Semua Bab ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH: Bab 171 - Bab 180
238 Bab
171. TRANSFERAN LIMA RATUS JUTA
“Bu. Kali ini keputusanku sudah bulat dan tak mungkin menyesalinya. Apa yang dilakukan Elang sudah tak bisa termaafkan. Jadi tolong, Ibu mendukungku. Untuk kali ini saja, cobalah percaya dengan keputusanku ini.” ucap Zahra sembari menyentuh jemari sang bunda sembari menatap lekat wajah wanita yang sudah mulai terlukis kerutan pada wajah senjanya.“Apa kau mau bicara dengan Ibu penyebab dari keputusanmu yang mendadak ini?”“Aku belum bisa cerita sekarang, Bu. Tapi suatu hari nanti, jika aku sudah siap, aku pasti akan cerita kepada ibu.” Zahra menggengam tangan ibunya dengan erat.“Tapi ... ““Astuti! Biarkan anakmu mengambil keputusan sesuai dengan hatinya! Jangan mencampurinya karena dia yang lebih tahu tentang kondisi rumah tangganya.” Ucap Mustafa kepada istrinya. Tanpa mereka sadari, sang kepala keluarga mendengar obrolan keduanya.“Tapi, Yah.”Mustafa melangkah ke arah putri dan istrinya dan duduk di depan keduanya.“Zahra. Kau tenang saja. Biar nanti ayah yang akan menghubungi za
Baca selengkapnya
172 BERTEMU ELANG
‘Ini Elang. Aku sudah mentransfer nafkah bulanan untukmu. Kau masih istriku dan masih menjadi tanggung jawabku untuk memberimu nafkah.’Tentu saja hal itu membuat wajah gadis itu memerah. Dia pun langsung menghubungi nomor yang tertera di sana.“Elang kau ...”“Aku berada di depan rumah Budi. Kalau kau ingin bicara denganku, temui saja aku!”Klik. Elang menutup sambungan secara sepihak. Dia tahu istrinya tak bisa menyimpan apa yang dirasakannya lebih lama. Dan dia yakin sang istri akan menemuinya.Elang sudah bisa menerima keputusan istrinya. Dan kali ini dia hanya ingin bertemu sekali saja sebelum sidang perceraiannya.Sementara itu, Zahra kesal karena merasa disepelekan oleh pria yang masih berstatus sebagai suaminya. Dia pun berniat untuk turun dan menemui suaminya.“Zahra! kau mau ke mana?” tanya Budi yang melihat Zahra meninggalkannya tanpa sempat berpamitan.“Nanti aku ceritakan!” jawab Zahra sembari menutup pintu.***Zahra terlihat begitu emosi. Dia membuka pintu gerbang dan b
Baca selengkapnya
173. SESAK DALAM DADA
Zahra merasa hatinya kian teriris. Kini pria yang telah membuatnya jatuh cinta tak mau menyentuhnya lagi walau hanya sekedar menghapus air mata.“Ayo. Ambil sapu tangan ini dan hapuslah air matamu. Jangan sampai perpisahan kita menyisakan kesedihan di hatimu.” Elang masih mengulurkan sapu tangan.“Tidak usah. Terima kasih.” Zahra menghapus air mata dengan jemarinya.“Apa setelah kita resmi bercerai, kau akan menikah dengan Budi?”“Itu bukan urusanmu lagi!” jawab Zahra dengan ketus.“Oke. Sorry.”“Apa hanya itu yang ingin kau sampaikan?” tanya Zahra kepada suaminya. Tatapan matanya lurus ke depan. Tak sedikitpun menatap ke arah suaminya. Bukan karena tak ingin memandangnya, tetapi karena takut untuk jatuh cinta lagi dan membuatnya sulit untuk pergi darinya.“Iya. Hanya itu,” jawab Elang singkat.“Sekarang aku yang akan bertanya kepadamu. Kenapa kau masih mentransfer uang bulanan untukku. Bukankah sudah jelas kalau sebentar lagi kita akan bercerai?” tanya Zahra dengan datar.Elang menar
Baca selengkapnya
174. NASIHAT BUDI
“Siapa yang menggugat?’ tanya Budi dengan serius.“Aku,” Jawab Zahra dengan singkat.Budi menarik napas dan membuangnya perlahan. Dia merasa bersalah karena pasti dia juga ikut andil dalam keputusan Zahra.“Boleh aku memberi masukan?”Zahra menganggukkan kepala.“Tolong pikirkan ulang keputusanmu. Dan aku juga tidak ingin orang berpikir aku menjadi salah satu penyebab dari perpisahanmu. Apapun yang terjadi, cobalah untuk membuka pintu maaf untuk suamimu. Aku yakin Elang orang yang baik dan tepat untuk menjadi pendampingmu.”“Keputusanku tidak ada hubungannya denganmu!” jawab Zahra singkat.“Apa yang transfer tadi itu dari Elang?”“Iya.”“Sebesar itu?”“Iya. Di setiap bulannya memang segitu. Dia juga memberikan aku credit card yang unlimited.”“Zahra-Zahra. Kau benar-benar bodoh jika melepas pria sebaik dia. Bayangkan saja, dia sudah tahu kau menggugatnya, tapi masih memberikan nafkah untukmu. Aku heran kepadamu, tertutup apa sih hatimu sampai tidak bisa melihat kebaikan suamimu yang b
Baca selengkapnya
175. ELANG BERBICARA DENGAN BUDI
Elang menghentikan kendaraannya di depan rumah Budi. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba mantan kekasih istrinya itu menghubunginya dan ingin bertemu. Saat Elang bertanya ada keperluan apa, Budi tak menjawabnya secara jelas. Dia hanya ingin bertemu dan berbicara dengannya.Elang terus mengamati rumah Budi. Ada sedikit keraguan untuk melangkah. Berbagai pikiran buruk berkecamuk dalam otaknya. Bagaimana nanti jika Budi hanya ingin menjebak saja dan ingin mempertontonkan kemesraan dia dengan istrinya. Tentu saja tujuannya ingin membuat cemburu.Tapi benarkah demikian atau malah sebaliknya. Entahlah. Pikiran Elang terasa penuh dan tak lagi bisa berpikir jernih.“Mungkin saja mereka akan segera menikah. Dan Budi akan mengucapkan terimakasih kepadaku karena ikhlas melepas wanita yang pernah dipacarainya itu.” Ujar Elang seraya tersenyum kecut.Mengambil ponsel untuk menghubungi Budi. Tak perlu waktu lama untuk mendapat jawaban dari seberang.“Halo. Saya sudah berada di depan rumah Anda!”
Baca selengkapnya
BAB 176
“Aku tidak akan menikah dengan Zahra. Hubungan kami saat ini hanya sebatas teman, layaknya kakak dan adik. Dulu aku memang mencintainya. Tapi setelah aku menikah, cintaku sudah tercurah seluruhnya kepada Vero, istriku. Begitu juga dengan Zahra yang sangat mencintaimu. Jadi tidak mungkin kami menikah!” Budi menatap wajah Elang dengan tersenyum.“Benarkah? Kamu serius?” tanya Elang tak percaya. Selama ini dia selalu berpikir jika hubungan keduanya telah terjalin kembali.“Untuk apa aku bohong?”“Tapi kenapa Zahra begitu ngotot untuk merawatmu setiap hari. Bahkan dia mengabaikanku sebagai suaminya. Dan aku pikir itu juga keinginanmu. Kau sekarang tak punya istri, dan aku pikir kalian ingin merajut kembali cinta yang sempat berakhir karena diriku.”“Itu tidak benar! Aku tak pernah berpikir seperti itu!” jawab Budi dengan tegas. Dia benar-benar jujur dan memang sudah tak ada lagi cinta untuk Zahra. Bagi Budi semua masa lalu sudah terkubur rapat.“Budi. Jujurlah padaku. Aku ikhlas kalau kau
Baca selengkapnya
BAB 177
Hari ini akan menjadi hari tersulit sepanjang hidup yang dijalani oleh Zahra. Sidang pertama perceraian akan dilaksanakan hari ini. Kesedihan begitu terlukis pada wajahnya yang sembab. Entah sudah sebanyak apa air mata yang keluar.Semalaman gadis itu tiada henti menangis. Berjuta penyesalan yang merasuk dalam dadanya. Kenapa dengan mudah memutuskan untuk mengajukan gugatan perceraian.Gadis cantik itu duduk di depan meja rias sembari memegang sepucuk surat yang masih tersegel di dalam amplop dan berada di tangannya. Dia menimbang-nimbang akan membukanya atau tidak sama sekali karena apapun hasilnya tak diperlukan lagi. Sidang tetap saja berjalan sesuai yang sudah dijadwalkan.Surat itu berisi tentang hasil pemeriksaan dari rumah sakit tentang persoalan yang menggangu pikirannya. Surat itu sudah keluar dua hari yang lalu. Namun Zahra tak berani membacanya.Hari ini Zahra memutuskan akan membuka untuk memenuhi rasa penasarannya. Apapun hasilnya nanti dia sudah siap dengan semuanya.“Bi
Baca selengkapnya
BAB 178
“Tidak mungkin! Ibu tahu Elang begitu mencintaimu!”“Elang sendiri yang sudah bilang kepadaku, kalau dia sudah ikhlas untuk melepasku. Dan dia juga memintaku untuk melakukan pemeriksaan agar kebenaran terungkap.”“Itu artinya Elang masih mengharapkan dirimu, Nak.”“Tidak, Bu. Dia hanya ingin memulihkan nama baiknya.”Sejenak keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.“Loh, kok malah masih santai. Ini udah siang. Nanti kita terlambat!” suara Mustafa mengagetkan keduanya.“Ayah. Ada yang perlu kita bicarakan. Sebenanrnya ....”“Ibu!” Zahra menggelengkan kepala dan mencegah ibunya untuk berbicara kepada ayahnya.“Ada apa? kamu masih gak ikhlas, Nak? sudahlah. Jangan memikirkan dia lagi. Masih banyak lelaki diluaran sana yng seratus persen lebih baik dari Elang! Cepat! Ayah tunggu di mobil!”Mustafa berlalu meninggalkan keduanya yang sedang dalam kebimbangan.“Nak. Cobalah temui suamimu dan bicaralah. Ibu tahu kau masih mencintainya. Jangan pertaruhkan masa depanmu hanya unt
Baca selengkapnya
179. MEDIASI
Ingin rasanya menjerit dan berkata bahwa yang seharusnya berada di posisi wanita itu adalah aku. Namun bibir tak mampu berucap. Lidahpun terasa kelu. Hanya air mata yang masih setia menemani.Benar-benar tak menyangka jika semudah itu suaminya berpaling kepada wanita lain. Ternyata semua ucapan cintanya hanya palsu belaka.Tanpa disadari sang suami sudah berada di hadapannya. Zahra segera menghapus air matanya. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan pria yang membuatnya sakit hati.Yang lebih menyakitkan lagi, pria itu hanya berhenti beberapa detik menatapnya dan tanpa sepatahkatapun pergi begitu saja. Seolah dirinya sudah tak ada artinya lagi.Zahra menatap ke arah suaminya hingga punggung pria itu tak terlihat lagi. Gadis itu menarik napas untuk mengatur perasaannya yang tidak stabil.“Aku harus kuat!” Zahra memejamkan mata seraya memberi motivasi kepada dirinya sendiri.Kemudian gadis itu melangkah menuju ruang tunggu. Dan pada saat itu, sang bunda datang tergopoh-gopoh untuk mene
Baca selengkapnya
18O. MEMINTA MAAF KEPADA ELANG
Pada saat akan menaruh tas di bangku mobil, zahra terlupa belum menutup tas dengan sempurna. Alhasil tas tersebut memuntahkan beberapa barang yang berada di dalamnya.Ada satu yang menarik perhatiannya, yaitu kertas hasil pemeriksaan dari rumah sakit. Gadis itu memungut lalu menatapnya lekat. Ada sesuatu yang mendesak dalam dadanya untuk memberi tahu hasilnya kepada Elang.Walau hal ini takkan berpengaruh bagi hubungan mereka, tapi Zahra ingin membersihkan nama baik Elang supaya tak ada beban dalam dadanya.Gadis itu segera mengambil kertas dan turun dari mobil. Sejenak dadanya dipenuhi berjuta keraguan. Namun rasanya tidak adil jika membiarkan kesalahpahaman ini terjadi.Dengan berat, gadis itu melangkah menuju pria yang masih berstatus sebagai suaminya.‘Tunggu! Aku ingin berbicara sebentar saja!” Zahra menghentikan suaminya yang sedang membuka pintu mobil.Elang menatap ke arah suara. Dia tak percaya bahwa wanita yang menggugatnya berada di hadapannya.“Apa begitu penting?” tanya E
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
24
DMCA.com Protection Status