All Chapters of Bukan Istri Idaman: Chapter 51 - Chapter 60
104 Chapters
51. Logam Mulia 100 Gram
 "Mas?" panggil Mila lembut, ia jadi salah tingkah karena dipandangi sebegitunya."Eh, i-iya. Kamu sangat cantik. Sempurna."Mila kembali tersipu, pipinya merona merah."Benarkan? Bu Mila memang cantik dari awal. Gimana, jadi bapak puas dengan hasilnya?" tanya Devi."Ya, sangat puas. Nanti Bu Devi lah yang akan jadi MUA pernikahan kami," sahut Denny."Oke. Deal.""Untuk tempat dan waktunya akan saya kabari menyusul.""Siap, Pak Denny. Selamat ya buat kalian, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah.""Aamiin."Usai fitting baju pengantin, mereka bergegas kembali pulang ke rumah. Tentu saja sebelumnya Denny membelikan makanan agar Mila tak repot-repot memasak di rumah.*Wulan tengah asyik berselancar di dunia maya, ia tengah melihat-lihat barang-baran
Read more
52. Ada Penyusup di Pesta Pernikahan
 "Mas Haikal, kenapa gak masuk? Ayo dong masuk, nikmati suasananya. Kita lihat mantan istrimu yang dulu kau abaikan kini tengah jadi ratu."Haikal gugup saat Bu Wandi menghampirinya dengan wajah ramah."Eh i-iya Bu, biar saya disini aja.""Lho, kenapa? Udah ayo masuk. Sudah datang ke sini kok malah diam saja. Kita harus menghargai yang punya hajat."Haikal mengangguk, walau hatinya begitu sakit, apalagi harus melihat Mila bersanding dengan pria lain. Ia tertegun melihat wanita itu, ia tampak cantik dan menawan. Sungguh kali ini dia sangat menyesal, menyesal telah melepaskan berlian seperti dirinya."Haikal, kamu datang juga!" tepuk seseorang. Haikal menoleh, rupanya sang kakak dan adiknya yang tengah mengganggunya memandang Mila."Gila, Haikaaaaal. Mas kawinnya aja logam mulia 100 gram. Berapa duit itu?! Ckckck, pantas aja dia pilih si Denny. Soalnya
Read more
53. Menantu Idaman
Denny tampak panik saat melihat darah Haikal yang tak berhenti bercucuran. Ia menyuruh sopirnya untuk mempercepat laju mobilnya saat ini."Haikal, bertahanlah!" ucap Denny.Sesampainya di Rumah Sakit, para perawat langsung menyambutnya dan membawa Haikal dengan brankar dorong menuju ruang UGD."Bapak sebaiknya urus pendaftarannya dulu ya biar secepatnya kami lakukan tindakan," ujar seorang perawat. Denny langsung menuju ruang pendaftaran pasien."Keluarganya pasien?" Salah seorang perawat keluar dari ruang UGD."Keluarganya belum ada yang datang, Sus. Saya yang membawanya kesini.""Oh iya Pak, begini kami harus meminta persetujuan bapak untuk tanda tangani dokumen ini. Pasien harus segera di operasi, Pak. Luka di perutnya cukup dalam.""Baik. Lakukan apa saja yang menurut kalian itu solusi terbaik. Biar nanti saya yang bicara ke keluarganya."
Read more
54. Malam Mendebarkan
Mila segera memakai hijabnya kembali, berlalu keluar menghampiri Alina yang tengah dipangku ibu mertuanya. Denny pun ikut menyusulnya ke depan."Nak, badan Alina sepertinya panas," ucap Bu Rani. Wanita paruh baya itu terlihat khawatir.Mila meraih Alina dan memeriksa keningnya, agak panas. Begitu pula dengan Denny."Kita ke dokter ya," ucap Denny yang tak kalah khawatir."Mas, kita ikhtiar di rumah dulu ya. Tolong belikan obat penurun panas di apotik. Besok kalau panasnya masih belum turun baru kita ke dokter," ucap Mila."Oke."Denny segera berlalu keluar, walaupun Alina bukan anak kandungnya, tapi ia benar-benar sayang.Isakan tangis Alina mulai mereda."Dia sepertinya kecapekan, Mil," ucap ibu mertuanya."Iya, Bu. Insyaallah nanti juga sembuh."Setelah seperempat jam, Denny kembali pulang membawa obat u
Read more
55. Pelangi Setelah Hujan
"Haikal kritis lagi.""Apaa?""Kamu harus bertanggung jawab kalau ada apa-apa dengan adikku! Kamu akan kami tuntut ke jalur hukum!""Saya akan segera kesana, Mbak."Panggilan terputus begitu saja. Denny menghela nafas dalam-dalam, lalu mengusap wajahnya sendiri."Mas, kenapa?" tanya Mila lembut."Aku akan ke Rumah Sakit, Haikal kritis lagi."Ayah dan ibunya saling berpandangan. Begitu pula dengan Mila, ia menatap suaminya dengan tatapan entah."Apa mereka mengancammu, Mas?" tanya Mila lagi."Ya, dia bilang akan menuntutku kalau terjadi sesuatu padanya.""Tapi kan kamu gak salah apa-apa, Mas."Denny justru tersenyum."Ini nih ibaratnya orang lain yang salah kamu yang kena getahnya."Denny meraih tangan istrinya. "Gak usah khawatir. Ini terjadi di acara pern
Read more
56. Siapa Pelakunya?
Saat Mila hendak melangkah, tiba-tiba saja jemari tangan Haikal bergerak. Sekali lagi Mila menajamkan pandangannya, tapi tak ada tanda-tanda kalau ia mulai sadar.Mila kembali melangkah pergi hingga panggilan lemah itu menghentikannya."Mi-la ..."Wanita itu menoleh kembali, mendapati Haikal membuka matanya. Sendu."Ma-af." Terdengar suaranya begitu lirih dengan nafas pendek seolah sedang merasakan sesak."Iya Mas, iya. Tunggu sebentar ya, Mas, aku panggilkan dokter dan keluarga Mas dulu."Mila berlalu keluar, menghampiri keluarga mantan suaminya."Bu, Mbak, Mas Haikal--""Kenapa dengan Haikal?" tanya Indah ketus."Dia sudah sadar. Sebaiknya segera panggil dokter dulu supaya Mas Haikal diperiksa."Ibu menangis sambil tersenyum. Indah dan ibu pun masuk ke dalam ruangan. Sedangkan Nessa berlari ke kantor jag
Read more
57. Pindah ke rumah baru - Ancaman
"Mbak tadi ada dua orang tidak dikenal datang kesini, mereka mengobrak-abrik dagangan. Semuanya hancur, Mbak.""Apaa?""Bapak juga, bapak--""Bapak kenapa, Dek?""Bapak dipukuli, Mbak. Sekarang tubuh bapak babak belur.""Astaghfirullah hal'adzim, teganya mereka, Dek."Tanpa terasa butiran bening menetes di pipi Mila. Denny yang memperhatikannya menatapnya dengan iba."Mbak, kalau bisa mbak kesini ya. Aku gak tahu harus gimana? Akmal juga ketakutan, dia ngumpet di kamar, gak mau keluar dari tadi.""Iya, Dek. Mbak akan segera kesana."Panggilan itu pun terputus begitu saja. Hati Mila menjadi kalut mendengar penuturan adiknya."Kenapa, Sayang? Apa yang terjadi?""Mas, kata Wulan tadi ada dua orang preman ngobrol-ngobrol dagangan, Mas. Terus bapak juga dipukuli sampai babak belur."
Read more
58. Perampokan
Wanita itu melempar benda-benda yang ada di hadapannya. Frustasi. Hatinya dilanda dendam yang membara. Kenapa selalu saja dia gagal?Setelah keluar dari penjara dua bulan yang lalu, ia harus menebalkan muka dengan ocehan para tetangga. Dendam itupun makin terpupuk ketika sang pengacaranya kalah di persidangan karena Denny telah menyewakan pengacara hebat yang lain. Alhasil dia harus melewati malam-malam dingin di balik jeruji selama masa hukuman dua tahun, tapi ia mendapatkan remisi, hingga bisa keluar enam bulan sebelum masa tahanan berakhir.Begitu pula dengan sang adik yang harus menjalani kehamilannya dalam penjara, melahirkan anaknya di penjara, hingga akhirnya Riska mengalami depresi, ia menjadi tak waras lagi usai masalah yang menimpa bertubi-tubi. Kini sang adik masih harus melewati malam kelam di Rumah Sakit Jiwa. Tatapannya yang kosong, kadang menangis sedih, kadang tertawa membahana, berteriak tak jelas memanggil-manggil sang ma
Read more
59. "Ayah, bunda dibawa orang, Yah!"
 Denny merasa sedikit lega atas ucapan istrinya. Dia bersyukur Mila mengerti akan kondisinya, bahkan tak segan untuk membantu."Mas, kita ini keluarga, jadi harus saling berbagi, saling terbuka satu sama lain, saling percaya dan tentu saja saling membantu.""Terima kasih, Sayang. Kau penyemangatku saat ini. I love you."Mila tersenyum penuh kehangatan. Pria itu memeluk sang istri. Ia merasa bersyukur bisa mengenal Mila.Denny sudah punya semangat yang baru. Ia tak segan-segan membantu para karyawannya memasarkan barang dagangan. Bahkan ia terjun langsung ke car free day, seperti yang Mila lakukan, berjualan di tempat-tempat yang ramai pengunjung, berharap mendapatkan hasil yang signifikan agar bisa menutup segala kekurangan.Usahanya tak sia-sia. Selama beberapa hari bekerja keras, ia bisa mengumpulkan modal kembali. Stock baju yang dulunya tidak laku di Butik dan ha
Read more
60. Hancur
Tangannya mengepal erat! Kenapa dia begitu lengah kalau ternyata teror itu masih berlanjut. Bahkan ia tak menyangka hal ini akan terjadi. Lelaki itu mengecek toilet, benar saja Mila tak ada dimanapun, handphonenya terjatuh di lantai. Denny segera mengambilnya. Alina yang berada dalam gendongannya mulai menangis."Sayang, Alina, tenang ya. Ada ayah disini," ucap Denny sembari menenangkannya. Ia menciumi putri kecilnya dengan lembut.Lelaki itu segera kembali ke tempat anak kembarnya berada."Ayah, gimana bunda? Bunda dibawa orang, Yah!" Daffa langsung menghampirinya ketika Denny datang mendekat. Daffa-Daffi langsung memeluk kakinya erat.Hatinya begitu getir melihat tiga anak kecil itu menangis."Sayang, kita akan cari Bunda. Ayo langsung masuk ke mobil.""Ndaaaa .... Ndaaaa ..." Alina menangis memanggil ibunya yang tak kunjung datang.Tangisan ketiganya ma
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status