Semua Bab Ketika Hati Mulai Mendua: Bab 11 - Bab 20
68 Bab
Perjanjian dan Kesepakatan
Mas Fandi mengajak janji bertemu untuk membicarakan perjanjian dan kesepakatan. Aku sudah meminta tolong teman yang seorang pengacara untuk membuat perjanjian itu. Aku tidak mau kecolongan lagi. Biarlah Mas Fandi yang diambil pelakor, asal jangan anak-anak dan hartaku. Harta yang kami cari dengan susah payah, tak akan aku biarkan jatuh ke tangan pelakor. Kalau memang benar cinta dengan Mas Fandi, ya ambil orangnya saja, harta dan kekayaannya jangan.  Aku tidak peduli kalau keluarga Mas Fandi terutama Mbak Sisi, mengatakan kalau aku serakah. Aku menikah dengan Mas Fandi juga tidak memiliki apa-apa, masa Leni menikah dengan Mas Fandi mau menikmati harta kami, enak saja. Aku akan berjuang mempertahankan aset-aset kami. Dari jauh kulihat Mas Fandi sudah datang. Mas Fandi tampak tidak terurus. Tidak kelihatan rapi dan wangi seperti biasanya. Mungkin terlalu sibuk mengurus gundiknya, sampai tidak bisa mengurus diri sendiri. 
Baca selengkapnya
Mama Harus Kuat
Aku mengajak Angga dan Anggi jalan-jalan ke mall, sekedar refreshing dan makan-makan. Sangat menyenangkan jalan-jalan bersama anak-anak. Mereka juga terlihat senang. Hari ini aku sengaja mencari keperluan bayi untuk kado temanku yang baru saja melahirkan. Melihat pernak-pernik bayi, jadi ingin punya bayi lagi. Lucu-lucu semua. "Bu, lihat ini. Lucu sekali, kalau ada yang besar, Anggi mau beli kayak gini," kata Anggi sambil menunjukkan sepatu bayi yang berwarna pink. "Jadi bahan tertawaan, Dek, kalau pakai kayak gitu. Haha…." ledek Angga. "Ya untuk dipakai di rumah," sanggah Anggi. "Ngapain di rumah pakai sepatu? Apa nggak lembab kakinya." "Ah, Kak Angga ini meledek saja kerjanya." Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar mereka berdebat.  "Bude, ngapain disini? Nyari perlengkapan bayi juga ya?" Kudengar suara Anggi menyapa sese
Baca selengkapnya
Berbohong Demi Kebaikan
Aku mendapat kabar kalau bapakku dirawat dirumah sakit. Aku berusaha menelpon Mas Fandi tetapi tidak diangkat. Akhirnya aku dan anak-anak berinisiatif mendatangi rumah Leni. "Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam. "Waalaikumsalam." Ada anak laki-laki seusia Anggi membuka pintu. Mungkin anaknya Leni. "Siapa Dani?" Ada suara Leni bertanya pada anak yang bernama Dani. Berarti Dani ini yang dulu selalu muncul di hp Mas Fandi. Mas Fandi yang memberi nama Dani pada kontak Leni. Bodohnya aku, berarti sudah lama dibohongi oleh Mas Fandi. "Ada Mas Fandi?" tanyaku pada Leni. "Ada Mbak, ayo masuk dulu!" kata Leni "Nggak usah, kami disini saja." Aku dan anak-anak didik di teras rumah Leni. "Ngapain datang ke sini? Mau mengacau ya?" Tiba-tiba adik Leni nongol dari dalam. "Maaf aku nggak ada urusan sama kamu!
Baca selengkapnya
Jangan Bohong Padaku, Mbak!
Malam ini hanya aku yang menunggu bapak. Ibu dan anak-anak ada di rumah. Sejak datang kesini aku belum pulang ke rumah Bapak, aku yang menunggu Bapak dua puluh empat jam. Karena aku tidak bisa mendampingi beliau di hari-hari biasa, makanya sekarang aku siap mendampingi beliau. Pagi ini kulihat Bapak sudah semakin sehat saja, tidak pucat seperti kemarin. Semoga hari ini Bapak bisa pulang dan beristirahat di rumah. "Assalamualaikum, Bapak! Gimana kabar Bapak?" tanya perawat yang masuk ke kamar Bapak.  "Waalaikumsalam, baik Mbak," jawab Bapak. "Saya periksa dulu ya, Pak?" kata perawat sambil bersiap memeriksa Bapak. Bapak mengangguk. "Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik. Nanti tunggu dokter visit ya, Pak? Beliau yang memutuskan Bapak boleh pulang atau tidak! Saya permisi dulu," kata perawat lagi. "Terimakasih, Mbak" jawabku. "Ayo,
Baca selengkapnya
Ibu Datang
Sudah hampir satu Minggu aku di rumah Bapak. Hari ini Mas Fandi mau menjemputku. Ia tidak mengizinkanku pulang menyetir sendiri. Pulang dari kantor, langsung naik travel ke rumah Bapak. Menjelang Maghrib baru sampai. Besok pagi kami akan pulang. Bapak dan mas Fandi berbincang-bincang santai. Aku masuk kamar menyiapkan keperluan untuk pulang besok. Tak lama kemudian Mas Fandi masuk ke kamar.  "Anak-anak nggak apa-apa kan waktu Papa tinggal tadi? Berani kan mereka hanya berdua saja?" tanyaku pada Mas Fandi. "Jangan khawatir, Ma, mereka sudah besar, hebat dan kuat seperti mamanya," kata Mas Fandi pelan. "Terimakasih ya, Pa? Sudah mau menutupi masalah kita di depan Bapak dan Ibu," kataku lagi. Mas Fandi langsung memelukku dengan erat. "Ma, maafin Papa ya? Papa sangat mencintai Mama. Dengan Leni hanya senang sesaat saja. Yang Papa lakukan
Baca selengkapnya
Tamu Yang Tidak Sopan
Aku mendekati Lana yang seperti kesetanan berteriak memanggil namaku. "Ada perlu apa kemari?" kataku. Kulihat Lana dengan wajah emosi. Enak saja, datang ke rumah orang seperti mau mengajak berkelahi.  "Mana Mas Fandi," kata Lana dengan nada keras. "Hei kalau bertamu itu yang sopan!" sahut Ibu yang ada di belakangku. "Nggak usah ikut campur deh, Bu! Aku perlu sama Mas Fandi. Mana dia?" jawab Lana dengan nada ketus. "Tidur, emang kenapa?" kataku dengan nada kesal. "Kamu apakan Mas Fandi, sudah beberapa hari nggak pulang, ninggalin istrinya yang hamil tua." Lana berkata dengan ketus. Ia menatap t
Baca selengkapnya
Lelah Jiwa Raga
Drtt ...drtt...ponsel Mas Fandi berbunyi terus, yang menelpon bergantian yaitu Mbak Sisi dan Lana. "Ponsel bunyi terus kok nggak diangkat Nis!" kata Ibu yang muncul dari kamar. "Ponsel Mas Fandi, Bu. Yang menelpon Mbak Sisi dan Lana," kataku.  Drtt...drtt... "Sini Ibu yang menjawab telponnya," kata Ibu. Aku menyerahkan ponsel Mas Fandi pada Ibu. "Halo" "........" "Sampaikan sendiri!" "........" "Bukan urusanmu!" jawab Ibu sambil memutuskan panggilan. Aku diam tidak berani bertanya. Menjelang Ashar, Mas Fandi dan anak-anak baru saja pulang. Bahagianya aku melihat mereka senang dan bahagia. Seandainya masalah itu tidak datang. Ah sudahlah, semua sudah terjadi.  "Senangnya yang baru dibelikan ponsel dan lapt
Baca selengkapnya
Bad Mood
"Enak ya kalau Eyang disini. Eyang rajin bikin camilan," kata Anggi ketika kami berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati pisang coklat yang Ibu buat. "Iya, nggak perlu jajan lagi," kata Angga yang dari tadi tidak berhenti mengunyah. "Hayo kalian sudah habis berapa makanannya. Satu buah seribu lho. Nanti bayar uangnya sama Eyang," kataku menggoda mereka. "Kamu ini ada-ada saja Nis," kata Ibu tertawa. Indahnya kumpul bersama keluarga. Sayangnya tidak ada mas Fandi.  Sore ini Mas Fandi pulang ke rumah, setelah pulang dari kantor. "Assalamualaikum." Mas Fandi mengucapkan salam. "Waalaikumsalam," kataku menyambut Mas Fandi.  Mas Fandi mendekati Ibu dan anak-anak. Anak-anak yang tadinya masih tertawa-tawa langsung terdiam, Ibu pun juga diam. "Mau kopi, Pa?" tanyaku memecah keheningan.
Baca selengkapnya
Pengacau Datang
Aku pulang kantor sudah ada Mbak Sisi dirumah.  "Kapan datang, Mbak?" tanyaku basa-basi. "Nggak usah basa-basi," jawab Mbak Sisi dengan ketus. Darahku langsung naik. Pagi-pagi sudah dibuat bad mood, pulang kantor kondisi capek mak lampir sudah nongol di rumah. Ditambah jawaban yang membuat orang emosi. Aku tarik napas dalam-dalam, biar emosiku turun. "Sisi, ditanya baik-baik kok jawabnya kayak gitu," kata Ibu marah. "Dia kan nanyanya basa-basi Bu!" jawab Mbak Sisi. "Masih bagus Anis mau nanya, daripada kamu langsung diusir!" "Ibu membela Anis terus. Yang jadi anak Ibu itu siapa? Sisi atau Anis?" "Ibu membela yang benar!" jawab ibu. "Maaf Bu, Anis ke dalam dulu," kataku sambil berjalan menuju ke kamar. Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan dan pikiran, sebelum berhada
Baca selengkapnya
Sama-sama Pelakor
Hari ini pulang dari kantor aku dan Sandra mampir ke mall untuk belanja bulanan. Banyak yang akan aku beli, karena semenjak Ibu di rumah selalu membuat cemilan, jadi aku menyediakan bahan-bahan yang mungkin diperlukan Ibu. "Banyak sekali belanjaanmu, Nis?" tanya Sandra. "Iya, San. Ibu di rumah sering buat makanan, makanya aku beli macam-macam bahan. Biar Ibu berkreasi dengan bahan yang ada." "Ibu mertuamu baik ya, Nis." "Alhamdulillah, sudah seperti ibuku sendiri." Kami kembali asyik mencari bahan yang lain. "Lho Pak Hasan nyari apa? Sama siapa?" kata Sandra menyapa seseorang. &
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status