All Chapters of Ku Ingin Bahagia: Chapter 1 - Chapter 10
15 Chapters
Bab 1
Sebuah ikatan yang sudah lama ditunggu akhirnya terwujud. Pernikahan Hanna Davina dan Ferdi Saputra akhirnya terwujud setelah enam tahun berpacaran. Hanna yang pada saat itu masih kuliah tidak bisa menerima ajakan menikah dari Ferdi karena ingin mewujudkan keinginan orangtuanya. Selain itu, Orangtua Hanna sebenarnya tidak begitu setuju dengan hubungan Hanna dan Ferdi. Tapi karena Hanna berusaha meyakinkan, mereka pun merestuinya. “Mas bersyukur sekali, Dek. Akhirnya penantian Mas selama ini tidak sia-sia,” ucap Ferdi sambil menatap lekat pada Hanna. “Iya Mas, semoga pernikahan kita ini bisa jadi awal yang baru buat kita.” Hanna dan Ferdi selama ini berhubungan jarak jauh. Mereka hanya bisa bertemu setahun sekali, kadang dua kali. Ayah Ferdi membuka usaha di luar kota, sehingga Ferdi ikut bekerja di sana. Sementara Hanna setelah lulus kuliah dia juga bekerja di luar kota. Baru lah setelah dua tahun bekerja, Hanna memutuskan untuk menerima ajakan Ferdi untuk me
Read more
Bab 2
Beberapa bulan kemudian“Dek, kamu gak pengen apa-apa gitu?” tanya Ferdi yang tengah bersiap untuk berangkat ke toko.“Pengen apa Mas? Aku gak pengen apa-apa. Tumben Mas tanya,” jawab Hanna yang penasaran.“Ya gak apa sih, barangkali mau dibawakan sesuatu nanti dari toko. Apa pengen camilan gitu daripada beli di toko lain.”“Gak usah lah mas.”“Ya udah kalau gitu Mas berangkat dulu. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Setelah Ferdi berangkat kerja,Hanna kemudian pergi ke rumah bibinya. Rumahnya berjarak sekitar 300 meter dari rumah Hanna. Setiap kali dia merasa bosan, dia selalu berkunjung ke sana.“loohh, ada tamu berkunjung pagi-pagi,” sapa seorang wanita yang tengah duduk di kursi depan sebuah rumah dengan teras yang cukup luas.Dia lah Bibi Hanna yang sangat dekat dengannya. Namanya Rahmi, sejak kecil Hanna lebih banyak mengh
Read more
Bab 3
Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Hanna yang saat itu tengah sibuk dengan HP tidak mendengar ketukan tersebut. Dia sibuk mengirimkan lamaran-lamaran kerja yang dia dapat diinternet dan media sosial. Seperti rencananya dari awal, dia akan mencari kerja setelah menikah di tempat kelahirannya.Karena tidak ada yang membuka pintu akhirnya pintu langsung dibuka dari luar. Ternyata itu Bi Rahmi yang kemudian langsung mencari keberadaan Hanna.“Han, kamu lagi apa, Han?”“Loh, Bi Rahmi. Kapan datangnya, Bi. Aku kok gak dengar?”“Tadi Bibi ketuk pintu berkali-kali tapi gak ada yang bukain jadi langsung masuk aja. Ternyata pintunya juga gak dikunci.”“Iya Bi, emang Hanna gak pernah kunci pintu kalau gak lagi tidur.”“Emangnya kamu lagi ngapain, Han. Sampai gak dengar Bibi datang?”“Aku lagi sibuk sama HP ini, Bi. Lagi kirim lamaran kerja. Tapi dari kapan hari belum juga ad
Read more
Bab 4
Hanna bangun pagi-pagi sekali untuk mulai menyiapkan ayam geprek pesanan para pelanggan barunya. Dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang membeli ayam geprek bikinannya itu. Sebelumnya dia sudah membeli keperluan untuk berjualan. Dia bertekad akan bekerja keras demi mendapat penghasilan karena kemarin Ferdi sudah tidak bisa membawa uang untuk belanja harian. Ferdi hanya bisa memberi tiga hari sekali itupun dengan nilai yang sama seperti biasa.“Dek, kamu ngapain pagi-pagi udah di dapur. Ini masih subuh loh.” Ferdi yang hendak menunaikan ibadah melihat Hanna yang sudah sibuk di dapur. Biasanya istrinya itu masih harus dia bangunkan dulu. Setelah sholat pun Hanna biasanya kembali tidur dan bangun lagi saat ibunya mampir.“Aku lagi ada pesanan buat besok, Mas.”“Pesanan apa, Dek?” Ferdi tidak mengetahui Hanna berjualan ayam geprek bingung, sebab saat Ferdi pulang malamnya, Hanna sudah ketiduran.“Aku belum sempa
Read more
Bab 5
Seharian Hanna sibuk di dapur dan bolak balik mengantar kiriman. Hari ini cukup banyak pesanan yang masuk. Setelah mengantar pesanan teman Kania, lalu Hanna lanjut mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Belum lagi pesanan yang masuk dadakan hari ini. Sekitar lima puluh pesanan diterimanya hari ini. Untungnya ada Bi Rahmi yang selalu setia membantu Hanna.Cukup lelah Hanna bekerja,  dia tak sengaja tertidur pada jam tiga sore di depan TV. Dia tidak lagi menerima pesanan karena kehabisan ayam. Sementara penjual ayam dekat rumahnya juga belum ada stok ayam yang datang pada jam itu.Hanna terbangun jam empat sore. Dia kaget karena cukup lama ketiduran. Segera dia mandi dan membereskan rumah. Setelah semua selesai, dia teringat dengat perkataan Ferdi. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul Ferdi ke toko sekalian berbelanja untuk jualan besok. Dia tahu kalau Ibu mertuanya pasti sudah di toko.*****Setelah belanja semua keperluan untuk jualan besok, dia lan
Read more
Bab 6
Dari pagi sampai siang, Hanna belum juga istirahat karena hari itu Bi Rahmi tidak bisa membantu karena sakitnya kambuh. Setelah mengantarkan beberapa pesanan terakhir, Hanna merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu sambil melihat HP nya barang kali ada yang pesan lagi. Ternyata ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ibunya. Sejak Hanna berjualan, Ibunya belum pernah berkunjung. Tidak biasa Ibunya menelpon sampai beberapa kali. Dia tahu kalau Ibunya menelpon bila ada keperluan saja. Segera dia menelpon kembali Ibunya. Ternyata langsung dijawab. “Halo, Bu. Ada apa menelpon? Tadi Hanna lagi dijalan.” “Han, kamu bisa bantu Ibu tidak sekarang? Ke sini sekarang? Bantu Ibu bawa barang-barang.” “Barang-barang apa, Bu?” “Ibu habis tengkar dengan bapak, Ibu mau pindah ke sana aja, Han. Biar sementara bapak sadar dulu sama kesalahannya.” Seketika Hanna kaget mendengar kalimat yang baru diucapkan Ibunya. Itu berarti orang tuanya sedang tida
Read more
Bab 7
"Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk
Read more
Bab 8
Hari minggu Hanna tidak mendapat pesanan dari anak SMP, teman-teman Kania. Dia hanya membuka pesanan untuk delivery saja lewat WA dan FB. Sehingga dia tidak begitu sibuk di pagi hari. Saat hendak ke toko, dia bertemu dengan salah satu tetangganya yang langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan."Mau kemana, Han? Kok buru-buru?""Mau ke toko, mbak Wati. Minyak dirumah habis. kemarin lupa belum beli.""Buat jualan apa buat masak?""Buat jualan nanti, mbak.""Ngomong-ngomong, kamu sudah hamil apa belum, Han? Si Rita, saudaraku yang nikahnya barengan sama kamu sudah hamil tiga bulan. Kok kamu belum hamil juga!""Mungkin belum rejeki ya, mbak. Belum dikasih kepercayaan. Nanti kalau udah waktunya pasti dikasih.""Jangan mikir gitu, Han. Jaman sekarang sudah canggih. Kalau seandainya ada yang bermasalah, diperiksa aja langsung ketahuan. Kamu coba aja periksa ke dokter, Han.""Maksud mbak, aku bermasalah dalam arti susah hamil? Begitu, mbak?""
Read more
Bab 9
Seharian, Hanna tidak bisa fokus berjualan karena memikirkan cara bagaimana menyampaikan dua kabar pada Ferdi, satu kabar bahagia sedangkan satu lagi kabar buruk. Bagaimana tidak, dalam waktu dua minggu Ferdi sudah harus mendapatkan pekerjaan. Sementara mencari kerja itu tidaklah gampang.Pikiran Hanna yang kacau membuatnya terus melamun sepanjang hari sambil menyiapkan pesanan, hingga ada beberapa ayam yang digoreng jadi gosong. Sehingga Bi Rahmi yang mengerjakan sebagian besar kerjaan Hanna hari itu. Sementara Ratna, dia lebih memilih tiduran dikamar Firman setelah memarahi Hanna.“Han, semuanya udah selesai. Itu beberapa pesanan terakhir yang belum diantar, Bibi taruh di atas meja, ya? Kamu jangan melamun terus, orang hamil gak boleh kalau banyak pikiran. Kamu harusnya bahagia, bukannya malah bingung gitu.”“Tadi Bibi tahu sendiri kalau Ibu marah banget. Aku jadi serba salah, Bi. Bingung cara ngomongnya ke Mas Ferdi nanti, biar dia gak tersinggung. Tapi aku rasa yang
Read more
Bab 10
Setelah mendengar cerita Rini soal Ferdi yang bermain judi online, Ratna sangat marah dan mencari keberadaan Hanna. Sementara Hanna sedang membuat pesanan ayam geprek di dapur, mendengar teriakan ibunya berkali-kali memanggilnya, namun dia tidak menghiraukannya. "Han, kamu lagi ngapain aja? Dari tadi dipanggil kamu diem aja!""Hanna lagi goreng ayam, Bu. kalau ditinggal nanti ayamnya gosong," jawab Hanna dengan santai."Barusan ada Mbak Rini ke sini. Dia cerita ke Ibu kalau Ferdi tiap nongkrong di sana yang dibahas cuma judi online. Ferdi itu main judi online, Han! Kamu tahu gak? Keterlaluan anak itu.""Memangnya Mbak Rini tahu sendiri kalau Mas Ferdi ikut main, Bu?" ucap Hanna yang mencoba melindungi suaminya, meski sebenarnya dia tahu kalau yang dikatakan Rini itu memang benar."Jelas Mbak Rini tahu, Han. Dia itu ada di sebelah mereka waktu ngobrol. Pokoknya kamu harus tegas. kalau kamu biarin aja, makin gak jelas Ferdi nanti. Kerjaan aja belum jelas, ber
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status