kerjanya."Apa, itu artinya …." Mas Ryan tak melanjutkan kalimatnya."Belum tau juga, temani Kay ke apotik, ya?!"Aku mengangkat bahu, harusnya tiap tanggal sepuluh aku mendapatkan haid. Sekarang sudah tanggal tujuh belas. Berarti sudah terlewat satu minggu dari tanggal biasanya."Ayok!" Mas Ryan berdiri dari duduknya dan kemudian menyambar tanganku dan menariknya. "Sebentar," ucapku menahan langkah. "Dompet nya ketinggalan."Mas Ryan menepuk kening dengan sebelah tangannya. Dia terlihat sangat bersemangat. Genggaman tanganku dilepasnya, beranjak cepat mengambil dompet
Baca selengkapnya
Luka 78
"Di sana nanti, jangan pernah melepas tanganku!" ucap Mas Ryan, tangannya menelusup di antara celah tanganku. Di lingkarkannya kedua tangan, dan dagu sedikit dia topangkan di bahuku.Aku tersenyum, melihatnya dari pantulan kaca, selalu begitu. Sebentar lagi dia akan bilang, jangan dandan menor, jelek, aku tidak suka. Setelah nya bibir nakal itu akan menghapus lipstik dengan ciumannya."Lihat, apa-apaan ini," ucap Mas Ryan seraya memutar tubuhku. Tangan kanannya menangkup daguku. "Menor, jelek, aku nggak suka," lanjutnya. Belum aku menjawab apapun, dia sudah menangkap bibir merahku, dan menghapus lipstik yang aku kenakan."Kebiasaan," ucapku manyun, sambil membersihkan lipstik yang menempel pada bibirnya dengan tanganku. "Kay, dasarnya sudah cantik dari lahir," selorohku."Makanya nggak usah dandan berlebihan.""Ini sudah yang paling soft, Sayang." Ulahnya membuatku gemas, jadi pengen … gigit."Abisin sekalian," ucapku membalas perlakuannya, mengembalikan ciuman yang baru saja dia beri
Baca selengkapnya
Luka 79
••"Masih ngantuk?" tanya Mama pagi itu saat mendapatiku beberapa kali menguap saat menyiapkan sarapan."Dikit." Aku menjawab sambil menuang air panas ke dalam cangkir yang sudah berisi gula dan kopi."Hmm … lembur ya," goda Mama kemudian yang membuat wajahku menghangat dan menjadi salah tingkah."Ihh … mama," balasku yang disambut tawa oleh Mama."Ya nggak apa-apa kan, malu-malu kayak baru nikah aja." Bukannya berhenti mama malah semakin menggodaku."Kan biar Prilly cepet ada temannya." Aku beralasan, meski sebenarnya tak perlu juga. Kami sudah cukup paham akan hal ini."Iya … iya kudu rajin bikinnya biar cepet gol, ehhh," goda Mama lagi sambil tertawa, aku hanya menggulum senyumku.Semenjak menikah aku merasakan semakin dekat dengan keluarga, mungkin karena aku juga lebih banyak waktu. Kedekatan keluargaku dan Mas Ryan juga menambah kebahagiaan tersendiri. Begitu beruntungnya aku memiliki mereka semua yang selalu mendukungku."Mama antar kopi Papa ke teras dulu," pamit Mama kemudian
Baca selengkapnya
Luka 80
"Kenapa kayak kesal gitu?" Mas Ryan langsung dapat membaca perubahan raut wajahku saat aku kembali ke meja."Mas tau Kay ketemu siapa?" tanyaku sambil menarik kursi dan duduk di samping Mas Ryan. Mas Ryan menggeleng, "Nggak tau kan belum cerita, memangnya siapa Sayang?""Fanny." Aku menjawab dengan nada teramat kesal."Hmm …." Mas Ryan hanya bergumam."Dia sepertinya terobsesi sama Mas," ucapku sambil menatap wajah Mas Ryan."Sayang, kamu percaya aku kan?" tanya Mas Ryan yang langsung aku jawab dengan anggukan. "Abaikan! Tak perlu aku menjelaskan apapun kamu sudah tahu bagaimana perasaanku."Mas Ryan meraih tanganku yang berada di atas meja dan menggenggamnya. Matanya menatapku dengan tatapan yang ku artikan cinta. Teduh dan terasa adem membuatku merasa lebih tenang.Aku percaya padanya dan dia benar, bahkan kata-kata tak akan mampu menggambarkan. Semua Mas Ryan tunjukkan dengan bukti bukan kata-kata. Tak ada sedikitpun ragu atau curiga dalam hatiku. Hanya saja melihat kelakuan perem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status