Ketika Hati Mulai Mendua

Ketika Hati Mulai Mendua

last updateLast Updated : 2022-04-11
By:  YuRaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
68Chapters
95.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kehidupan rumah tangga yang bahagia menjadi berantakan ketika muncul sang mantan. "Teman, tidak ada yang namanya teman baik antara pria beristri dan perempuan bersuami. Apalagi berteman baik dengan mantan. Yang namanya mantan tidak perlu dikenang, tapi dibuang ke kotak sampah," teriak Anis. Begitu dahsyatnya pesona mantan, hingga menghilangkan logika seorang Affandy Nugraha. "Mama harus sehat, haus kuat dan harus bangkit demi Angga, Anggi dan demi Mama sendiri. Kalau Mama terpuruk mereka akan senang dan bertepuk tangan. Buktikan kalau Mama itu seorang wonder woman," kata Angga mberi semangat mamanya.

View More

Chapter 1

Teman Tapi Mesra

Hari ini Mas Fandi memberitahu kalau ia pulang terlambat, karena mau melayat ke rumah temannya. Seperti itulah Mas Fandi, setiap terlambat selalu memberitahu, jadi aku tidak cemas menunggu kabarnya.

Aku seorang ibu dari dua anak, yang sudah beranjak remaja. Aku juga bekerja di sebuah kantor kecamatan, dan Mas Fandi merupakan pegawai di sebuah kantor pemerintah. Sesibuk apapun aku di kantor, aku selalu mengutamakan keluarga. 

***

"Anis, temenin aku melayat ya?" kata Sandra teman sekantorku, pagi ini.

"Siapa yang meninggal?" tanyaku.

"Teman SMA ku?"

"Sekarang melayatnya?" tanyaku lagi.

"Enggak, lebaran nanti! Ya sekarang!" kata Sandra.

Aku tertawa. Setelah izin dengan teman, kami langsung berangkat. Sepanjang perjalanan Sandra bercerita tentang temannya. Anton, temannya Sandra meninggal karena penyakit gagal ginjal. Sudah setahun ini rutin cuci darah. Memiliki dua anak laki-laki. Sekitar usia 15 dan 10 tahun. Istrinya memiliki toko sembako. Anton sebagai PNS di kantor pemerintahan.

Sesampai di rumah duka sudah banyak pelayat yang datang. Karangan bunga juga banyak berjejer. Tanpa sengaja, aku melihat mobil Mas Fandi. Aku berusaha mengedarkan pandangan mencari keberadaan mas Fandi. Tak terlihat dimana mas Fandi.

Sandra mengajak aku menemui istri Anton. Aku kaget, ternyata istri Anton itu bernama Leni yang pernah ketemu aku di rumah sakit. Leni juga tampak terkejut melihatku. Setelah mengucapkan bela sungkawa, kami keluar mencari tempat duduk.

Sandra bertemu dengan beberapa temannya. Aku ikut bergabung dengan mereka. 

"Istrinya Anton pasti senang ya?" kata Ine teman Sandra.

"Kok bisa?" tanya Sandra.

"Anton sakit-sakitan malah istrinya selingkuh dengan mantan," sambung Citra teman Sandra yang lain. Aku hanya menjadi pendengar saja. 

"Selingkuhannya datang nggak ya?" tanya Ine.

"Datang, aku tadi lihat kok. Mana ya?" kata Citra sambil mengedarkan pandangan. 

"Itu, pakai kemeja putih, duduk dekat pintu masuk," kata Citra lagi. Kami semua menatap ke pintu.

Deg! Itu kan Mas Fandi. Sandra juga kaget, langsung menatap aku.

"Kenapa? Kenal ya?" kata Ine bertanya padaku.

"Kayaknya tetanggaku itu," jawabku berbohong sambil menata emosi. Aku menatap Sandra mengkode untuk ikut bersandiwara.

"Namanya Fandi, dia mantannya Leni. Leni ninggalin Fandi, karena Anton lebih kaya. Padahal sekarang Fandi sudah memiliki istri dan anak," kata Ine menjelaskan pada kami.

Aku sudah tidak kuat mendengar cerita Ine. Hatiku terasa nyeri, mataku mulai berembun. Sandra menatapku iba.

"Eh kami pulang dulu ya? Nggak enak kalau kelamaan ninggalin kantor," potong Sandra.

Kami berjalan menuju mobil Sandra.

Aku lihat mbak Sisi dan Ibu datang melayat, mereka kaget melihatku.

"Lho kamu kok kesini, kenal ya?" tanya ibu.

"Nemenin Sandra Bu," jawabku.

"Oh."

"Tuh Mas Fandi juga ada di sana," kataku sambil menunjuk ke arah Mas Fandi duduk. Secara bersamaan ternyata Mas Fandi melihatku dengan ekspresi yang terkejut. Mbak Sisi dan Ibu diam, sepertinya ada yang mereka sembunyikan.

"Ayo San," aku menarik tangan Sandra.

Di dalam mobil Sandra, aku menangis melepaskan sesak dan emosi yang dari tadi aku tahan.

"Menangislah biar kamu lega," kata Sandra.

"Maaf ya Nis, kalau aku tidak ngajak kamu tadi, kamu tidak akan tahu ini," kata Sandra lagi.

"Enggak apa-apa kok, dengan begini akhirnya ketahuan juga," jawabku.

"Jangan bertindak gegabah, ya? Selidiki dulu semuanya. Aku akan selalu ada untukmu kapanpun kamu butuh bantuanku." kata Sandra.

Aku mengangguk, sambil berusaha menghapus air mata. Jangan sampai orang di kantor tahu kalau aku habis menangis.

***

"Pa, kemarin melayat dimana? Di tempat lain atau di tempat Leni?" tanyaku pada Mas Fandi ketika pulang dari kantor.

"E..e kemarin gak jadi melayat. Banyak yang harus di selesaikan di kantor. Makanya pagi ini baru melayat," jawab Mas Fandi agak gugup.

"Kok nggak bilang sama Mama? Biasanya Papa tu apa-apa cerita sama Mama," tanyaku lagi.

"Maaf Papa lupa. Jangan marah ya sayang," kata Mas Fandi sambil mencium keningku.

Inilah yang membuat aku bucin. Ia pandai sekali membuat hati berbunga-bunga.

Aku mengangguk.

Drtt....drtt

Gawai Mas Fandi bergetar, sekilas kulihat nama Dani yang tertera di layar. Dani siapa ya? Perasaan Mas Fandi tidak punya teman yang bernama Dani. 

"Halo?" Mas Fandi menerima panggilan di telepon 

"..............."

"Iya, iya."

"..............."

Mas Fandi mengakhiri panggilan di telepon. 

Setelah Magrib, Mas Fandi sudah kelihatan rapi.

"Mau kemana, Pa?" tanyaku.

"Mau takziah, Ma."

"Ke tempat Leni ya? Mama ikut ya?" Kataku sambil bergegas ganti baju.

"Tapi Ma, Papa berangkat sama Mirza dan Candra."

"Ya nggak apa-apa, Mama kan kenal sama mereka. Mereka pasti tidak akan keberatan."

"Nggak jadilah ma. Nggak enak sama mereka, mereka kan nggak bawa istri."

"Lho emang kenapa? Kan tujuannya mau takziah."

"Enggak usahlah sudah banyak orang juga yang takziah kesana." Mas Fandi menjawab dengan nada agak kesal. Apa yang kamu sembunyikan Mas?

Aku kembali ke kamar. Berganti pakaian lagi, samar-samar aku dengar Mas Fandi menelpon seseorang.

"Maaf ya, aku nggak jadi datang. Soalnya Anis mau ikut."

"................"

"Jangan marah, Sayang, nanti hilang cantiknya."

"..............."

"Iya...."

Sayang?! Mungkinkah Leni yang dipanggil sayang oleh Mas Fandi? Aku pura-pura sibuk dengan gawaiku, ketika Mas Fandi masuk ke kamar.

Malam ini aku terbangun, aku lihat jam, menunjukkan pukul satu dini hari. Aku menoleh ke samping, Mas Fandi tidak ada. Aku keluar kamar untuk mencari Mas Fandi. Samar-samar ku dengar suara di dapur. Dengan langkah pelan aku menuju dapur. Mas Fandi sedang melakukan video call dengan perempuan. 

Aku kembali masuk ke kamar dan menangis. Tak lama kemudian Mas Fandi masuk ke kamar. Aku pura-pura tidur. Mas Fandi masih menatap gawainya. Akhirnya Mas Fandi terlelap. Segera aku mengambil hp Mas Fandi pelan-pelan. Aku tahu pasword hpnya. Ternyata belum diganti. Aku cari panggilan terakhir dengan seseorang bernama Dani Setelah kusalin no hpnya, kuletakkan kembali.

***

"San, bantuin aku ya," Kataku pagi ini di kantor.

"Bantuin apa?" kata Sandra, tapi mata masih menatap gawainya.

"Mencari informasi tentang Leni."

"Apa?" Sandra langsung memandangku dengan heran.

Aku menceritakan tentang kejadian tadi malam.

"Oke, serahkan padaku," Kata Sandra

"Makasih ya, San."

Sandra bertindak cepat buktinya baru sehari sudah mendapatkan bukti-bukti berupa foto Mas Fandi dan Leni. Leni memang cantik, pantas kalau Mas Fandi terpikat lagi. Aku mengenal Leni ketika Ibu mertua sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit. Ternyata kamarnya bersebelahan dengan kamar suami Leni yang juga dirawat di rumah sakit. 

"Leni, kenalkan ini Anis istrinya Fandi" kata Mbak Sisi ketika aku menunggu Ibu mertua di rumah sakit.

"Leni."

"Anis."

"Saya keluar dulu ya Mbak. Nanti Mas Anton nyariin" kata Leni pamit. Aku dan Mbak Sisi mengangguk.

Mbak Sisi menceritakan kalau Leni sedang menunggui suaminya yang sakit. Anton sudah sering keluar masuk rumah sakit karena penyakit ginjal yang dideritanya. 

Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Perilaku mas Fandi juga masih biasa. Atau aku yang tidak pernah peka, karena terlalu bucin. 

Kupandangi foto mereka, terasa nyeri dihati. Mengapa engkau berbagi hati Mas? Apakah kekurangan ku selama ini? Walaupun aku seorang wanita kantoran tapi urusan rumah tangga masih yang utama. Aku selalu menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak.

Aku tidak akan bertindak gegabah, harus menyelidiki dulu supaya tidak jadi bumerang untukku sendiri. Harus menyusun strategi. 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rafka
Ceritanya menarik ......
2022-05-22 09:33:46
1
user avatar
Onynaga
keren ceritanya. semangat kak
2022-03-31 15:02:45
2
user avatar
Aster Chronos
halo kakak2 bisa minta kritik dan sarannya untuk novelku? judulnya Surat Dari Venus. terimakasi
2022-03-17 20:59:11
3
default avatar
vergin.chandra
bagus, aku suka ceritanya tp aku setuju 1 hal kalau istri juga harus dandan cantik biar suami atau pelakor ga ada alasan selingkuh
2022-03-08 14:20:55
1
user avatar
Bee ♡
Yok Lanjut next Babnya Kakak(。’▽’。)♡
2022-02-12 16:50:34
2
user avatar
Lusiana
bagus lanjut terus
2021-12-19 21:09:25
1
68 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status