All Chapters of Jerat Cinta Bodyguard Tajir: Chapter 11 - Chapter 20
152 Chapters
11. Gairah Asha
 "Mas bilang gini, saya kasihan sama Asha dan Brama.." jawab Marchel"Ooo ... jadi mas cuma kasihan ya sama aku?" selidik Asha"Ntar dulu dong, kan belum selesai ngomongnya, terus mas bilang gini,""Bapak percaya kalau saya jatuh cinta sama Asha?""Saya sangat percaya, dan itu adalah sesuatu yang wajar..itu kata om Bram, Kamu sangat tahu kalau saya selalu mempercayai kamu, tapi ... ada satu hal yang tidak saya inginkan, kata Om Bram.."Marchel tidak meneruskan pembicaraan, sehingga membuat Asha semakin penasaran. Asha sudah mulai tersanjung oleh Marchel yang mulai membangun suasana kehangatan diantara keduanya. Asha memeluk Marchel dengan mesra, dia sudah begitu yakin ka
Read more
12. Lepas Kontrol
 Marchel tersadar atas apa yang baru saja hampir terjadi. Sebagai lelaki yang masih lajang, dia benar-benar menikmati apa yang dilakukan Asha tadi.Asha keluar dari kamar sambil menyusui Brama, dan duduk di samping Marchel. T-shirt Asha yang terbuka dengan tanpa mengenakan bra, dia menyusui Brama di depan Marchel. Marchel melihat betapa indahnya pemandangan yang ada dihadapannya.Asha menatap Marchel sambil tersenyum, dia tahu Marchel sangat menikmati dadanya yang indah."Mas mau ikutan? Mandangnya kok sampe gitu sih?" canda AshaMarchel tersipu malu mendengar pertanyaan Asha."Aku cukup memandangnya aja kok." jawab Marchel sedikit salah tingkah
Read more
13. Marchel Kepergok Tantenya
Marchel duduk di tepi tempat tidur, pikirannya berkecamuk dan sangat dilematis. Begitu susah dia menahan hawa nafsunya dari godaan Asha, yang memang secara fisik sangat menarik dan menggairahkan. Dengan postur tubuhnya yang sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat dan body goals-nya yang menggoda. Semua bagian tubuhnya begitu indah di mata Marchel, juga dengan tinggi tubuhnya begitu serasi. Memang kalau pria seumuran Bram, bukanlah lawan Asha. Itulah yang membuat Marchel tidak bisa menahan diri, saat melmandang tubuh Asha, apa lagi dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menutup tubuhnya. Marchel begitu gundah mau memanuhi keinginan Asha, tapi batinnya menolak, karena tidak sesuai dengan apa yang diucapkanya. Tapi di sisi lain, sebagai lelaki masih muda dan lama menjomblo, melihat Asha seperti itu timbul gairah ya
Read more
14. Marchel di Interogasi
Marchel menutup teleponnya, dan dia sedikit lega, karena maminya sudah tahu kalau dia ketemu tante Michelle, dan tante Michelle percaya kalau Marchel dan Asha sudah nikah siri. "Mami kamu marah ya mas?" tanya Asha dengan sedikit kuatir "Mudah-mudahan enggak Asha, kita berdoa aja semoga papi dan mami mau menerima kehadiran kamu dan Brama." jelas Marchel. "Nanti malam, mas akan menghadap papi dan mami untuk menjelaskan ini." "Iya mas, semoga apa yang kita harapkan sesuai dengan kenyataannya ya." ujar Asha penuh harap Asha mulai menggoda Marchel, dengan menempelkan dadanya ketangan Marchel. Sementara Brama sedang di tidurkan oleh Narti di kamar. Asha berusaha memancing gairah Marchel, dan terus memberikan rangsangan pada Marchel. "Mas, apa gak sebaiknya kita nikah siri dulu mas? Biar kita sah untuk melakukannya?" bujuk Asha "Sabarlah Asha, mas ingin menikmatinya di malam pertama kita nanti." Asha mengubah posisi duduknya, dia dudu
Read more
15. Menunggu Restu
  Selesai sarapan, Asha dan Marchel duduk di ruang tamu, seperti biasanya Asha dengan manja merayu Marchel, agar segera di halalkan, karena dia sudah sangat ingin bercinta dengan Marchel. Sebagai laki-laki yang belum pernah mengumbar syahwatnya, dan belum pernah make love, Marchel tergolong hebat dalam menahan dirinya, padahal sudah berbagai usaha dilakukan Asha, untuk memancing gairah Marchel. "Mas gimana dengan usul aku kemarin? Aku sudah ingin banget bercinta sama kamu." "Sabar aja Sha, mudah-mudahan usaha Om Bram berhasil, mas ingin merasakan bagaimana nikmatnya malam pertama." "Tapi akukan udah gak tahan mas, kamu itu sangat menggoda banget." rayu Asha. "Selama ini aku cuma melakukannya sama Om Bram, belum pernah
Read more
16. Asha Gundah
  Bayang-bayang yang menakutkan menghantui pikiran Asha, dia banyak melihat realitas hidup yang sulit menerima ketidak-setaraan dalam strata sosial, dia sangat menyadari kalau berasal dari masyarakat yang strata sosialnya jauh di bawah keluarga Marchel. Dia bisa menikmati kemewahan hidup, hanya karena kebaikan hati Bram, dan dia tidak menyangka kalau Bram mau memerlakukannya dengan sangat manusiawi. Sekarang, di depan matanya sudah akan hadir sebuah kenyataan hidup, yang sama selalu di luar dugaannya. Dia hanya hidup seperti air yang mengalir, tidak pernah tahu akan berlabuh di muara yang mana. Kadang kehendak Tuhan memang selalu berbeda dengan keinginan manusia. Sebagai wanita yang baru beranjak dewasa, rasanya Asha belum mampu berpikir seperti apa dia harus menghadapi kenyataan yang akan dihadapinya nanti.
Read more
17. Asal-usul Asha
  Marchel berusaha memberikan argumentasi, untuk memperkuat posisi Asha. Dari kamar, sayup-sayup Asha juga mendengarkan apa yang menjadi perbincangan Marchel dan kedua orang tuanya. Asha merasa sangat pesimis kalau kehadirannya ditengah keluarga Marchel bisa diterima. "Yang keturunan indo itu ibunya Asha ya chel?" Tanya Mami Marchel "Ya mi, makanya Asha pun agak indo juga, kalau ayah Asha dari Sumatera, Asha jago masak lo mi, tantenya usaha catering untuk wedding, makanya Asha kuliah di perhotelan, jurusan tata boga." Jawab Marchel "Pantesan kamu gak pernah makan di rumah ya, udah gak doyan masakan mami?" "Seenak-enaknya masakan mami, tetap aja aku harus hargai masakan isteriku mi."
Read more
18. Yang Masih Dirahasiakan
Mobil Marchel sudah memasuki area perumahan bibi Asha. Marchel mencari parkiran, karena mereka harus berjalan lagi kedalam gang, kearah rumah bibi Asha. Brama masih lelap tertidur, di pangkuan Asha.Di depan sebuah toko yang tutup tidak jauh dari gang rumah tante Asha, Mobil Marchel di parkir, hanya di situ yang lebih memungkinkan untuk parkir. Marchel mengambil Brama dari pangkuan Asha, dia menggendong Brama menuju rumah tante Asha.Sampai di depan rumah bibi Asha, sambil mengucapkan salam, Asha mengetuk pintu rumah bibinya,"Assalamu'alaikum.. ""Wa alaikum salam.." suara bibi Asha menyahut dari dalam. Bibi Asha keluar membukakan pintu"Wah ... ada cucu nenek
Read more
19. Asha Surprised
  Asha dan Marchel duduk berdampingan di depan meja yang sudah dikemas begitu bagus, di dekor sedikit dengan pita dan bunga. Asha masih terheran-heran dengan sistuasi itu, cuma dia tidak berani buka suara. Salah satu ustadz yang duduk di seberang Asha dan Marchel mulai membuka suara, "Pak Marchel jadi ini mempelai wanitanya ya?" tanya Ustad. "Kalau gitu kita mulai saja ya. Namanya siapa mbak?" "Asha Dwiyanti ustad, " jawab Asha "Pak Marchel sudah siap ya?" Mendengar pertanyaan ustad tersebut Asha menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. Akhirnya ustad memimpin acara ijab kabul antara Marchel dan Asha, dan Marchel pun dengan sangat lancar mengikuti apa yang diucapkan ustad. Baru Asha sadar kalau dia baru melaksanakan acara akad nikah secara siri dengan Marchel.
Read more
20. Malam Pertama
Asha begitu senang, karena sudah dinikahi secara sah oleh Marchel, tidak ada lagi halangan yang mempersatukan mereka. Marchel sebagai lelaki yang belum pernah sama sekali menyentuh wanita secara fisik, dia pun mempersiapkan diri untuk melayani Asha di malam pertama. Memang agak aneh rasanya, seorang lelaki yang tampan, anak tunggal, dari keluarga yang kaya raya, tapi masih melajang di usia yang seharusnya sudah patut menikah. Memang Marchel laki-laki yang kurang bergaul asalnya, pikirannya baru terbuka setelah di didik dengan keras oleh Bram. Lingkungan keluarga Marchel sangat selektif dalam pergaulan, sehingga Marchel pun terbiasa seperti itu. Tidak salah orang tua Marchel menitipkan magang di perusahaan Bram, sambil bekerja dia diberikan kesempatan untuk memperluas pergaulan. Kalau saja sejak awal dia dipertemukan dengan Petty anak Bram, bisa jadi Petty merupakan cinta pertamanya. Tapi rupanya Asha yang beruntung, karena Asha adalah perempuan yang pertama,
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status