All Chapters of Ketika Hati Mulai Mendua: Chapter 31 - Chapter 40
68 Chapters
Mendapat Hidayah
"Assalamualaikum." Terdengar suara orang mengucapkan salam. "Waalaikumsalam, biar Anggi yang buka ya, Ma?" kata Anggi sambil berjalan menuju ke pintu depan. "Oke," jawabku. Tadi pagi Ibu ke rumahku, karena nanti sore mau yasinan hari ketujuh di rumah Leni. Jadi Ibu mau berangkat bersamaku. Selesai memasak dan makan, aku dan Ibu mengobrol sambil menonton acara di televisi.  Menyenangkan sekali ketika Ibu ada disini. Ada teman yang diajak ngobrol dan berbagi cerita. Ibu juga tidak menganggapku sebagai menantu lagi, tapi anak. Sikapnya padaku melebihi sikapnya pada Mas Fandi. Mengingat Mas Fandi, sedang apa ya dia sekarang? Apakah sibuk menata hati, berusaha mengikhlaskan kepergian istri sirinya? Mungkinkah ia masih selalu mengingatku? Mungkinkah masih ada cinta untukku di hatinya? Ada rasa nyeri di hatiku jika mengingat Mas Fandi. Sakit hati itu masih ada, walaupun aku berusaha untuk memaafkannya.
Read more
Pertemuan Keluarga
Malam hari ini merupakan malam ke tujuh acara yasinan di rumah Leni. Tidak setiap malam aku datang, karena kasihan Anggi kalau ditinggal setiap malam. Sedih melihat Mas Fandi, sepertinya ia sangat kehilangan Leni. Hatiku terasa nyeri, begitu besarnya arti Leni bagimu, Mas. Semenjak Leni di rumah sakit sampai malam ini Mas Fandi hanya sekali pulang ke rumah. Ketika ia memintaku untuk menjenguk Leni. Ibunya Leni juga terlihat sangat terpukul dengan kepergian anaknya. Wajah tuanya nampak semakin sendu setiap ada yang menyebut nama Leni. Bahkan sampai meneteskan air mata. Hari ini tidak kulihat Zaki. Mungkin sedang tidur dikamar. Kasihan membayangkan anak berumur sekitar dua tahun setengah, yang belum tahu apa artinya kehilangan seorang ibu. Pada malam ketujuh ini, aku disuruh hadir oleh keluarga besar Mas Anton. Katanya malam ini akan ada pertemuan keluarga membahas semua wasiat Leni. Mau tidak mau aku harus hadir. Beberapa
Read more
Anggota Keluarga Baru
Hari ini kami akan ke rumah Leni untuk menjemput Zaki. Ibu dan Anggi sudah bersiap-siap.  "Ayo Ma kita berangkat!" kata Anggi, sepertinya sudah tidak sabar lagi. "Kayaknya ada yang sudah tidak sabar nih!" aku menggoda Anggi "Ih Mama!" kata Anggi. "Let's go!" kataku Ketika kami sampai di rumah Leni, ternyata Aisyah dan suaminya sudah ada di sana. Aisyah akan menjemput Dani dan Danu.  "Udah lama sampainya Bunda Aisyah?" tanyaku pada Aisyah. "Lumayan Mbak, tadi bantuin anak-anak membereskan barang-barangnya," jawab Aisyah. Dani dan Danu memasukkan barang-barangnya ke mobil Aisyah. "Yang lainnya ditinggal saja, besok ada yang mengambil. Yang penting sudah dibereskan dan disusun. Jadi besok tinggal ambil saja," kata Aisyah pada Dani dan Danu. "Lho Ibu kok ikutan beres-ber
Read more
Penggemar Baru
Drtt...drtt hp Mas Fandi berbunyi, Mas Fandi sedang pergi bersama anak-anak. Aku biarkan saja. Kalau penting nanti pasti menelpon lagi. Drtt...drtt… ponselnya berbunyi lagi. Aku pusing sendiri mendengarnya. Akhirnya aku mencoba untuk menerima panggilan itu. "Halo?" sapaku dengan suara ramah. Walaupun sebenarnya aku kesal, karena dering ponsel yang dari tadi mengganggu. "Halo, bisa bicara dengan Bapak Fandi?" jawab suara perempuan di seberang sana. "Maaf dari siapa ini ya?" tanyaku lagi. "Dari temannya!" "Ooo Pak Fandi sedang keluar, hpnya tidak dibawa." Tut...TutPanggilan terputus. Dasar gak punya sopan sama sekali. Siapa perempuan itu? Jangan sampai terulang lagi kejadian beberapa tahun yang lalu. Kulihat foto profil di nomor tersebut. Seorang perempuan yang sudah dewasa.  Dua tahun ini hidupku am
Read more
Selingkuh Lagi?
Pulang kerja aku langsung merebahkan badan, sekedar melepas penat dari rutinitas kerja. Kuraih ponselku, ternyata ada beberapa pesan berupa foto dari Sandra. Mataku terbelalak melihat orang yang ada di foto itu. "Pa, apa maksudnya semua ini?" tanyaku pada Mas Fandi ketika pulang kerja. "Apa sih Ma? Papa kan baru pulang kerja, bisa nggak nunggu nanti dulu," jawab Mas Fandi "Nggak bisa nunggu Pa, Mama minta penjelasan sekarang juga," kataku sambil menunjukkan foto Mas Fandi dengan Winda. Aku mendapat kiriman foto dari Sandra yang melihat Mas Fandi jalan dengan perempuan di toko perhiasan. Perempuan itu nempel-nempel sama Mas Fandi. Bahkan sepertinya sengaja dadanya ditempelkan ke tangan Mas Fandi. Dasar perempuan ganjen. Mas Fandi kaget melihat foto itu. "Darimana Mama dapat foto itu?" tanya Ma Fandi. "Nggak perlu Papa tahu. Ini dari orang yang tidak mau meliha
Read more
Kucing Diberi Ikan Asin
Klunting...klunting Ada kiriman video dari Fajar. Aku menonton video itu. "Mas, istirahat nanti kita makan diluar yuk? Aku yang traktir!" kata Winda sambil mendekati Mas Fandi "Maaf ya Winda? Aku lagi sibuk banyak kerjaan!" jawab Mas Fandi. Winda melangkah pergi, sedangkan Mas Fandi sibuk mengerjakan pekerjaannya lagi. Ia tampak asyik mengerjakan sesuatu. Tak lama kemudian Winda datang membawa makanan dua bungkus. "Ini Mas, udah aku beliin makan, makan yuk!" ajak Winda dengan senyum menggoda. Akhirnya Mas Fandi makan berdua dengan Winda sambil ngobrol dan bercanda. Kulihat wajah Winda sangat bahagia. Ternyata memang Winda yang kegatelan. Berarti memang dia niat merebut Mas Fandi dariku. Lihat saja, kalau sampai mereka berbuat zina akan aku laporkan ke atasan mereka biar keduanya dipecat dari PNS. Semua gerak gerik mer
Read more
Video Viral
Aku memegang kepalaku yang terasa sakit, seperti dihantam sesuatu. Terasa agak pusing, untung aku berpegangan pada meja kasir. Kalau tidak, pasti sudah jatuh tadi. "Dasar nenek lampir. Aku akan membuat perhitungan denganmu," kata Winda sambil memegang air mineral botol plastik yang dipukulkan ke kepalaku. "Silahkan! Aku tunggu!" kataku lagi sambil memegang kepalaku. "Maaf Bu, kalau mau membuat keributan jangan disini," kata pegawai Ind*ma*et pada Winda.  Winda yang tampak kesal langsung keluar. Selesai membayar aku menemui pegawai Ind*ma*et. "Mas, bisa nggak saya minta rekaman dari cctv ketika saya dipukul tadi?" tanyaku pada pegawai tersebut. "Maaf Bu, saya tidak berani memberikannya." Pegawai tetap tidak mau. "Itu akan saya pakai untuk laporan ke atasan perempuan itu dan suami saya," kataku lagi. "Begini saja B
Read more
Sisi lain Winda
Kehebohan terjadi di kantorku pagi ini, ketika aku datang. Banyak yang menyapaku atau sekedar menanyakan kabar. Mereka bersimpati dengan kejadian yang menimpaku. Tapi aku yakin, kebanyakan dari mereka sebenarnya kepo. Ingin tahu cerita dariku. "Coba aku ada disitu Bu, pasti tambah seru." "Seru kenapa?" tanyaku. "Ikut merekam untuk konten di YouTube." "Huuu... Dasar kamu itu bahagia diatas penderitaan Bu Anis." "Lain kali kalau ketemu orang itu lagi, calling saya ya Bu!" Aku tersenyum mendengar komentar mereka, yang membuatku terhibur. Walaupun pikiranku dipenuhi dengan masalah yang selalu datang silih berganti. Setidaknya disini, masalah itu seakan hilang, walaupun nanti kalau sudah di rumah akan kepikiran lagi. "Artis video viral sudah datang nih," ledek Sandra. "Ish apaan sih, bikin malu saja," sahutku. 
Read more
Kedatangan orang Tua Winda
"Jawab Pa! Pakai loud speaker," kataku pada Mas Fandi. Aku sudah sangat kesal. Karena takut dimarahi Mas Hendra. akhirnya Mas Fandi mengangkat panggilan itu. "Halo," sapa Mas Fandi. "Halo Mas sayang! Lagi ngapain?" tanya Winda. "Santai." "Kenapa Mas kok jawabnya kayak gitu? Takut sama nenek lampir ya?" "Enggak kok! Ada apa?" jawab Mas Fandi. "Nggak apa-apa, kangen sama Mas Fandi. Nggak usah pedulikan omongan Pak Burhan tadi. Kalau memang kita dimutasikan, kita cari tempat yang sama. Aku nggak mau pisah dengan Mas Fandi." "Halo Winda, belum kapok juga ya ganggu suami orang," kataku dengan sedikit emosi. "Hei nenek lampir, inget ya, aku akan mendapatkan Mas Fandi, apapun caranya. Aku pastikan kamu akan bercerai dengan Mas Fandi dan Mas Fandi jadi milikku seutuhnya." "Oh silahkan
Read more
Terusir Dari Rumah
Mas Fandi disidang lagi oleh keluarganya. "Apa maksud kedatangan mereka Fandi?" tanya Mas Hendra dengan emosi. Aku yakin semua anggota keluarga Mas Fandi pasti kecewa dengan kelakuan Mas Fandi. "Meminta Anis mengklarifikasi video itu!" jawab Mas Fandi dengan pelan. "Klarifikasi apa? Yang salah siapa? Yang unggah video siapa? Bisa-bisanya Anis dibilang mantan istri Mas Fandi. Terus meminta apalagi, Pa? Meminta Papa menikahi Winda?" tanyaku sambil menatap tajam pada Mas Fandi  Mas Fandi diam. "Jawab!" Aku membentak Mas Fandi. "Iya, mereka meminta Papa menikahi Winda." "Astaghfirullahaladzim, Pa! Sudah Mama bilang jangan dekat-dekat dengan Winda masih saja Papa tidak mau mendengarkan Mama. Terus papa menyetujuinya?" "Papa belum menjawab, Ma!" "Jujur, Pa? Papa mau menikahi dia?" 
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status