All Chapters of Jerat Cinta Bodyguard Tajir: Chapter 41 - Chapter 50
152 Chapters
41. Dilema
Bik tum kasih tahu Asha agar kalau mau masak untuk Papi dan Mami Marchel, harus tanya dulu dimasakin apa,"Non jangan sekali-kali masak sesuatu gak di tanya dulu, soalnya nyonya sangat cerewet soal makanan," ujar bik Tum"Iya bik, aku baru tahu soalnya, kalau soal kebersihan gimana bik?" Tanya Asha"Nanti kalau non tinggal di paviliun, barang-barang yang sudah di sana, jangan di pindahin ya, harus rapih setiap hari," nasehat bik Tum"Oo gitu ya bik? Suka di kontrol ya?""Setiap hari pasti di kontrol non, kalau berantakan bisa ngamuk nyonya, dan itu sepanjang hari akan terus ngoceh."Mendengar penuturan bik
Read more
42. Sebuah Kecurigaan
"Yang paling saya cemaskan soal Brama, karena biar bagaimana pun Brama bukan darah daging kamu, jadi tidak ada ikatan batin sama Papi dan Mami kamu," jelas Bram"Saya selalu berusaha membuat Papi dan Mami dekat dengan Brama pak,""Gak bisa Cel, itu soal ikatan darah, hubungan darah, anak bayi itu sangat sensitif." Jelas Bram lagi"Saya sendiri sangat dilematis pak, kalau saya tidak tinggal di sana, Papi dan Mami ngambek, dan sedih.""Kamu tinggal di satu rumah atau terpisah di paviliun? Kan disana ada paviliunnya ya kalau gak salah?""Nantinya saya akan tinggal di paviliun, Papi kasih saran begitu."Bram b
Read more
43. Masa Lalu
 Sekarang Asha baru terasa, kalau persoalan ini akan menjadi masalah besar di belakang hari. Sementara dia aendiri tidak tahu bagaimana menghadapinya, jika itu benar-benar terjadi.Asha melamunkan masa lalunya, saat dia berkenalan dengan Bram,FlashbackAsha sedang memilih-milih gaun di sebuah mall, tiba-tiba Bram mendatanginya dengan penuh percaya diri, karena Bram sudah kenal karakter anak-anak se usuia Asha, "Kamu suka ya gaunnya? Kalau suka ambil aja, kalau mau yang lain juga ambil aja, ntar yang bayar," ujar Bram"Maaf, om siapa? Kok baik banget?" Tanya Asha"Udah, kamu gak perlu tahu saya, nanti juga kamu akan tahu." Lanjut BramSaat itu Asha hanya mengambil yang dia suka, dia tidak manfaatkan Bram, untuk memenuhinya semua keinginannya. Bram jadi simpati sama Asha, karena Asha tidak porotin dia, Bram terus tempel Asha, dan menawarkan untuk membeli yang lainnya, namun Asha menolak.Sejak itu, Asha sering jalan
Read more
44. Sebuah Pengakuan
"Saat smester 6 mas, itu pertama kali, dan aku sampai ML sama dia, habis aku belum ngerti sih." Jawab Petty"Terus cowoknya kemana sekarang? Emang kamu di tinggal gitu aja setelah ML sama kamu?"Petty menjawab pertanyaan Marchel dengan tangisan, dia tidak bisa membendung airmatanya, karena pertanyaan Marchel itu mengingatkan dia pada peristiwa yang sangat menyakitkan."Udah mas ah!! mas bikin aku sakit hati lagi, padahal aku sudah lupakan peristiwa itu." Ucap Petty"Ok Pet, kita sudah sampai, airmatanya dihapus dulu deh, make up-nya juga di rapikan ya." Ujar Marchel.Marchel memperlihatkan pada Petty, bagaimana menghargai sekuriti, dan berhadapan dengan resepsionis. Sikap Marchel itu untuk mengajarkan Petty agar bisa memanusiakan manuisia, tidak mentang-menatang.Bahkan Marchel mengajarkan langsung pada Petty, bagaimana memposisikan diri di hadapan klien, di saat kita butuh pekerjaan darinya. Melihat semua yang di lakukan Marchel, Petty mera
Read more
45. Sebuah Perdebatan
"Persoalan ini kalau di bahas terus Pi, akan jadi meruncing nantinya, membuat Marchel tidak nyaman di rumah ini." Ucap Marchel"Papi percaya semua ini bagian dari Takdir Tuhan Cel. Tapi, pertanyaan Papi itu bukanlah manifestasi ketidakpercayaan, itu sebetulnya pertanyaan yang biasa, Papi mengajak kamu bicara ini karena menganggap kamu sudah dewasa.""Dari awal Marchel sudah bilang, kalau Marchel ceritakan gak cukup waktunya Pi, karena Marchel baru pulang kerja, belum sempat ngapa-ngapain, Papi ajak Marchel ngobrol cuma untuk menanyakan hal itu.""Ya udah.. kamu istirahat deh, Papi juga mau ke kamar." Ujar Papi Marchel menutup pembicaraan.Marchel kembali ke kamar, ternyata Asha dari tadi berusaha untuk menguping pembicaraan Marchel dan Papinya dari jendela kamar,"Ada apa mas? Kok kedengarannya Papi dan Kamu tegang gitu pembicaraannya?" Tanya Asha"Gak ada apa-apa sha, biasa aja.. aku kalau bicara sama Papi suka gitu, kami suka berdebat berdua
Read more
46. Puncak Kecemburuan
Dalam remang temaram lampu kamar, ditengah gulita malam, Asha membunuh api cemburu dengan cumbuan demi cumbuan. Marchel yang menahan gairah yang tak tertahankan saat terogada oleh Petty, di lampiaskannya pada Asha yang memang halal dia gauli.Keduanya terkulai setelah puncak pelepasan, mereka sudah menikmati apa yang memang halal mereka nikmati."Mas.. terima kasih ya aku lepas dan puas banget malam ini, aku kalau kesal gitu," Ucap Asha penuh kepuasan. "Kalau gitu, lain kali aku harus bikin kamu kesal dulu deh, biar kamu bisa seperti malam ini ya." canda Marchel "Kalau aku kesal benaran, terus gak mood gimana? Mas mau aku kayak gitu?"Marchel tidak menjawab pertanyaan Asha, dia kembali mencumbu Asha, namun Asha tidak meresponnya. Marchel sepertnya tidak memahami apa yang di katakan Asha, bahwa dia sudah lepas dan puas.Asha memang biasanya tidak cukup satu kali, dia selalu ingin mengulangnya, tapi kali ini semua gairah dan hasrat
Read more
47. Ikatan Batin
Brama bayi kecil itu tidak pernah tahu kalau kehadirannya di dunia ini terus menjadi pembicaraan. Mungkin nasib Brama tidak segetir nasib ibunya saat seusia dia yang di tinggal kedua orang tuanya karena berpisah. Brama masih beruntung, karena diasuh oleh ibu kandung nya dan di sayang bapak sambungnya. Tidak adanya ikatan batin dengan sosok orang yang dianggap sebagai eyangnya, membuat dia tidak dianggap sebagai cucu.Marchel sudah berangkat kerja. Philip Papi Marchel pergi main Golf bersama Bram, ayah kandung Brama. Di rumah, Asha kembali berhadapan dengan ibu mertuanya yang terus mencecar Asha menanyakan Brama anak siapa sebenarnya. Brama sedang di gendong Narti untuk di kasih makan, saat Asha diajak Mami Marchel berbicara,"Asha ... kamu jangan tersinggung dengan pertanyaan Mami ya," ucap Mami Marchel"Soal apa ini Mi kira-kira?" Tanya Asha"Kemarin Papi dan Mami ngobrol soal Brama, kok Papi dan Mami itu gak merasa ada ikatan bat
Read more
48. Sebuah Kabar
 "Pak Bram pernah bertemu Brama?" Tanya Philip"Pernah pak, saat saya mengunjungi apartemen Marchel saya gendong dia, karena anaknya lucu, ganteng seperti Marchel." Jawab Bram. "Saya malah belum pernah gendong Brama pak, padahal tiap hari ketemu, aneh ya pak?" "Sekali-kali gendong aja pak buat menghibur Marchel, anggap aja cucunya.""Susah pak ini soal rasa, soal hubungan batin itu tidak bisa dipaksakan.""Ya setidaknya atas nama belas kasihan dan rasa kemanusiaan pak, pak Karno aja dulu setiap ketemu anak-anak selalu beliau gendong kok, padahal anak rakyat jelata." Ujar BramMendengar ucapan Bram itu, Philip baru tergugah, dia merasa selama ini terlalu membeda-bedakan kasih sayang, hanya atas dasar hubungan darah dan ikatan batin. Sehingga lupa pada nilai-nilai hakiki dalam hubungan kemanusiaan. Memang beda cara pandang Philip dengan Bram, dalam melihat dan menilai hubungan kemanusiaan. Philip lebih men
Read more
49. Kabar Gembira
 Di kantor, Marchel menceritakan kabar dari Asha kepada Bram di ruang kerja Bram, "Semoga itu jadi kabar baik buat Asha ya Cel." Ucap Bram"Ya pak, ternyata Allah mendengar doa-doa Asha selama ini." Jawab Marchel"Kasihan sama Asha, sejak bayi tidak mengenal orang tuanya, syukur-syukur kalau hidup orang tuanya lebih baik ya.""Itu yang ingin di ketahui Asha dari Bibinya, karena Bibinya belum cerita banyak dengan Asha soal rencana kedatangan Mamanya pak." Jelas Marchel "Ya kamu ajak Asha ketemu dan ngobrol sama Bibinya..""Asha ngajak saya hari ini pak, cuma saya gak bisa, lagi sibuk banget hari ini pak.""Besok aja, kamu beresin semua kerjaan hari ini, supaya besok kamu longgar, dan bisa temani Asha."Bram sangat senang mendengar Asha akan ketemu dengan Mamanya, karena Bram sangat tahu seperti apa penderitaan Asha selama ini, itulah yang membuat Bram sampai dekat dengan Asha, karena dia kasihan sama Asha. 
Read more
50. Brama Sakit
Sekarang semua merasa bersedih melihat kondisi Brama yang sedang sakit, terutama Bram, meskipun dia tidak berada di rumah sakit. Jelas Bram lebih kuatir, karena Brama adalah darah dagingnya dengan Asha.Brama menjadi pusat perhatian, semua menyayangi Brama, bahkan sangat takut kehilangan Brama. Begitulah rencana Tuhan, anak yang tidak berdosa itu hanya menerima akibat dari dosa orang tuanya. Dia sama sekali tidak pernah menginginkan lahir ke muka bumi ini.Bahkan dia tidak pernah tahu akan lahir dari rahim siapa, dan siapa yang membuahinya. Sudah sepantasnya dia tidak menerima akibat itu semua, dan sudah sepantasnya siapa pun menyayanginya, karena dia hanyalah bayi yang tidak mengerti apa-apa. Di sela-sela kesibukan membesuk Brama, Papi Marchel sempat ngobrol sama Asha, "Kapan Mama kamu mau pulang ke Indonesia Sha? Dalam rangka apa? Mau ketemu kamu?" Tanya Papi Marchel"Ya Pi, cuma belum tahu kapan, katanya sih mau memperluas
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status