Share

Bab 5

Seharian Hanna sibuk di dapur dan bolak balik mengantar kiriman. Hari ini cukup banyak pesanan yang masuk. Setelah mengantar pesanan teman Kania, lalu Hanna lanjut mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Belum lagi pesanan yang masuk dadakan hari ini. Sekitar lima puluh pesanan diterimanya hari ini. Untungnya ada Bi Rahmi yang selalu setia membantu Hanna.

Cukup lelah Hanna bekerja,  dia tak sengaja tertidur pada jam tiga sore di depan TV. Dia tidak lagi menerima pesanan karena kehabisan ayam. Sementara penjual ayam dekat rumahnya juga belum ada stok ayam yang datang pada jam itu.

Hanna terbangun jam empat sore. Dia kaget karena cukup lama ketiduran. Segera dia mandi dan membereskan rumah. Setelah semua selesai, dia teringat dengat perkataan Ferdi. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul Ferdi ke toko sekalian berbelanja untuk jualan besok. Dia tahu kalau Ibu mertuanya pasti sudah di toko.

*****

Setelah belanja semua keperluan untuk jualan besok, dia langsung bergegas menuju ke toko. Dengan mengendarai motor yang lumayan kencang, Hanna sampai di toko Ferdi. Terlihat Ibu mertuanya duduk di kursi yang ada di depan toko.

“Bu, kok nunggu di luar. Agak dingin loh, Bu.”

“Ehh, ada Hanna. Ibu biasanya nunggu Ferdi di sini terus Han. Males di dalam banyak barang berserakan. Ya kan kamu tahu kalau Ferdi gak bisa beres-beres sendiri.”

Hanna yang jarang membantu Ferdi di toko merasa bersalah. Dia hanya sesekali ke toko saat mengantar makan siang Ferdi. Tidak begitu lama di sana, dia pulang karena takut Ibunya berkunjung.

“Oh iya Han, kamu darimana? Kok kelihatannya banyak bawaan.”

“Tadi Hanna sekalian belanja untuk jualan besok, Bu.”

“Laris jualan kamu, Han?”

“Alhamdulillah, Bu. Tadi dapat pesanan sekitar 50 kotak.”

“Wah, bagus dong Han. Masih awal sudah lumayan banyak dapat pesanan. Tapi ingat jangan terlalu capek, Han.”

“Iya, Bu. Ini juga untungnya ada Bi Rahmi yang bantuin jadi gak begitu capek banget.”

“Ibu Cuma ingetin, Han. Soalnya nanti kalau terlalu capek bakalan lebih susah hamilnya. Kamu masa gak pengen cepet punya adek bayi sih, Han.”

Sebuah pertanyaan yang begitu menusuk bagi Hanna dilontarkan langsung dari mulut Ibu mertuanya itu. Sebenarnya Hanna juga tidak ingin menunda momongan. Tapi baginya bukanlah hal yang mudah untuk memilih hamil lebih cepat karena ekonominya yang masih terbilang susah. Apalagi sekarang Ferdi jarang memberinya uang harian, sehingga dia harus kerja keras menutupi kebutuhan keluarga.

“Pengen sih, Bu. Nanti kalau sudah waktunya pasti dikasih. Mungkin sekarang belum.”

“Waktunya kapan, Han. Yang nikahnya barengan sama kamu aja sekarang udah hamil semua. Ada yang baru hamil, ada juga yang udah hamil tua.”

“Kalau itu Hanna juga belum tau, Bu. Kan yang diatas belum kasih kepercayaan.”

“Hemmm, ya udah,” jawab Ningrum singkat.

“Oh iya, kata Mas Ferdi Ibu nanyain Hanna. Ada apa Bu?”

“Gak ada apa-apa sih, cuma beberapa tetangga bilang kalau Ibu ini punya menantu tapi kayak gak punya menantu. Kamu kan jarang main ke rumah. Apalagi sekarang kamu jualan ayam geprek. Bakalan lebih susah lagi.”

“Kalau Hanna udah tutup biar nanti Hanna main ke rumah Ibu ya.”

“Ibu gak maksa kok, Han. Sesempatnya kamu aja.”

Pembicaraan yang beberapa kali terdengar menyudutkan Hanna membuat pikirannya kacau. Entah apa yang harus dia lakukan selanjutnya, dia bingung. Terlanjur dia berjualan dan banyak pesanan yang diterima, teryata justru membuatnya salah karena tidak bisa sering berkunjung ke Ibu mertuanya. Memang dari awal, Hanna dan Ibu mertuanya tidak begitu dekat. Bahkan beberapa kali Hanna terjebak dengan permainan kata yang menyudutkan dirinya. Itu sebabnya Hanna memilih untuk menghindar, bukan maksud tidak berbakti, tapi hanya tidak ingin hatinya tersakiti dengan sebuah kata yang tidak enak didengar.

“Loh, Dek. Kamu datang sejak kapan?”

Ferdi yang daritadi disibukan dengan pembeli akhirnya keluar melihat istrinya yang sudah ada di depan toko. Nampaknya kini toko Ferdi sudah mulai membaik. Pembeli sudah banyak yang berdatangan karena minimarket yang baru buka tidak lagi memberi promo.

“Lumayan lama, Mas. Daritadi aku di sini berbincang sama Ibu.”

“Iya, Fer. Hanna sama Ibu daritadi ngobrol. Kamu kalau masih sibuk masuk aja. Beresin itu barang-barang yang masih berantakan. Yang baru datang juga diberesin. Kan kalau sama Hanna nanti juga dirumah barengan,” sahut Ningrum yang daritadi mengamati.

“Iya, Bu. Ferdi beres-beres dulu.”

“Mas tinggal beres-beres dulu ya, Dek.”

Hanna yang sudah terlanjur lama disana akhirnya sadar kalau langit sudah mulai gelap. Dia tidak berani pulang sendiri karena ada beberapa tempat sepi yang dilewati dalam perjalanan. Terpaksa dia harus menunggu suaminya sampai toko tutup. Namun dalam hati dia juga malas kalau harus disudutkan lagi oleh Ibu mertuanya. Sampai akhirnya dia memutuskan untu membantu suaminya beres-beres.

“Bu, Hanna bantuin Mas Ferdi dulu ya.”

“Iya, Han. Kamu bantu aja. Nanti lama kalau gak dibantu. Kamu kayak gak tau aja Ferdi itu kerjanya agak lemot.” Terdengar sinis Ibu mertuanya membicarakan suaminya membuat Hanna makin ingin pulang cepat.

Secepatnya Hanna masuk ke dalam toko agar terhindar dari kata-kata yang kurang menyenangkan. Dia kemudian membantu suaminya memilah milah barang yang baru datang untuk ditata dietalase.

“Mas yang ini ditaruh di dalam apa di pajang?” tanya Hanna sambil mengankat sekarung sabun.

“Biar Mas aja, Dek. Kamu temenin Ibu aja sana. Lagipula seharian tadi kan kamu udah kerja keras Dek.”

“Enggak deh, Mas. Aku bantu Mas aja.”

“Kenapa, Dek? Tadi Ibu ngomong aneh-aneh sama kamu?”

“Ya ada beberapa. Mas nanti tutup jam berapa?”

“Kayak biasa,Dek. Jam sembilan. Kamu mau pulang dulu? Kalau iya, biar Mas antar.”

“Terus bilang ke Ibu gimana?”

“Tinggal bilang aja kalau kamu harus siapin bahan-bahan untuk jualan besok.”

“Ya udah, ayo.”

Setelah berpamitan dengan Ibu mertuanya, Hanna langsung pulang diantar Ferdi dari belakang menggunakan sepeda motor masing-masing. Dia tidak ingin sakit hati dengan ucapan Ibu mertuanya. Bukan maksud apa-apa, tapi itu semua dia lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status