Semua Bab Dendam Istri Pertama: Bab 31 - Bab 40
66 Bab
Percaya Diri itu Penting
Pertanyaan Hastari bukan saja membuat Rianti tersinggung, tetapi para perempuan lainnya waspada. Mereka takut akan terjadi perselisihan, di mana Rianti mengira jika Hastari berada di pihak gadis yang sudah berselingkuh dengan suaminya. "Ada apa dengan Ayu?" Rianti bertanya dingin ke arah Hastari. Ke enam wanita lain terdiam mendengar nada bicara Rianti. Wanita lembut yang selalu berbicara dengan sopan itu terlihat berbeda. Rianti menunjukkan sisi lain yang membuat teman-temannya terkesima. Raut wajah datar dengan suara kaku bagaikan Robort. "Ehem," Hastari berdehem untuk meringankan rasa gatal di tenggorokan yang tiba-tiba muncul. "Maksudku Ayu kan serumah dengan suamimu juga." Hastari tampak kesusahan meloloskan pertanyaan itu. "Apa perduliku. Dia bukan urusanku," ujarnya acuh. Rianti melepaskan sepatu yang dia kenakan. Wanita itu melangkah dengan anggun, menggoyangkan rambutnya yang panjang ikal. Rambut itu pun telah mengalami perubahan, dar
Baca selengkapnya
Hati yang Gelisah
Ayu tersenyum bahagia melihat keromantisan dari restaurant yang berada di lantai terbatas sebuah gedung mewah. Pemandangan kota yang bisa dia lihat dari sana, sungguh memukau. Kerlap-kerlip lampu kota, terlihat jauh lebih indah daripada ketika dia menatap desa dari perbukitan."Mas, akhirnya kita bisa berduaan saja ya." Ayu bergelanyut manja di lengan Faisal.Semenjak pernikahan sirinya dengan Faisal, Ayu justru merasa kehilangan kesempatan berduaan dengan lelaki itu. Pertemuan diam-diam yang membara, baik di siang hari dalam sebuah hotel ataupun ketika malam hari disaat semua telah terlelap, semuanya berhenti begitu saja."Kok ngomong begitu, sih. Kita juga kan tiap hari bertemu," sahut Faisal tenang. Berdiri berduaan dengan Ayu memang terasa menyenangkan. Namun, ada bagian yang kurang dari dalam hati Faisal. Rasa yang dulu dia miliki, di saat mereka diam-diam melakukan perselingkuhan, sangat berbeda dengan saat ini. Faisal justru berharap jika Ria
Baca selengkapnya
Menyudutkan
"Bu, maaf mengganggu." Seorang pembantu setengah baya menghampiri Sulastri dan teman-temannya yang masih bercanda dalam kolam renang. "Ada apa, Bi?" Sulastri keluar dari dalam air dan duduk di pinggiran kolam."Itu ada suami Ibu Rianti," sahut pembantu rumah tangga itu dengan nada takut."Loh, ada di sini, Bi?" Sulastri menatap ke arah pintu keluar kolam renang tersebut. "Iya, Bu. Saya suruh tunggu di ruang tamu. Tadinya si bapak memaksa masuk, tetapi sudah saya bilang kalau semua sedang berenang." "Pintar kamu, Bi." Sulastri mengacungkan jempol pada pembantu rumah tangga yang sudah bersamanya lebih dari dua puluh lima tahun itu. "Dia datang dengan seorang gadis muda, hamil," bisik pembantu itu lagi bergosip."Itu istri mudanya." Sulastri kemudian mengambil kimono handuk untuk menutupi tubuhnya. "Bilang suruh tunggu sebentar." "Oh, iya-iya, Bu," Wanita setengah baya itu tergugah dari rasa terkejutn
Baca selengkapnya
Gairah
Faisal masuk ke area belakang rumah Sulastri. Salah satu rumah terbesar di kawasan perumahan mewah Surabaya Timur itu, bukan pertama kali dia datangi. Dia menemukan kolam renang semi tertutup di rumah megah tersebut, sangat sepi.  Faisal yang memiliki kecurigaan dan ketakutan dalam hatinya jika Rianti akan berselingkuh, meneliti setiap sudut ruangan, mencari jejak yang ada dalam angannya. Lelaki itu memastikan jika tidak ada satu pun pintu keluar lain selain pintu di mana dia masuk. Gemercik suara air menarik perhatian Faisal. Dia mendekat ke arah bibir kolam. Jantung pria itu seketika berdegup dengan kencang, saat melihat wanita yang dia cari sedang berenang di dalam air, sendiri tanpa pria lain. "Riantiku …," desis Faisal lirih. Kedua kaki Rianti terbuka melebar searah dengan gerakan tangannya, menampakkan siluet kehalusan dari dalam air. Punggung wanita itu begitu indah terapung, melun
Baca selengkapnya
Emak-emak bertaring
Di ruang tamu mewah nan luas milik Sulastri, tidak membuat Ayu merasa nyaman. Wajah gadis itu memerah dan napasnya tersengal. Tangan Ayu terkepal meremas pinggiran gaun yang dia kenakan. Napasnya tersengal di sela-sela isak tangis.Jika saja tidak ada satupun yang tahu siapa sebenarnya Ayu, tentu saja mereka akan tersentuh. Menjadi iba melihat raut wajah polos seorang gadis muda, menangis pilu tanpa tahu letak kesalahannya.Keenam wanita anggun dan berkelas itu saling memandang. Beberapa diantaranya mencibir juga memutar bola mata mereka, menganggap tangisan Ayu adalah suatu akting kemunafikan. Raut wajah mereka kesal dan tak perduli."Selamat malam, Tante. Kog pada tegang sih, kumpul-kumpul kan waktunya hepi-hepi." Seorang gadis muda muncul dengan ceria. Dia menghampiri Sulastri dan melakukan salim, gadis itu juga menyalami kelima teman ibunya dengan sikap manis dan hormat. Meskipun dandanan gadis itu berkesan gaul dan kekinian dengan rok pendek da
Baca selengkapnya
Kodrat
Jauh dari anak gadis, bukanlah hal yang menyenangkan bagi seorang ibu. Kerinduan harus dia pendam disaat belum rela sepenuhnya berpisah. Apalagi perpisahan itu karena keadaan yang memaksa. Rianti bukan saja kehilangan seorang anak, tetapi sahabat dekat di rumah ini.Rianti menatap ke arah Ayu yang sedang duduk bermalasan di sofa ruang keluarga sambil membaca majalah. Perempuan yang lebih muda dari anak gadisnya itu, seharusnya bisa menjadi menantu dan anak yang baik untuk Rianti, bukan berakhir sebagai madu. Semua sudah terjadi tidak ada hal yang bisa dia ulang lagi kecuali berusaha memperbaiki keadaan.Gadis di hadapannya mulai berubah semenjak kehamilan yang semakin membesar. Dia lebih senang bermalas-malasan dan selalu bersikap manja bagaikan seorang Permaisuri. Tidak pernah sedikit pun dia merasa malu ataupun segan pada Rianti.  "Aku hari ini akan mengunjungi Jelita selama beberapa hari." Rianti memulai pembicaraan di antara mereka.Mata Ay
Baca selengkapnya
Kucing dan Ikan Asin
"Jo--Joko?" Rianti terkejut melihat keberadaan putranya yang dia kira masih berada di Sulawesi. Wanita itu belum mempersiapkan mental untuk bertemu dengan anak laki-lakinya tersebut. Dia bahkan belum memberi tahu pada Joko mengenai pernikahan Ayu dan Faisal. Melihat keberadaan Joko di apartemen Jelita, itu artinya tidak ada yang bisa disembunyikannya lagi."Bagaimana kabar mu, Bu?" Joko memeluk ibunya."Joko, ibu sangat merindukanmu, Nak." Rianti mempererat pelukan di antara mereka berdua.Rianti tidak dapat mengendalikan diri lagi. Air matanya tumpah membasahi kemeja Joko. Bahu wanita itu berguncang dengan keras. Rasa sesak yang selama ini dia simpan dalam hati, terkubur jauh di dasar hati, akhirnya tumpah melihat buah hatinya.Bayangan penderitaan yang dirasakan oleh Joko, memenuhi hati ibu dua anak tersebut. Penghianatan yang dilakukan oleh dua orang terpenting dalam hidup Joko, membuat Rianti merasa sangat sesak. "Ibu, Kakak,
Baca selengkapnya
Tidak ingin menyerah
Senyuman tipis hambar tersungging di wajah Rianti yang kali ini memancarkan penderitaan. Bola mata yang biasanya selalu tersenyum ceria seiring dengan senyuman di bibirnya, kali ini terlihat begitu menyedihkan.Baru kali ini mata Rianti mencerminkan perasaan hatinya. Hal yang selama ini dia perjuangan untuk tersimpan rapat dalam tempat yang tersembunyi, memberontak untuk muncul di permukaan."Aku tidak ingin menutupi apapun dari kalian," desah Rianti lirih. Ketegasan ucapan wanita itu sebelumnya membuat Joko dan Jelita terdiam sektika. Mereka merasa bersalah karena telah menghakimi ibunya, tanpa bertanya bagaimana perasaan wanita itu sepenuhnya. "Hanya saja, aku belum memiliki keberanian untuk menghadapi kalian. Ibu belum siap dengan kenyataan jika keluarga ini telah terpecah belah," lirih suara Rianti masih bisa terdengar jelas oleh Joko dan Jelita yang membungkam sedari tadi.Wanita itu membersihkan air mata yang mengalir tiada henti.
Baca selengkapnya
USG
"Bagaimana keadaan bayi saya, Dok?" Ayu bertanya lirih sambil menatap ke arah layar.Dia tidak dapat memahami apa yang ditampilkan di sana. Layar hitam putih itu menunjukan gerakan perlahan dari bayi dalam kandungannya. Angka-angka di sana pun tak jua dia mengerti, meskipun sang dokter sudah menjelaskan beberapa kali."Sebentar, Bu." Dokter wanita setengah baya itu memperhatikan sekali lagi dengan seksama usg di layar monitor."Mbak, semua akan baik-baik saja, bukan?" tanya Ayu lirih dengan wajah sayunya.Rianti tidak menjawab, perhatiannya tertuju pada tampilan layar di mana dia melihat bayi yang dikandung Ayu meringkuk. Wanita itu teringat saat di mana ketika dia mengandung Joko dan Jelita. Mereka dulu semungil itu dalam kandungan, murni tanpa cela.Rianti setiap bulannya selalu mengantarkan Ayu untuk memeriksa kandungannya. Dia tidak membiarkan Faisal melakukan hal itu, karena Rianti masih tidak rela jika tiba-tiba saja perlahan ada perasaan kas
Baca selengkapnya
Aku bukan Malaikat
"Anaknya sakit?" Pertanyaan seorang ibu muda yang tiba-tiba duduk di sisi Rianti, membuat wanita itu terkejut.Saat ini Rianti duduk di bangku luar kamar rumah sakit. Dia merasa lelah dan perlu menghirup udara segar. Kamar pasien berisi dua orang itu terasa pengap baginya, apalagi ketika dilihatnya pasangan muda di sebelah yang terlihat mesra.Sejujurnya Rianti bersyukur karena fasilitas kamar Vip dan eksklusif telah penuh. Ada sebuah rencana yang ingin dia pikirkan, tetapi ragu-ragu untuk dia lakukan. Wanita baik hati itu masih memiliki sisi pertimbangan.Rianti menoleh ke arah wanita yang mengajaknya bicara, dia hanya tersenyum tipis, enggan menjawab pertanyaan yang tiba-tiba saja membuyarkan lamunannya."Anakku baru saja melahirkan cucu pertamaku. Suaminya sekarang masih di dalam kamar berduaan, jadi aku keluar tidak mau mengganggu," ucap wanita itu lagi. “Jeng, itu anaknya mau melahirkan?” Kembali wanita yang ada di sisinya ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status