Semua Bab Hasrat Suamiku Dengan Gundiknya: Bab 41 - Bab 50
65 Bab
Bab 41
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKU Bab 41 Guk! Guk! Astaghfirullahaladzim! Jantungku hampir melompat. Sumpah demi apa pun aku kaget setengah mati. Dan langsung lari ke dalam rumah. Pintu terbanting dengan keras karena saking kagetnya aku. Naik turun dada ini sambil bersandar di daun pintu sembari mengatur napas yang ngos-ngosan. Yang menggonggong tadi anjing tetangga sebelah. Ya Allah, bikin kaget aja. Mana pas momen mati lampu mencekam begini.  Kuurungkan niatku untuk melihat meteran listrik. Dan berlari dengan senter HP untuk ke kamar Ibu lalu tidur sampai besok pagi. ***
Baca selengkapnya
42
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 42 "Apa ini?" Dahiku mengernyit. Benda apa lagi yang ia serahkan. Padahal baru tadi pagi ia memberiku sebuket bunga mawar merah. "Buka aja, dilarang protes ya," pintanya. Lekas kubuka paper bag tersebut. Hah, ngapain dia beliin aku beginian? "Keluarin dong bajunya, biar kamu bisa lihat secara keseluruhan." Panji menyuruhku untuk mengeluarkan pakaian penuh dengan payet berkilau ini. Tanganku menenteng gaun berwarna hitam tersebut. Mataku langsung terpukau den
Baca selengkapnya
43
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 43 Saat kami sama-sama mendongak. Bola mata ini lantas melebar, ternyata yang kutabrak adalah Mas Ari. Tapi, kenapa dia pakai baju seragam begini? "Mas Ari! Kok kamu di sini?" tanyaku lalu segera berdiri tegap. "I-iya, Vin. Aku sekarang kerja di sini jadi pelayan sama tukang bersih-bersih. Ya serabutan lah," jelas Mas Ari. "Em, ya udah ya, Mas. Aku pergi dulu." Aku melintasinya yang masih berdiri sembari memegang nampan tissue. Kupercepat langkah untuk segera ke toilet. Setelah kembal
Baca selengkapnya
44
Cincin Berlian Palsu Gundi Suamiku Bab 44 "Aku emang nggak kasih tahu dia, Pan. Nomor Mas Ari sudah aku hapus juga blokir," kataku apa adanya. "Hah! Seriusan?" "Iya, aku nggak mau berurusan lagi sama dia. Ya, cukup tahulah. Kalau pun misalnya nggak sengaja ketemu sama dia di jalan. Cukup menyapa aja sebagaimana mestinya." "Iya, Vin. Benar itu. Sekarang, kamu fokus pada diri kamu sendiri ya, ikhlasin semuanya. Semoga Allah senantiasa memberimu kebahagiaan. Nanti malam aku akan ke rumah kamu buat ikut acara tahlilan."  "Iya, terimakasih banyak ya, kamu sudah mau terus-terusan aku repotin." 
Baca selengkapnya
45
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 45 "Apakah Marissa juga anak kandung Papa?" Papa menghela napas, lalu melepas kacamata bening yang ia kenakan. "Bukan, Nak. Biar Papa jelaskan semuanya sama kamu. Dulu, Papa sama ibumu itu menikah siri. Terus ada hal yang memaksa kami untuk berpisah. Dan, akhirnya almarhumah ibumu pergi entah ke mana," jelas Papa. Membuatku tak sepenuhnya percaya. "Apa alasan kalian harus berpisah?" tanyaku langsung. Kapan lagi aku bisa tahu semuanya kalau tidak sekarang. Aku sudah dewasa, sudah seharusnya tahu rahasia yang selalu dipendam keluargaku. "Dulu, Papa dan ibumu menikah siri karena tak direstui. Lalu, Papa j
Baca selengkapnya
46
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 46 Siti tergopoh datang. Ia gegas membuka pagar. "Itu mobil siapa, Mbak?" tanyaku menunjuk mobil di sana. Sementara Papa sudah melenggang masuk lebih dulu. "Itu mobil …." "Sari!" pekik Papa membuatku segera melihat ke arah teras Seakan kedua mata ini tak menyangka dengan apa yang kulihat di seberang sana. Aku mengatupkan bibir dengan tangan. Mama Sari, wanita cantik dengan sanggul modern yang acap kali ia pakai itu saat ini sedang duduk di kursi teras rumahku.  Ini bagai m
Baca selengkapnya
47
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 47 Tunggu, tunggu, ini kan fotonya Panji. Tapi, kenapa dia seperti ada diacara nikahan. Jangan-jangan, Panji sudah menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuanku lagi. Argh! Pikiranku langsung berkecamuk hebat. Semoga tidak benar tudingan ini. Jempolku hanya menekan tombol like untuk foto yang tak ada caption-nya tersebut. Dan lantas menutup aplikasi biru itu.  Ponsel yang masih ada dalam pangkuanku terus berbunyi. Gegas kulihat dering yang mengganggu itu. 
Baca selengkapnya
48
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 48 Sesosok wanita tengah menatapku tajam. Pandangan itu seolah singa yang sedang mengintai mangsanya.  "Apa kau tidak dengar, dasar wanita murahan! Jika kau tidak dengar, biar saya ulangi!" Lagi, wanita itu memaki hingga membuat emosiku meledak-ledak. Aku kenal siapa wanita itu. Dan kami pernah beberapa kali bertemu saat dulu sama-sama pernah tinggal di Jogja. Dia adalah mamanya Panji. Entah kenapa beliau bisa tahu di mana tempat tinggalku sekarang. Atau, mamanya Panji memang sejak tadi menguping di sekitar sini. Pikirku begitu, tapi entah bagaimana kebenarannya. "Maaf, salah saya apa, Tente?" tan
Baca selengkapnya
49
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 49 Gegas kuikuti dia. Yang ternyata menuju ke toilet. Kurasa ini waktu yang tepat. Akan aku kembalikan cincin ini dan mengatakan … kita nggak akan pernah ketemu lagi. "Panji!" Aku memanggil dengan menarik tangannya. Ia pun menoleh. Wajahnya terlihat terperangah melihat siapa yang kini ada di hadapannya. "Vina, kok kamu ada sini?" tanyanya, dengan mata agak membeliak. Cincin yang ada di jari manis ku segera kuberikan tepat di atas telapak tangan Panji. 
Baca selengkapnya
50
Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 50 "Bagus! Teruslah berpelukan! Karena itu pelukan yang terakhir untuk kalian!"  Suara tepukan tangan membuat kami menarik diri masing-masing.  Aku dan Panji melihat ke arah suara itu. Mata kami sama-sama membeliak. Di sana ada wanita dan dua orang berbadan gempal tengah berdiri di belakangnya sambil memasang wajah sangar. "Mama!" Panji memekik. Reflek ia melepaskan genggaman dariku tangannya seketika. Wanita bermata tajam itu melangkah maju pelan dan elegan. "Gimana? Sudah puas pelukannya?" tanya mamanya Panji. Semakin mendekati kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status