All Chapters of Pesan Nyasar Dari Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40
119 Chapters
31
BAGIAN 31PASANGAN IBLIS YANG MAKIN BERANI           “Kenapa begitu, Ri? Kok, kamu jadi kepikiran mengasuh Alexa segala?” Nadia buru-buru bangkit dari rebahnya. Perempuan itu lekas mengikat kembali rambut panjangnya yang sudah mulai awut-awutan. Samar, kulihat sudut bibirnya berkedut halus. Menandakan bahwa dia kini tengah mengulas senyuman. Cukup menyuratkan bahwa keputusanku buat mengasuh Alexa adalah hal yang begitu dia nantikan.          Aku yang duduk di kursi di sebelah sisi kirinya hanya bisa tersenyum sangat manis. Kubuat ekspresiku begitu bahagia. Seolah-olah, aku memang tengah begitu adanya. Padahal, hati ini sangat bersimbah lelah sebab tiada putusnya pura-pura. Aku capek. Namun, tak ada pilihan lain.          “Alexa perlu figur ibu yang baik.” Tanpa tedeng aling-aling, ak
Read more
32
BAGIAN 32POV NADIADUKUNKU YANG AKAN BERTINDAK                   Marah, gusar, murka. Tiga kata itulah yang bisa menggambarkan kondisi hatiku saat ini. Aku benar-benar tersulut emosi saat Riri mengatakan bahwa dia siang ini bakal ke kantor pertanahan untuk balik nama sertifikat rumah mereka. Mas Hendra tak pernah menceritakan ini sebelumnya. Apa maksud pacarku tersebut? Apakah dia sudah mulai melupakanku? Bukankah rumah itu dia bilang tak akan bisa dikuasai oleh istrinya yang akhir-akhir ini entah mengapa jadi berubah drastis?          Aku yak sudah tak tahan, secepat kilat meraih ponsel di bawa bantal. Setelah meyakinkan bahwa Riri telah pergi jauh dari ruangan, aku pun tak ingin buang waktu lagi. Segera kutelepon Mas Hendra dengan perasaan dongkol luar biasa.       &n
Read more
33
BAGIAN 33MENGINJAK HARGA DIRINYA           “Hmm, Ri, sebaiknya kamu kembali ke kantor saja. Kan, kamu susah kalau izin lama-lama.”          Ucapan Mas Hendra kontan membuat kepalaku berasap. Laki-laki gila! Pikirannya memang sudah rusak rupanya.          Sabar, Ri. Menghadapi orang sinting begini sebaiknya tenang. Jangan terpancing lagi. Kamu bahkan tadi telah melakukan hal yang salah. Memberi tahu Nadia perihal penting yang seharusnya menjadi kejutan besar di akhir cerita. Pastinya, hal tersebut telah membuat perempuan jalang itu nekat memanggil Mas Hendra ke sini untuk semakin memanas-manasiku. Memang kurang ajar mereka berdua!          “Aku sudah izin ke direktur!” Bohongku. Tentu saja tidak. Aku hanya bilang pada Eva bahwa aka
Read more
34
BAGIAN 34KUSUSUN PENJEBAKAN           Wajah Nadia sempat pucat saat dirinya kupaksa berjalan hingga mencapai parkiran depan. Keringat sebesar bulir jagung menetes dari dahinya. Perempuan jalang itu terengah-engah napasnya. Aku sempat takut dia kembali drop. Untungnya, ketika masuk mobil, kondisi Nadia berangsur memulih.          “Kenapa kamu tidak berontak?” tanyaku heran sambil menatapnya kesal.          Nadia menggeleng. Wajah innocent yang perlahan kembali segar itu menatapku dengan kaca-kaca di manik hitamnya. “Kamu sahabatku. Baik buruknya tetap sebagian dari jiwaku.”          Bullshit! Omong kosongmu sangat meyakinkan, Nad. Namun, sayangnya aku tak mau tertipu untuk yang ke sekian kalinya.    &nbs
Read more
35
BAGIAN 35GREBEK!           Telapak tanganku sampai basah. Rasanya sekujur tulang gemetar. Jantungku sibuk sekali berdetak sekencang badai tornado. Aku harap-harap cemas duduk di dalam mobil begini. Terlebih, aku hanya numpang parkir saja di depan warkop orang. Ah, hatiku porak poranda dilanda ombak gelisah yang luar biasa.          Sesekali mataku menatap ke jalanan raya, lalu menoleh lagi ke layar ponsel. Aku sebenarnya tak kuat jika harus menemukan fakta baru di depan mata setelah ini. Namun, tak ada pilihan lain. Sekaranglah saatnya aku berjuang sampai titik darah penghabisan, meskipun mentalku sebenarnya sudah keder duluan.          Tepat sepuluh menit menunggu, terlihat dari layar ponselku, pintu kamar dibuka perlahan dari arah luar. Mataku membeliak sebesar telur ceplok. Bola netra ini rasanya sepert
Read more
36
BAGIAN 36KETIKA KAU MENCIUM KAKIKU           Sesaat kutenangkan hati yang masih agak berantakan ini. Aku diam mematung di depan setir. Menatap nanar ke arah jalan raya.          Seketika aku terkesiap kala mendapati dua orang aparat masuk ke gerbang gapura perumahan kami. Seorang tentara dengan motor dinas merek Kawasaki KLX bercat hijau army, lalu seorang lagi polisi yang berkendara di belakangnya dengan motor dinas warna hitam. Mereka berdua lalu semakin jauh masuk ke komplek perumahan kami hingga hilang dari pandangan mataku.          Keringat dingin pun langsung membanjiri pelipis. Tak ada jalan lain. Tidak mungkin kubatalkan semua upaya yang sudah dikerahkan oleh Pak Basuki. Mau tak mau, semuanya harus kujalani dengan bertegar jiwa.          Setenga
Read more
37
BAGIAN 37KETIKA DIA MENCIUM KAKIKU           “Di mana perempuan jalang itu?!” jeritku sambil terus membidik kamera ke depan wajah Mas Hendra. Aku sengaja menerobos bapak-bapak lain yang tadinya mencoba menahanku. Aku tidak takut kepada Mas Hendra! Juga Nadia. Mereka berdua harus kupermalukan!          “Pak Yudi, Pak Susilo, tolong geledah kamar ini! Perempuan itu pasti sedang bersembunyi!” kataku keras.          Semua orang pun langsung masuk ke kamar. Membuka pintu kamar mandi dan lemari. Menyibak tirai jendela yang tampak masih tertutup. Lambat laun, terdengar suara isakan dari arah kamar mandi.          “Keluar!” Pekik garang Pak Susilo yang punya tubuh agak gemuk itu menggema dari arah kamar mandi. Aku yang masih b
Read more
38
BAGIAN 38LEPASKAN BENALU           “Wah, ini pelakornya? Nggak tahu malu! Dasar murahan, bisanya ngerebut laki orang!”          “Gebukin tuh yang cowok! Nggak punya iman! Selingkuh di rumah sendiri, apa udah nggak mampu nyewa hotel?”          “Bikin malu komplek aja! Manusia kaya begini, cocoknya diarak aja dulu, sebelum dibawa ke kantor polisi!”          Ribuan caci maki tumpah ruah memenuhi sekeliling teras rumah. Masyarakat sekitar berduyun-duyun datang ke rumahku hingga tumpah ke jalanan. Informasi cepat sekali menyebar. Dalam sekejap mata, orang-orang sudah menyerbu masuk. Tak peduli lagi imbauan dari aparat yang mengamankan. Bagi mereka, ini hiburan yang menyenangkan.      &n
Read more
39
BAGIAN 39KERASNYA TAKDIR           “Omong kosong! Kamu yang menggodaku duluan! Kamu yang bilang jika aku tipe laki-laki idamanmu. Jangan menyangkal, Nad. Tidak akan ada asap kalau tidak ada apinya. Kamu yang membuat perselingkuhan ini ada. Kamu yang menggodaku mati-matian dan kamu sendiri yang menawarkan diri buat membunuh Wahyu. Semua percakapanmu masih kusimpan di ponselku!” Suara Mas Hendra begitu menggelegar.          Kepalaku seketika semakin pening mendengarkan bantah-bantahan mereka. Mereka sama-sama sampah. Ya, sampah yang tak bisa dipercaya. Baik Nadia, maupun Mas Hendra, mereka memang tak layak dipegang omongannya. Hanya barang buktilah yang akan mengungkapkan segalanya.          “Kalian sama-sama sampah! Tidak pantas kalian hidup di dunia ini. Penjarakan mereka segera, Pak. Mer
Read more
40
BAGIAN 40MAMA          “Kenapa ini, Bun?” Ummi Mega yang langsung duduk di sebelah kananku, kini memberikan rangkulan. Perempuan 31 tahun yang mengenakan khimar panjang berwarna krem dan gamis cokelat tua itu terdengar khawatir sekaligus cemas.          Sedangkan Alexa dan Carissa kini menangis. Keduanya langsung digendong oleh Mbak Naja keluar ruangan bermain karena membuat anak-anak yang lain jadi mengerumuni kami. Setelah kedua bocah perempuan itu sudah menjauh dariku, aku pun langsung berbicara kepada Ummi Mega.          “Ummi, maaf … saya bawa Ica pulang lebih awal,” kataku dengan suara yang parau.          “Oh, iya, Bun. Nggak apa-apa. Bunda kenapa? Wajahnya pucat sekali,” ujar Ummi Mega sambil menatapku cemas. Wanita
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status