All Chapters of Suami Berkhianat, Aku Minggat (wanita pilihan): Chapter 11 - Chapter 20
108 Chapters
Part 11. Perubahan Renata.
  "Menyebalkan," gerutunya, lalu tiba-tiba tangisnya pecah, merasakan sesak dari semua yang dialaminya.  "Mas Ahmad dan Mas Doni sama saja. Mereka hanya menoreh luka di hatiku," jerit batinnya.  Wanita berbadan mungil itu, menelungkupkan wajahnya di atas bantal, Lalu menangisi nasib diri yang dirasa sangat menyakitkan baginya. Ia gamang harus bagaimana. Ia kira Doni akan jadi pengobat luka hatinya. Namun kenyataannya malah menambah kehancuran hidupnya saja. "Apakah salahku hingga kedua lelaki itu begitu kompak hadir di hidupku hanya untuk menyakiti dan menghancurkanku secara bersamaan!" batinnya bertanya kenapa dan kenapa.  ——— Renata tersenyum melihat story' yang dibuatnya telah dilihat oleh Lia, dering panggilan pun beberapa kali di ulangi.Akhirnya setelah berhenti Renata dengan sigap menghapus unggahannya juga
Read more
Part 12.
 "Ya, gi—gitu ... biar aku over aja deh sama Bianca," sahut Renata pelan. Dia bingung membahasakannya bagaimana seharusnya agar tak menyinggung hati suaminya juga keluarganya. "Ibu dan Dina, pasti akan tersinggung, Ren!" cicit Doni. "Karena begitu, Mas, aku ngomong sama kamu sekarang," lirihnya. Keduanya sama-sama diam tanpa kata.  ——— Bianca sudah meluncur menuju rumah Ibunya di kawasan Depok. Dia bermaksud pamit untuk terbang besok pagi, pasti diomelin karena tidak menginap. Entahlah, setelah bekerja Bianca lebih memilih hidup mandiri daripada tetap tinggal dengan orang tuanya. Awalnya dia hanya ngekos di daerah Tangerang dengan biaya yang mahal menurut bundanya. Yang akhirnya dia memutuskan memilih rumah tipe cluster dengan harga yang lumayan, untuk ukuran gaji dia sekarang ini. Tapi lebih murah kalau diban
Read more
Part 13.
"Ren?" panggil Bunda Hani. "Iya, Bun." "Kamu, baik-baik saja kan?" tanya bundanya Bianca menyelidik, sejak Renata masuk tadi wajahnya tidak seceria biasanya, Bunda Hani merasa ada yang salah dengan Renata. Wajah wanita muda itu begitu murung seperti dirudung duka. "Akh, enggak, Bun, emang kenapa, Bun?" Kilah Renata. Dan berusaha menyembunyikan kepahitan hidup yang sedang dialaminya "Wajah kamu tidak menyiratkan baik-baik saja," tegas Bunda Hani sambil menatap lekat wajah Renata. Dia menyisir setiap inci wajah sahabat anaknya itu. Renata hanya diam, tiba-tiba saja rasa sedih menyeruak di dadanya. Padahal tadi dia tertawa bahagia bisa berkumpul dengan keluarga Bianca. Namun sekarang seketika saja dia tak bisa menyembunyikan duka yang sedang dirasakannya. Renata memeluk tubuh Bunda Hani dihadapannya. Lalu menangis sejadi-jadinya. Tangisan Renata begitu pilu di pendengaran wanita par
Read more
Part 14. Di rumah Renata
  Saat Lia hendak menuju pintu, badannya berbalik seketika tanpa menoleh terlebih dahulu. Kebetulan posisi meja tempat makan dia tadi, berada di ujung pintu. Jelas saja saat dia berbalik, langsung menyenggol siapapun yang keluar atau masuk pintu itu. Karena tempatnya yang memang minimalis. Pria kokoh yang ditabraknya tadi memelototkan matanya karena kaget melihat wanita berhijab maroon itu sampai oleng jika saja tidak memegang sisi meja, sudah pasti ia akan terjerembab. Lia menjerit dan beristighfar saat bawaan nya jatuh dan tubuhnya seakan sedikit terpental ke belakang. Dia yang menubruk, dia sendiri yang oleng. Beberapa pasang mata melihat ke arah Lia dan laki-laki yang masih tertegun di pintu masuk. "Maaf," cicit Lia, sambil meringis memegang pinggulnya yang sakit terkena ujung meja. "Oh, saya yang minta maaf, apa ada yang sakit?" tanyanya, sambil memandang penuh penyesal
Read more
Part 15. Perubahan Doni.
Aku melonjak kaget dengan dekapannya yang tiba-tiba."Apaan sih, Mas?" tanyaku sambil berusaha melepaskan pelukannya."Aku rindu."Degh!?" Aku cukup ternganga mendengar penuturan Mas Doni. Setelah sekian purnama kami saling acuh, kini kudengar sebuah pengakuan yang cukup membuatku goyah pada rencana yang telah kususun secara matang.Pelukannya begitu erat dan dia terus mengendus tengkukku. Sejak dulu Mas Doni sangat menyukai aroma parfum musk yang aku pakai. Katanya lembut dan menenangkan. Cukup lama dia menghirup aroma tubuhku. Seakan takut kehilangan. Seandainya saja kamu setia Mas! Hatiku bergejolak dan melahirkan ribuan tanya, kenapa dan mengapa.Sikap mas Doni padaku semenjak semalam begitu manis, sudah Kembali seperti dulu kah? Entahlah. Yang aku suka darinya adalah sikap bucin dan lebaynya, meski terkadang menyebalkan tapi aku bahagia jika Mas Dimas bersikap begitu."Mas, lepaskan!""Sebentar saja, Ren!" pintanya sambil terus memelukku.Seketik
Read more
Part 16. POV Doni.
POV Doni. Kuraih tangannya, ku genggam erat mencoba memberi kekuatan dan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja. Wajahnya begitu muram, menandakan dia ketakutan yang tak biasa. Karena aku mengenalnya dengan baik, Bianca sahabatnya pun menceritakan tentang Renata detail sekali saat kami akan menikah dulu. Renata seorang perempuan pintar dan mandiri, ditambah dengan kecantikannya menambah nilai plus sebagai wanita yang sempurna dimataku. Postur tubuh yang body goals dan rambut yang panjang membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Jika digambarkan wajahnya mirip seperti Syahrini yang maju mundur itu. Gaya bicaranya yang selalu berwibawa, dan tatapan matanya yang tajam membuatku ingin menikahinya dengan segera. Sebagai laki-laki yang merasa ganteng dan keren, aku merasa pantas jika bersanding dengan Renata. Namun mendapatkan Renata bukan hal yang mudah, tapi kegigihanku berbuah manis saat aku bilang, tidak ingin pacaran lama. Renata langsung menerimaku set
Read more
Part 17. POV Renata.
POV Renata. Aku masih kaget dengan perlakuan Mas Doni tadi, dia bersikap seperti awal kami menikah. Hatiku bertanya-tanya, sudah selesailah hubungannya bersama wanita itu? Atau …. Kuraih gawai yang tadi kubawa saat turun hendak sarapan, lalu membuka Whatswebnya Mas Doni. Benar saja perkiraanku, tak ada histori chat dengan Lia, Apapun itu. Aku merasa sedikit tenang, meski kepercayaanku sudah terkikis oleh pengkhianatannya kemarin. Namun mau tidak mau, aku harus bertahan dalam pernikahan ini demi anakku yang akan lahir. Aku ingin saat dia membuka mata pertama kalinya di dunia ini adalah kedua orang tuanya yang dia lihat.  "Do'akan Mama ya, Nak, agar bisa kuat menghadapi apapun yang akan terjadi nantinya," ku elus perut yang sudah membuncit besar dan anakku memberi respon dengan bergerak kekiri dan kekanan.  "Akh kamu membuat ibu bahagia, Nak." Aku menaiki undakan t
Read more
Part 18. POV Dina.
 POV Dina.  Aku tersentak kaget saat Kak Renata menyebutkan jumlah barang dan uang yang aku dan Ibu ambil dari butiknya.Padahal aku hanya mengambil beberapa tas dan gaun saja. Dan Ibu pun sepertinya mengambil uang cash dibawah sepuluh juta saja. Aku tidak bisa diam saja kayak gini, aku harus membela diri dan ibu. kalau aku diam saja berarti aku membenarkan apa yang dikatakan istri kakakku ini. "Kenapa sebesar itu jumlahnya, Kak? Aku hanya mengambil beberapa tas dan gaun saja, begitupun Ibu, beliau hanya mengambil gamis dan uang cash tidak mencapai sepuluh juta rupiah," kilahku panjang lebar. "Kamu tahu nggak? Harga barang-barang yang kamu dan Ibu ambil per item nya berapa?" tanyanya dengan pongah. "Em—Emh, anu … aku, gak tau," cicitku, akh si*lan kenapa aku terkesan takut dan gugup seperti ini. "Tentu saja! dan sudah kuduga kamu tida
Read more
Part 19. Kemarahan Bu Tuti.
 Kemarahan Bu tuti.  Renata melihat kedatangan mertuanya dengan raut muka penuh amarah, namun dia harus tetap tenang. Ia sudah memperkirakan ini akan terjadi, dari saat tadi, Dina pergi setelah di usirnya. "Bu," sapanya, sambil hendak meraih tangan Ibu mertuanya. Namun Bu Tuti malah menepis tangan Renata dengan tatapan yang seakan ingin memakan menantunya itu. "Sok banget kamu ya, Rena! Baru punya toko baju beginian juga sudah semena-mena sama anakku!" ucapnya dengan nafas terengah-engah. "Maksud Ibu?" ucap Renata dengan pura-pura tidak mengerti. "Jangan pura-pura kamu, Rena! Sok pasang muka polos padahal kamu jahat. Sama adik ipar sendiri sampai tega mengusirnya, hanya gara-gara mengambil beberapa barang murahanmu!" ucapnya sambil mendengus sinis. "Lantas, Ibu maunya bagaimana?" tanya Renata pada mertuanya. 
Read more
Part 20. POV Author
  Semburat jingga nampak indah terlihat di ufuk barat, perlahan tapi pasti dia akan tenggelam dan berganti hitam pekat gelapnya malam. Begitulah sang waktu bergulir tanpa bisa dicegah atau dihentikan semau kita. Karena setiap yang terjadi adalah takdir ketentuan dari sang Ilahi.   Renata membuka matanya dan melihat sosok Doni, duduk di tepian tempat tidurnya, ternyata ia tertidur cukup lama sepulang dari butik tadi.   "Mas, sudah pulang?"   "Iya, kamu sakit, Ren?" ucap suaminya saat melihat wajah Renata yang pucat.   "Nggak, Mas, mungkin karena aku bangun tidur," sahutnya   "Syukurlah."   Doni urung untuk menanyakan perihal aduan ibunya, melihat keadaan Renata yang sebegitu membuatnya iba.  Ya … hanya iba yang tersisa dibenaknya, karena Renata kini bukan lagi prioritas baginya. Apakah masih ada cinta tersisa di hatinya? Tentu saja, t
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status