All Chapters of Menggerebek Suami Dan Selingkuhannya (Season 1 & 2): Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
BAB 11
Maura telah berpakaian rapi, wanita itu sudah mendandani Delia dengan sangat imut. Membuat semua orang yang melihat ingin menciumnya. Bulu mata lentik Maura mengerjap, dia sangat tampil menawan. Setelah puas memandang pantulan di cermin, bergegas turun menggandeng Delia."Asik ... Delia main ke rumah Oma lagi," pekik Delia girang membuat Maura tersenyum.Mawar terbengok melihat meja makan penuh makanan begitu pula Hamdan. Air liurnya sampai menetes saat melihat hidangan di hadapan itu semua kesukaan dia dan Delia. Pria tersebut langsung beralih menatap Maura, memandang dengan senyuman gembira lalu mendekat mengecup pipi sang istri membikin Mawar cemburu."Terimakasih, Sayang. Aku tau kamu tidak akan membiarkan aku sampai melupakan hasil masakan terlezat dari hasil tangan cantikmu," puji Hamdan lalu matanya terpana saat melihat penampilan baru sang istri."Kamu cantik banget, Sayang." Puji Hamdan memegang pipi Maura hendak mencium bibir ranum itu tet
Read more
BAB 12
"Buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya," batin Indah berseru, tangannya mengepal saat mengingat peristiwa itu."Kamu tidak berbohong'kan?" tanya Indah menatap wajah Maura yang berlinang air mata.Maura mendongak mendengar nada emosi di suara Indah, wanita itu langsung menggeleng. "Tidak, Bu. Ini buktinya, mereka berzina. Aku meminta warga yang menvideokan agar tidak menviralkan ini," jelas Maura menyodorkan handphone. Napas Indah memburu melihat video penggerebekan sejoli mesum. Ia tercenah saat mendengar bahwa Maura memilih menikahkan mereka. Memberikan handphone itu kembali pada pemiliknya ia menatap manik yang menyejukan kalbu."Beri hukuman pada Mawar, agar dia jera," ucapan Indah membuat Maura terkejut. "Kenapa kamu malah menikahkan, mereka?" tanya Indah menarik lengan Maura agar mereka duduk di kursi."Maaf, Bu. Itu caraku untuk membalas mereka," seloroh Maura pelan."Jika Ibu menjadi kamu, Ibu lebih memilih pergi
Read more
BAB 13
Maura dan Mawar dalam perjalanan pulang, mereka tak ada yang berbicara sepatah katapun. Jam enam tepat sampai ke kediaman orangtua Hamdan, bertamu sebentar lalu mengajak Delia karena harus sekolah. Sehabis sampai di rumah, Delia langsung menyuruh ini itu pada Mawar."Mas ... Aku sangat lelah, tapi Delia terus menyuruhku,"  keluh Mawar saat menjatuhkan tubuhnya di sofa, melihat suaminya telah rapi dengan setelan jas."Sudahlah, bersabar saja. Aku berusaha agar kita bisa menikah secara sah agama dan negara," rayu Hamdan agar tidak mendengar keluhan istrinya."Kamu juga harus belajar menjadi istri yang baik, kamu harus banyak belajar dari Mbakmu," ujar Hamdan membuat Mawar mengerucutkan bibirnya."Serius Mas? bukannya kita hanya," ucapan Mawar terhenti saat melihat Maura mendekat."Mas, aku pergi antar Delia dulu," kata Maura lalu tangannya ditahan Hamdan."Aku antar ya," ucap Hamdan meraih tas kerja  meninggalkan Mawar sendiri di rum
Read more
BAB 14
Hamdan keluar dari mobil, melihat kendaraan roda empat dibagasi. Matanya membulat, apalagi mengingat pengeluaran Maura beberapa hari yang lalu. Melangkah cepat masuk ke rumah, disambut oleh Mawar dengan wajah masam. Tak terlihat sang buah hati dan istri pertamanya."Mas ...!" pekik Mawar membuat Hamdan terkejut."Apaan sih kamu, War. Ngomong sama Mas sampe nada tinggi gitu!" geram Hamdan menatap tajam istri keduanya.Mawar langsung menunduk saat tau dia salah, Hamdan mengembuskan napasnya lalu menerobos masuk menjatuhkan tubuh ke sofa. Untuk menarik perhatian sang suami, Mawar berusaha melayani sebaik mungkin. Lelaki itu sampai terbingung-bingung, melihat tingkah si istri kedua tersebut."Tumben kamu gini," ujar Hamdan karena biasanya Mawar setelah melihat dia hanya keluhan yang keluar."Kamu tidak adil sebagai suami, Mas." Perkataan Mawar membuat Hamdan mengeryitkan alisnya bingung."Maksudmu apa, sih! Ngomong yang jelas, biar Mas tau," sah
Read more
BAB 15
Ternyata Hamdan benar-benar meninggalkan Mawar di rumah. Tapi dia tak lupa memberikan beberapa lembar uang pada istri keduanya. Dia tak mau dianggap tak bertanggung jawab. Tujuan mereka adalah pantai.Senyuman terukir di bibir Delia, pekikkan bahagia keluar dari mulut. "Ah ... Delia bahagia bisa jalan-jalan sekeluarga lagi," ucap gadis itu, dia meminta agar Hamdan dan Maura sedikit menunduk mendaratkan kecupan di pipi orangtuanya."Bun, ayo kita berenang," ajak Delia menarik lengan Maura."Nanti, Sayang. Kita harus cari hotel dulu," sahut Maura membuat Delia mengerucutkan bibirnya."Sudah kalian berenang aja gih, nanti Mas yang cari hotelnya," seru Hamdan dibalas anggukan keduanya."Makasih Ayah, Lia sayang Ayah," kata Delia memeluk kaki Hamdan.Maura tersenyum melihat kebersamaan keluarga kecil tanpa diganggu. Ia tengah menikmati bahagianya kalau Hamdan tidak membawa Mawar dalam rumah tangga mereka. Seketika hati wanita itu nyeri mengingat
Read more
BAB 16
"Mbak! Apa-apa sih, bikin kaget aja," ketus Mawar mengusap dadanya lalu menatap sinis pada Maura."Kamu tuh, kamu masukin apa ke kopi Mas Hamdan?" tanya Maura sekali lagi lalu mengambil keresek hitam itu. "Itu gula, Mbak. Kamaren aku beli gula, soalnya stok gula habis, tapi aku beli dikit doang," seru Mawar lalu mengaduk kopi itu dan melangkah menuju Hamdan berada."Kukira dia mau pelet Mas Hamdan," gumam Maura mengurut keningnya, mungkin dia masih kecapean jadi pikirannya ke mana-mana. "Aku tidur aja deh," tutur Maura. Melangkah menuju kamar, ia malu kalau harus ke sana dan menemui Hamdan. Pasti wanita itu sudah bilang pada sang suami, atau bahkan melebih-lebihkan. Menatap langit-langit kamar, memilih memejamkan mata."Ini Mas," ucap Mawar menyodorkan kopi."Makasih, War." Hamdan mengambil secangkir kopi itu lalu ia tiup dan seruput."Kenapa Maura lama sekali?" tanya Hamdan melirik dapur lalu Mawar yang bersa
Read more
BAB 17
"Kenapa mundur Sayang, gak usah malu-malu ---," ucapan lelaki itu terhenti saat suara pintu terbuka membuat dia menoleh."Anda siapa! Anda salah masuk toilet," tegur perempuan yang tadi sempat tertidur dan mendengar suara lelaki di dalam toilet wanita."Oh maaf, saya juga habis minta maaf dengan Mbak, ini. Ya sudah, saya pergi." Lelaki itu langkah melangkah keluar sedang malas mencari keributan."Kamu gak papa, Mbak?" tanya penjaga toilet wanita, Mawar mengangguk dan mengucapkan terimakasih.Mawar melangkah dengan cepat bahkan bisa di sebut berlari. Wanita itu langsung memeluk lengan Hamdan. Ia menelusupkan wajahnya ke dada sang suami."Ada apa, Sayang?" tanya Hamdan membelai surai Mawar."Ayo kita pulang," pinta Mawar, pria itu langsung mengiyakan keinginan sang istri."Ternyata dia sudah punya suami, pasti sudah hambar," ucap lelaki itu lalu melangkah pergi menemui kekasihnya.Mawar saat sampai langsung masuk ke kamar. Maura
Read more
BAB 18
Suara dering ponsel membuat Hamdan terbangun. Pria itu lekas mengambil handphone dan menempelkan ke telinga. Mendengar suara sang Mama yang akan ke sini, membuat mata dia langsung terbuka."Apa, Ma! Mama mau menginap disini?" tanya Hamdan dengan pekikkan, membuat Mawar terbangun."Kenapa sih, Mas. Kok masih pagi teriak-teriak," ujar Mawar dengan mata terpejam."Suara siapa itu, Dan! Kayanya bukan Maura, kamu jangan main serong, Dan!" bentak wanita yang melahirkannya membuat nyali Hamdan menciut."Anu ... Mah," ucapan Hamdan terhenti."Apaan Anu-anu, awas kalau kamu main serong dan menyakiti menantu kesayangan Mama! Kami akan kesitu, ini lagi diperjalanan, assalamualaikum," ucap Mama Hamdan, wanita itu langsung mematikan sambungan telepon. "Gawat! Mama dan Papa akan ke sini," ujar Hamdan panik, ia bergegas turun dari ranjang dan langsung membersihkan diri."Memang kenapa kalau Mama dan Papa mertua datang, baguskan kamu bisa ngena
Read more
BAB 19
"Dia pembantu baru kami, Mah," sahut Hamdan cepat, takut Mawar menjawab."Ohhh, pembantu ... tapi kenapa dia manggil Maura dengan sebutan Mbak, itu gak sopan tahu!" sinis Mama mertua menatap benci pada Mawar."Kenapa pembantumu memakai pakaian bagus begini dan kurang bahan lagi. Hei ... kamu mau menggoda anakku ha!" bentak Mama mertua membuat mereka terkejut."Maaf Mah, bukan begitu. Aku ...," ucapan Mawar terhenti saat Maura berbicara. "Mama, sudahlah. Ayo mau masak, mau buatin makanan special buat kalian," ujar Maura membuat Mama mertua yang tadinya sangar langsung mengembangkan senyuman begitu lebar."Lihat dong, kalau Mas Hamdan tidak mau memberitahu Mama jika dia menikahimu!" sinis Maura saat Mawar telah selesai menyiapkan minuman."Diam lo Mbak! Mbak gak tau alasan Mas Hamdan tidak mengakuiku," geram Mawar.Wanita itu menaruh nampan di meja. Menatap tajam Maura, ia tersenyum sinis. Membuat Maura geli dengan tingkah adik ma
Read more
BAB 20
Setelah kepala sekolah pamit, Wita datang tersenyum sinis pada trio julid. Maura memilih untuk pergi duduk di kursi mengistirahatkan tubuhnya. Tangan Aira terkepal dengan penuh kebencian menatap Maura."Makanya, jangan terlalu sombong! Lihat orang kaya yang udah lama mah gak pamer ke kamu," sinis Wita akhirnya bisa mendapatkan kesempatan menghina wanita ini."Diam lo miskin!" bentak Aira lalu mendekati Maura lalu menampar Maura."Sudah puas tamparnya? Mau lagi, ini masih nganggur," ujar Maura dengan sinis menatap dingin Aira."Ini semua karna lo! Lo permalukan gue," bentak Aira menunjuk wajah Maura lalu ditepis wanita itu."Lo gak punya etitut apa, main tunjuk-tunjuk wajah orang aja!" ucap Maura datar, berusaha agar tidak terpancing emosi."Lo bikin gue malu, setan! Harusnya gue gak pernah kenal sama lo," hardik Aira menarik lengan Maura dan mendorong tubuh wanita itu sampai Maura jatuh terduduk."Aww ...," pekik Maura mengusap tangan
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status