All Chapters of Dendam Istri Pertama: Chapter 21 - Chapter 30
66 Chapters
Morning Sickness
Beberapa hari kemudian setelah keberangkatan Joko ke Sulawesi.Hoek! Hoekk!Rianti terkejut ketika mendengar suara Ayu yang sedang muntah. Wanita itu segera menghampiri Ayu yang berada di dalam kamar mandi pembantu. Dia melihat jika gadis itu tampak pucat dan berulang kali mengeluarkan isi perutnya. Keadaan Ayu membuat khawatir wanita setengah baya itu."Ayu, kamu sakit, Nduk?" Penuh perhatian Rianti memijat leher Ayu."Entahlah, Bi. Ayu merasa tidak enak badan dan pusing." Ayu menegakkan tubuhnya. "Sepertinya Ayu masuk angin."Gadis itu kembali memuntahkan isi perutnya yang sudah kosong. Rianti merasa cemas melihat keadaan Ayu, dia bahkan membantu menyiram ceceran muntah gadis itu. Setelah merasa baikan, Rianti membimbing Ayu untuk duduk di dapur."Bik Ina, tolong buatkan wedang jahe ya buat Ayu," pinta Rianti.Wanita baik hati itu duduk di hadapan Ayu dan menggosokan minyak kayu putih ke sekujur tubuh gadis itu. Dia bisa merasakan s
Read more
Pengakuan
Tubuh Rianti seketika menjadi lemas. Wanita itu duduk  dengan menyandarkan tubuhnya di sofa tunggal,  sementara kedua tangannya bergelantungan lemah. Wajah cantik Rianti berubah menjadi pucat, dengan mata yang menatap kosong lurus ke depan. Seluruh tubuh wanita itu dingin, terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.Pikirannya hanyut terbawa arus sungai emosi yang membuatnya melayang pada kehampaan. Ruang hampa di mana jiwanya mengalami syok tingkat tinggi. Suara isak tangis tak juga membuatnya terjaga dari alam kosong. Wanita itu diam seribu bahasa tanpa menghiraukan dua orang manusia yang menatapnya dengan penuh permohonan."Maafkan aku, Dik." Suara lirih Faisal tak juga membuat Rianti bergeming. "Dik …."Faisal menyentuh tangan Rianti dengan lembut. Pria itu tak dapat menutupi kegundahan hati
Read more
Wanita Soleha
  Di dalam kamarnya, Rianti duduk di depan meja rias. Dia termangu menatap pantulan dirinya dari cermin tersebut. Tidak ada keriput satu garis pun menghiasi wajah dan bibirnya. Di usianya yang sudah empat puluh tahun, wajah Rianti masih tampak sepuluh tahun lebih muda.Dia memperhatikan tubuhnya yang masih sangat langsing. Tinggi seratus enam puluh lima centimeter dengan berat yang hanya lima puluh delapan kilo. Hal yang membuat Rianti tak mengerti adalah mengapa Faisal memilih Ayu daripada sekian banyak wanita soleha lain yang pernah dia tawarkan.Suara deringan di ponselnya, menyadarkan Rianti dari lamunannya. Dia menggapai dawai di atas meja. Joko.Wanita itu menghela napas, sebelum menghiasi wajahnya dengan senyuman."Assalamualaikum, Joko." Rianti tersenyum mendengar salam balik dari putranya di seberang sana."Semua baik-baik saja di sini, bagaimana kabarmu?" tanya balik Rianti saat Joko menanyakan kabarnya.
Read more
Mengendalikan Amarah.
Rianti menyeringai di balik pintu saat dia melihat perbuatan Faisal dan Ayu. Bara amarah yang menyusup di dalam hati dan pikirannya, membuatnya nyaris menyerah pada bujukan kegelapan. Rianti mengangkat pisau di tangannya bersiap menghujamkan kemarahannya, tetapi tiba-tiba saja tubuhnya tersadar bagaikan terkena serangan listrik."Astagfirullah." Rianti menepuk dadanya tersadar dari Bisikan kegelapan yang hampir saja menyedot kewarasannya.Sebelum dia menjauhi pintu dengan pisau yang masih dipegangnya erat, Rianti sempat melihat mereka berganti posisi. Wajah penuh kenikmatan jelas sekali terlihat dari sorot wajah keduannya.Wanita itu turun dengan wajah tanpa ekspresi. Aura dingin meliputi seluruh tubuhnya. Dia berjalan kaku bagaikan robot yang tidak memiliki perasaan. Rianti kembali menuju ke dapur dan melanjutkan mencincang daging seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.Dia bersenandung lirih menunggu air di dalam panci mendidih. Rianti menu
Read more
Malam pengantin
 Pernikah siri antara Faisal dan Ayu sudah terlaksana dengan dihadiri oleh Rianti, tapi tanpa keberadaan Joko dan Jelita. Kedua anak mereka belum mengetahui tentang pernikahan yang dilangsungkan mendadak itu. Mereka yang datang hanya beberapa sahabat Rianti dan tetangga sebagai saksi.Setiap mata memandang Rianti dengan tatapan kekaguman akan keikhlasan hati wanita itu. Mereka tak percaya jika pasangan paling romantis dan selalu terlihat rukun itu akhirnya bernasib seperti ini. Ada orang ketiga berhasil menyusup dalam keharmonisan.Hal yang membuat setiap orang kagum adalah tidak ada raungan, tangisan apalagi sinar kemarahan terpancar dari wajah wanita itu. Rianti tampak bagaikan Malaikat, wanita soleha yang memiliki hati seputih kapas dan sebening krystal. Senyuman tipis menghiasi wajahnya yang telah dipoles untuk menutupi wajah yang pucat."Rianti benar-benar wanita yang hebat," bisik beberapa orang tetangga yang menjadi saksi," kalau aku tentu su
Read more
Pagi yang sepi
"Selamat pagi, Ayu.” Rianti bersenandung riang saat berpapasan dengan madunya yang baru saja turun dari lantai atas.“Pagi, Mbak,” sahut Ayu lesu.“Ayu mau sarapan? Maaf ya, Mbak baru bangun.” Rianti menampilkan wajah yang terlihat bersalah. “Mbak kesiangan,” bisiknya dengan nada menggoda.“Ya, Mbak tidak apa-apa, biar Ayu saja yang masak pagi ini.” Ayu menyungging senyuman tipis di wajahnya.“Eh, jangan … masak pengantin baru harus sibuk di dapur. Sana, masuk kamar saja biar Mas Faisal yang antar makanan ke kamarmu." Rianti menepuk pundak Ayu. Biar Mbak yang masak buat sarapan ya." "Tapi, Mbak." Ayu hendak membantah, tetapi Rianti mengerucutkan bibirnya manja membuat Ayu menjadi sungkan. "Mas Faisal apa masih tidur, Mbak?" tanya Ayu hati-hati."Iya, dia kesiangan juga." Rianti cekikikan dengan nada manja. "Semalam kerja keras dia, lembur." Rianti mendekatkan bibirnya b
Read more
Jenis-jenis pisang
Sore itu, Faisal pulang lebih awal. Dia merasa tidak nyaman dengan tatapan diam-diam para karyawan. Mereka semua begitu hormat dan mengagumi Rianti, membuat rasa bersalah sedikit menyusup dalam hati Faisal karena telah berselingkuh.Setibanya di rumah, Faisal tidak mendapatkan sambutan dari siapapun karena kedatangannya lebih awal dari biasanya. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar utama, tanpa ada niatan untuk melihat istri mudanya."Dik …." Faisal tercekat ketika melihat Rianti baru saja keluar dari kamar mandi. Rianti keluar dari kamar mandi hanya menutupi bagian depan tubuhnya dengan handuk tanpa membebatnya, terlihat begitu mempesona. Sebagian lekukan tubuh istrinya yang semakin berbentuk bagaikan gitar, terlihat indah dipandang mata."Ah, Mas Faisal? Sudah pulang?" Rianti bersikap malu-malu dan berusaha membebatkan handuk di tubuhnya.Perbuatan wanita itu membuat bagian intinya terlihat sepintas. squishy kembar yang terlihat ma
Read more
Menemanimu
Mereka makan malam bertiga di meja panjang yang terasa sepi. Tidak ada suara percakapan hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Rumah seluas delapan ratus meter persegi itu terasa sepi dengan hanya ada mereka bertiga.Rianti menatap sisi meja yang biasa ditempati oleh Joko dan Jelita. Dia sudah meletakkan piring untuk mereka berdua, tetapi tersadar jika kedua anaknya itu tidak lagi tinggal di rumah ini. Ada denyut di hatinya ketika mengingat hal itu."Kenapa tidak di habiskan makannya, Ayu?" Rianti berucap lembut melihat perempuan yang sedang hamil muda itu terlihat tidak berselera."Iya, Mbak, entah kenapa Ayu tidak berselera," ujarnya lirih dengan manja. "Makan ikannya saja, Ayu. Protein bagus untuk bayimu." Rianti menunjuk pada lauk ikan pesmol dengan matanya."Enggak berselera, Mbak," ujarnya lesu.Rianti tidak melanjutkan perkataannya. Kandungan Ayu saat ini memasuki usia empat bulan. Itu artinya dua bulan yang
Read more
Strawberry coklat
“Selamat sore, Pak Faisal, apakah Anda sedang sibuk?” suara lembut terdengar menggoda di telinga Faisal yang sedang sibuk mengecek laporan penjualan. "Rianti?" Faisal terkejut melihat kedatangan istrinya. Sudah lama sekali sejak gedung kantor terbaru diresmikan, Rianti tidak pernah menjejakkan kaki di sana. Lebih tepatnya semenjak Joko mulai bekerja di perusahaan kecil mereka.  "Kejutan, kan. Pak Faisal apa masih sibuk?" Rianti berjalan dengan anggun sambil membawa tas kertas di tangannya. "Tidak juga. Ada apa, Dik?" Faisal menutup berkas di mejanya. Dia menatap Rianti penuh tanda tanya. Rianti tersenyum lembut. Wanita itu mengenakan kimono indah, luaran kebesaran dengan sabuk di pinggangnya. Rianti juga berdandan sangat cantik dan sepatu hak tinggi warna merah menghiasi kakinya yang mengenakan stoking warna hitam. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu sesaat bersamamu, sebelum aku bertemu dengan teman-temanku." Rianti mengeluarkan
Read more
Bab 30. Bumbu Gairah
Rianti tiba di rumah Sulastri, ketika jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Dia terlambat beberapa menit dari pada teman-teman lainnya. Hari ini mereka sengaja berkumpul dan menginap di rumah Sulastri, karena kebetulan sebagian dari para suami mereka semua sedang keluar kota.  Wanita itu sengaja tidak meminta izin pada Faisal untuk menginap, karena pada dasarnya dia pun masih ragu. Meninggalkan madu berduaan dengan suaminya, membiarkan Ayu memiliki kesempatan penuh merasa Faisal? Tidak! Rianti tidak bisa merelakan gadis itu senang dan bebas menguasai suaminya. Rianti masuk ke dalam rumah Sulastri dan dia melihat ke enam wanita lainnya terlihat bersantai di kolam renang sedang menanti dirinya. Tanpa ada suami dan anak laki-laki Sulastri di rumah, mereka bebas mengenakan pakaian renang model apapun. "Hai Rianti!" teriak Hastari lantang. "Halo semua." Rianti duduk di pinggiran kolam renang. Dia melihat makanan sudah ditata rapi di meja pras
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status