Semua Bab Satu Laki-Laki Empat Istri: Bab 71 - Bab 80
82 Bab
Ketika Harus Memilih
 Keheningan masih menjadi teman dua insan yang kini sedang duduk di bangku teras. Tessa tidak bisa langsung bicara dengan Rendra tadi, karena Emak ada di depan rumah. Terpaksa Tessa pun membawa Rendra masuk dan Emak menyiapkan makan untuk mereka. Kini, Tessa hanya bisa diam sambil mengamati pemandangan di depannya. Masih indah karena banyak pohon hijau dan hanya ada sedikit rumah. Tenang, tapi tidak setenang perasaan Tessa. "Apa kamu masih menginginkan perpisahan, Sayang? Mas enggak punya siapa-siapa kalau kamu pergi." Rendra membuka pembicaraan. Sepolos itu, ya Tessa, sampai bisa dikelabui Rendra. Tessa sampai tidak tahu laki-laki yang membawa mobil adalah Rendra bukan Oni. Sepertinya, semrawut pikiran Tessa membuatnya tidak fokus. "Tessa? Sayang, kamu dengar Mas, kan?" Rendra mencoba menyentuh tangan Tessa. Tessa menepis tangan tersebut. Punggung Aski lebih menarik dibanding tangan Rendra. Dia mengelus-elus lemb
Baca selengkapnya
Dilema
Setelah membawa Wanda ke rumah sakit, Rendra duduk di samping istri pertamanya yang sedang berbaring itu. Perlahan Rendra meraih tangan Wanda. "Mas, minta maaf, selama ini bersikap egois," lirih Rendra. Perasaan sesal tiba-tiba menghampiri Rendra. Namun, penyesalan pun tidak akan mengubah apa-apa. Kata dokter, Wanda mengalami depresi, dia juga sakit karena belum mengisi perutnya. Tampak perempuan itu lebih kurus, meski baru beberapa bulan di sel tahanan. Pasti Wanda merasa tidak tahan. Selama hidup di luar penjara, kehidupan Wanda bisa dibilang enak. Apa pun yang dia inginkan selalu ada. Meski, ada satu hal yang mungkin Rendra tidak tahu, hati perempuan itu berantakan karena harus memendam cemburu. Awalnya Wanda tidak masalah perihal pernikahan suaminya. Namun, lama-lama Wanda merasa Rendra tidak adil, apalagi sejak kehadiran Kresna. Wanda merasa Rendra terlalu memberi lebih pada perempuan itu apalagi tentang perasaan. Sebagai pere
Baca selengkapnya
Cinta yang Tulus
  "Bagaimana keadaan Mbak Wanda?" Tessa memulai percakapan karena merasa Rendra hanya diam saja sedari tadi. "Wanda sepertinya depresi," sahut Rendra menatap ke depan. Tessa ikut diam. Suasana hati suaminya pasti sedang tidak baik-baik saja. Wajah Rendra benar-benar murung. Tatapan laki-laki di sampingnya itu membuat Tessa penasaran. Tessa mengikuti pandangan sang suami. Ada sepasang suami istri, suaminya sedang menggendong bayi perempuan, dengan si ibu yang memainkan tangan si mungil tersebut. Tessa tiba-tiba meneteskan air mata. Meski tidak dibicarakan, sedikitnya Tessa mengerti apa yang Rendra rasakan. Pelan Tessa memberanikan diri meraih tangan Rendra. "Mas," lirih Tessa membuat Rendra menoleh. Tessa menghela napas terlebih dahulu sebelum bicara. "Mas enggak perlu maksa untuk milih antara aku sama Mbak Wanda." Rendra diam masih berusaha mencerna ucapan Tessa. "Mas bisa jujur sama aku?
Baca selengkapnya
Tidak Mungkin Adil
Kresna menatap lampu-lampu indah yang berasal dari rumah-rumah di bawah bukit ini. Aroma sejuk yang menyegarkan pernapasan. Dia merasa tenang di tempat yang jauh dari bising kendaraan dan asap polusi. "Indah," gumam Kresna, "oh, ya, terima kasih karena sudah menolong aku." Entah benar atau tidak yang dilakukannya sekarang. Kresna hanya menuruti keinginan seseorang untuk pergi ke sini. Dia juga memang mau mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut. "Untuk apa?" "Karena sudah menuruti kemauan aku untuk berpisah. Aku minta maaf kalau selama ini enggak bisa menjadi yang terbaik." Kresna diam sebentar masih menikmati pemandangan di bawah sana. "Jadi apa yang mau--" Ucapan Kresna berhenti saat tiba-tiba dua tangan menelusup pinggang, seseorang di belakang Kresna ternyata langsung memeluknya tanpa izin. Kresna sontak memberontak dan melepaskan diri. "Maaf, tapi kita bukan mahram. Aku ke sini karena mau mendengarkan apa ya
Baca selengkapnya
Memaksa Cinta
 "Mas Rendra?" Tessa yang bersuara saat menatap laki-laki yang langsung menghampiri mobil Kresna. Laki-laki itu mengetuk pintu kaca mobil. Kresna membuka perlahan dengan dahi yang berkerut. "Mas bikin kaget kenapa harus motong jalan gitu?" tanya Kresna. "Kamu menculik istri Mas, ya?" Rendra menatap Tessa sambil melukis senyum. Tessa memalingkan muka tidak bernafsu membalas senyum sang suami. Kresna yang menyadari ketegangan yang terjadi, segera berdehem. "Iya, nih, aku nyulik istri orang yang katanya mau kabur, mau cari suami baru lagi kayaknya," kata Kresna membuat Tessa cemberut. "Apa sih, Kak?" Tessa memukul paha Kresna. "Enggak kok. Aku enggak mau kabur." Kresna sedikit terkekeh, kemudian tanpa Tessa sadari Kresna melirik Rendra penuh arti. "Em, kalau gitu ikut gih, pulang sama suaminya." "Enggak mau," tolak Tessa. "Katanya enggak kabur. Nanti suaminya diambil orang lho,"
Baca selengkapnya
Berbohong Putih
Tessa sedang asik jalan-jalan. Aski berada dalam gendongannya. Tessa sengaja tidak membawa baby sitter karena sedang cuti, lagipula Tessa hanya sedang mengantar ART-nya berbelanja. "Hallo, Mbak." Seseorang menyapa Tessa saat dirinya sedang melihat-lihat sepatu bayi. "Iya, ada apa ya, Kak?" tanya Tessa ramah. "Em, maaf nih, Kak. Suaminya ke mana, ya?" Tessa ingin sekali memukul mulut lelaki di depannya kini. Lancang sekali dia! "Ada. Kenapa, ya?" Tessa menahan amarah. "Oh." Laki-laki itu mau mencubit pipi gembul Aski, tapi lekas Tessa menepis tangan tersebut. "Kalau dilihat-lihat anak Mbak ini mirip kayak Pak Rendra, ya? Mbak tahu enggak Pak Rendra?" cecar laki-laki itu semakin membuat Tessa jengah. "Enggak, Kak. Saya enggak kenal." Tessa segera membalikkan badan. Lebih baik pergi dari pada meladeni orang seperti ini. Stress sepertinya ini orang, kepo dengan urusan hidup orang lain
Baca selengkapnya
Pilih Satu Saja
"Mbak ...." Tessa berujar lirih sambil melihat istri pertama suaminya sedang terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Perempuan itu bisa ada di sini karena telah melakukan percobaan bunuh diri. Wanda mencoba menyilet pergelangan tangannya. Untung saja Rendra keburu datang dan melihat sang istri tergolek lemah dengan pergelangan tangan yang mengeluarkan darah. Sementara, di sudut ruangan itu Rendra sedang mengamati pemandangan halaman rumah sakit di balik jendela. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu. Tessa sendiri hanya menoleh sekilas lalu kembali menatap Wanda. Pucat dan kurus, berbeda sekali dengan Wanda yang sering dia lihat selama ini. "Mbak, Mbak harus sehat, ya? Aku kangen lho, kangen lihat Mbak yang selalu cantik." Tessa tidak kuasa menahan tangis melihat perempuan yang terbaring itu hanya bisa menatap kosong. Wanda sudah siuman sejak satu hari dia dirawat di rumah sakit. Baru saja perempuan itu keluar rumah sakit sekaran
Baca selengkapnya
Istri yang Selingkuh
 "Maaf, Pak Rendra, apa betul anda sudah menceraikan dua istri anda sekaligus?" Di acara konferensi pers yang di selenggarakan pihak Purnama Grup. Rendra betul-betul langsung dicecar masalah pribadinya. Rendra menahan Oni dengan tangannya saat laki-laki itu hendak berbicara. Rendra tahu, pertanyaan ini terlalu sensitif, karena sebetulnya konferensi pers diselenggarakan untuk peluncuran produk baru dari Purnama Grup. "Baik, setelah tadi saya menjelaskan tentang produk baru yang kami luncurkan. Saya berharap produk baru ini bisa laris di pasaran. Pun bisa memberi manfaat terutama untuk konsumen dan perusahaan kami. Untuk pertanyaan yang sodara tanyakan kepada saya, saya akan jawab ...." Suara jepretan kamera terdengar, para wartawan bahkan ada yang saling berbisik, seolah gosip-gosip seperti ini memang nikmat untuk diperbincangkan. "Saya dan istri-istri saya, hubungan kami baik-baik saja, dan perpisahan yang kami lakukan pun dil
Baca selengkapnya
Istri Asisten Rendra
Tessa sedikit menerka-nerka orang yang sedang membelakangi Tessa tersebut. Sepertinya kenal, tapi Tessa kenal di mana? "Kakak tunggu di sini aja," pinta Tessa sambil melirik Kresna, "biar aku yang nyamperin dia." "Nanti kalau kamu diapa-apain, gimana?" Kresna tentu merasa khawatir, meski jarak laki-laki itu tidak sampai sepuluh meter dari mereka. "Tenang aja, Kak. Deket kok. Kakak bisa teriak kalau aku di apa-apain. Lagian ini masih di depan rumah." Tessa menepuk pelan bahu Kresna. Perempuan di sampingnya pun membentuk bulat jari telunjuk dan jempolnya. "Oke," sahut Kresna pelan. Dari jarak yang sekitar satu meter Kresna mengawasi Tessa yang mendekati laki-laki berkemeja itu. "Maaf," kata Tessa membuat laki-laki itu menoleh. "Oh, Hallo, Mbak Tessa. Perkenalkan saya Andi wartawan dari televisi GEATv." Laki-laki itu langsung mengulurkan tangan. Dengan canggung Tessa meraihnya, denga
Baca selengkapnya
Meresmikan Pernikahan
Kresna menyusut air mata yang keluar dari sudut matanya. Perempuan itu baru saja tertawa melihat tingkah si Andi, wartawan menyebalkan itu pergi karena malu. Semuanya pertanyaan berhasil dijawab Oni. Bahkan, saat Aski bangun, bayi itu entah kenapa memanggil Oni papa. Wah, memang betul-betul suatu keajaiban. Kresna senang bisa melihat Tessa kembali tersenyum lagi. Keduanya juga memang merasa lega. Rendra mengambil pisang goreng. "Acting kamu bagus, On," ucapnya lalu memakan pisang goreng. "Iya, apalagi pas kamu bilang mau bergaya pas difoto si Andi waktu di supermarket. Aku pengen buang air lho lihat kamu cium Tessa. Tessa kamu kaget, ya, dicium pipi sama Oni, itu mata kayak mau keluar. On, kamu mesum juga ternyata?" Kresna menimpali sambil kembali terkekeh kecil. Oni hanya mengulas senyum malu-malu. Dia bukan sengaja melakukan itu, tapi memang perintah Rendra. Ya, kalau pun Rendra tidak menyuruh, mungkin Oni akan sukarela melakukan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status