All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
169 Chapters
Bab 21
Aku baru saja melipat mukena, ketika kulihat Nisa sudah rapi dengan seragam kerjanya. Kulirik jam di dinding kamar Nisa, sudah menunjukkan pukul lima lewat dua puluh menit, masih sangat pagi untuk beraktivitas keluar rumah.Semalam aku memilih tidur dikamar Nisa dari pada dikamar yang telah disiapkan Nisa untukku, entah kenapa aku tak ingin tidur sendiri, aku takut akan memikirkan Mas Bayu jika tidur sendiri. Paling tidak untuk malam ini saja aku bisa sejenak melepaskan diri dari berpikir tentang dirinya.Tak semudah itu untuk melupakan cintaku pada Mas Bayu, tak cukup hanya dengan waktu sehari, seminggu atau sebulan. Aku mungkin akan butuh waktu lebih dari itu, untuk bisa lepas dari bayang-bayang Mas Bayu, karena cinta ini sudah mengakar cukup kuat dihatiku.Aku berpaling menatap Nisa, gadis dengan wajah oval dan postur tubuh tinggi bak model catwalk ini, sedang asyik mengoleskan pelembab kewajahnya."Kau mau berangkat sepagi ini, Nisa?" Tanyaku."Belum, na
Read more
Bab 22
PoV. Kania"Aku ingin pernikahan kita dipercepat, Mas. Jangan coba memberikan alasan untuk menolaknya, atau kau akan mendapat masalah," Jawabku langsung pada intinya.****"Kania, bisakah kau mengerti keadaanku sekarang? Alina hilang, dan aku masih belum tahu keberadaannya. Tolonglah jangan membuat masalahnya semakin runyam," kilah Mas Bayu.Aku mencebik kesal padanya, aku tahu, akan timbul penolakan darinya. Namun, aku tak ingin menunggu lagi, sudah cukup enam tahun bagiku untuk bersabar."Aku sudah bisa menduganya mas, karena itu aku ingin mempercepat tanggal pernikahan kita, aku tak mau menunggu sampai tiga bulan lagi. Aku mau pernikahan kita digelar bulan depan," desakku."Kania, kumohon tolong mengerti keadaanku sekarang," jawab Mas Bayu dengan sorot matanya yang memelas iba."Tidak mas. sudah cukup aku mengerti. Setidaknya pikirkan juga tentang diriku, jangan terus menggunakan Alina sebagai alasan. Aku tak mau mendengar alasan apapun. Sudah kup
Read more
Bab 23
Pagi ini tubuhku rasanya sangat segar, tidurku juga nyaman semalam. Meski lalu lalang kendaraan terdengar cukup berisik namun tak membuat tidurku terganggu.Masih kuingat percakapan kemarin dengan Mas Reyhan. Mata itu menyiratkan kesedihan dan juga kemarahan ketika aku bertanya siapa sosok itu padanya.[Seseorang Alina, seseorang yang sangat kusayangi. Dia adalah adikku. Adik perempuanku, Jenitha.]Setelah mengucapkan kalimat itu ponselnya tiba tiba berdering, untuk beberapa saat ia menjauh menerima panggilan teleponnya. Tak lama iapun pamit pada kami karena lupa jika ia mengundang seorang teman kerumahnya.Aku dan Nisa berterima kasih atas bantuannya hari ini, sebelum pergi ia berpesan agar aku tak perlu sungkan meminta bantuan padanya, sekali lagi aku berterima kasih atas kebaikan dan perhatiannya. Aku menoleh dan memandang Nisa, seolah tahu apa yang ada dalam benakku, Nisa kemudian bertanya."Aku tahu kau ingin bertanya apa yang terjadi pada Jenitha, kan
Read more
Bab 24
"Alina!" Aku langsung menghentikan langkah saat mendengar pekik seseorang memanggil namaku dari belakang, ketika baru saja menginjakkan kaki dilantai dua mall ini, segera saja kubalikkan badan, mencari tahu siapa gerangan.Wanita itu menatapku tajam, nafasnya masih terengah-engah dengan satu tangan diletakkan di atas dada, menandakan dirinya baru saja berlari dengan maksud mengejarku. Mata itu masih menyiratkan kebencian padaku. Sebisa mungkin aku berusaha bersikap tenang dihadapannya, meski sesungguhnya aku terkejut melihat keberadaannya disini."Kania, kau ... ada apa memanggilku?" Tanyaku."Kenapa kau tak pergi saja, sejauh mungkin dari kota ini, Alina?" Untuk sekian detik aku tertegun mendengar ucapan yang begitu lancang, siapa dia, dengan berani mengaturku?Aku menghela nafas panjang, aku tak ingin amarah yang seketika menjalar ini, akan membuatku terbakar. "Kita bicara disana, aku tak ingin menarik perhatian banyak orang disini," ajakku
Read more
Bab 25
"Apa!""Kau bilang kemarin bertemu dengan pelakor itu, Alina?" Tanya Nisa dengan membeliakkan mata padaku."Iya, kami juga sempat bicara," jawabku santai sambil mengunyah sebutir apel."Lalu?""Apa?""Yah, kau tak menjambaknya, menamparnya, atau apalah tindakan bar bar yang biasa dilakukan istri sah pada pelakor seperti dalam cerita cerita novel pelakor?" Cecar Nisa."Tidak, kami hanya bicara," jawabku."Ah, coba kalau aku, sudah aku Jambak, kutampar, bila perlu bikin video biar bisa di Viralkan," gerutu Nisa."Dasar otak bar bar, kau lupa jika aku hamil, mau janinku kenapa kenapa, hah? Aku masih waras, lagipula, jika aku bertindak kasar seperti itu, sama saja seperti aku berharap ingin kembali pada Mas Bayu." "Ah, iya. Aku lupa jika kau hamil, Alina."" Jujur saja, aku tak bisa membaca jalan pikiranmu." "Maka tak perlu dibaca, nanti kau bisa tersesat dalam pikiranku. Sudahlah, lama lama omonganmu ngelantur, Nisa." Aku melotot padan
Read more
Bab 26
"Kenapa kau tetap bertahan menikahinya jika sejak awal kau tahu ia sering berbuat kasar seperti ini padamu. Mbak?""Karena aku mencintainya, mbak Alina."Aku menghela nafas, lagi lagi cinta yang menjadi alasan. Alasan yang sama denganku, alasan yang membuatku selama ini bertahan dengan Mas Bayu. Kulirik Desi masih meringis menahan rasa sakit. Sejenak terpikir olehku, apa yang dialami Desi, juga terjadi dibeberapa wanita lainnya. Entah mengapa, ada rasa syukur dihatiku, meskipun Mas Bayu tidak mencintaiku tetapi Ia tak pernah menyakiti fisikku."Kau akan bertahan dengannya meskipun kau akan sering menerima kekerasan seperti ini?" Tanyaku."Aku sudah menikah dengannya, Mbak, dan sebisa mungkin aku akan bertahan, aku tak ingin membuat malu kedua orang tuaku. Apa kata orang jika baru saja menikah kami sudah bercerai? Aku tidak ingin membuat malu kedua orang tua karena masalah rumah tanggaku."Lagi lagi, aku menghela nafas. Mengapa selalu seperti ini, mengap
Read more
Bab 27
Aku tak mungkin salah mengenali, sosok yang berdiri di samping Jeni benar benar Kania.Haruskah aku bertanya pada Bu Maryam, apa hubungan mereka berdua, dan dimana Jeni sekarang berada?**Kupandangi wajah itu berulang kali, memastikan jika penglihatanku tidak salah, aku tak menyangka jika Kania dan Jeni ternyata saling mengenal.Kebetulan kah ini?Bu Maryam masih menceritakan kilas balik saat Jeni kuliah. Entah mengapa, ada getar kesedihan yang kutangkap saat ia bercerita.Aku dan Mas Reyhan, tak menyela sepatah kata pun ketika Bu Maryam bercerita, kulirik Mas Reyhan menatap sendu ibunya, lalu mengenggam tangan ibunya."Ma, mama tak apa apa?"Kulihat, mata Bu Maryam berkaca kaca, membuatku merasa bersalah, Karena lancang telah membuatnya menceritakan sesuatu yang mengiris hatinya, sesuatu yang ingin dilupakannya."Maaf Bu, saya tidak bermaksud ...""Tidak apa apa, bukan salah nak Alina, saya hanya teringat saja," cepat, Bu Maryam me
Read more
Bab 28
"Apa yang terjadi pada Jeni setelah pengkhianatan Kania terbongkar, apakah Kania yang menjadi penyebab Kematiannya. Entahlah, yang jelas aku tetap akan meminta Mas Reyhan untuk melanjutkan ceritanya padaku. Rasa penasaran ini harus kupuaskan.**"Maaf mbak, aku jadi merepotkan," lirih Desi terisak."Tak apa apa, aku justru mengkhawatirkan kandunganmu, mbak.""Tak apa apa," jawabnya.Aku memintanya untuk berbaring dikamarku. Aku tahu saat ini yang dibutuhkannya adalah berpikir jernih. Kutinggalkan ia sebentar karena kudengar langkah kaki di teras depan.Beberapa warga bergerombol, melihat Syarief yang masih mengoceh dan memaki Mas Reyhan karena ikut campur dalam urusannya, membuat salah seorang warga kesal hingga memukulnya."Dinginkan dulu kepalamu, baru mulutmu itu boleh memaki lagi. Dasar pemabuk. Kau tak tahu siapa Mas Reyhan.""Sudah Mas, usir saja orang ini dari sini, bikin malu saja.""Laki laki beraninya mukulin istri, dasar
Read more
Bab 29
Sehari sebelum akad nikah.PoV Kania.Kupandangi kebaya pengantinku. Yang tergantung di sebelah meja rias ini. Kebaya yang didesain oleh seorang perancang busana favorit selebriti itu terlihat sangat memukau. Kebaya dengan kilauan permata Swarovski di bagian dadanya ini, benar benar terlihat mewah dan elegan.Aku duduk menatap wajahku dicermin. Suara suara sumbang yang mengutukku itu sebentar lagi akan menghilang. Semua kutukan itu tak akan terjadi padaku. Karena esok adalah hari pernikahanku.Sejak kemarin sore aku, mama dan Keysa, sudah berada di hotel ini. Hotel yang terdekat dengan lokasi pernikahanku.Sudah satu jam aku menunggu kabar dari Mas Bayu. Tadi siang, ia memberi kabar padaku dan mengatakan bahwa dirinya bersama beberapa orang kerabat, dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung.Pernikahan kami memang akan digelar di Bandung. Konsep pernikahan outdoor menjadi pilihanku, dan kota Bandung kupilih karena ini adalah kota dimana hampir seluruh
Read more
Bab 30
Aku tersenyum puas ketika memandang koperku, persiapan untuk berlibur ke Jogja sudah hampir selesai, tinggal menunggu besok akan berangkat.Seminggu berlalu setelah kejadian yang menimpa Desi. Namun, kisruh rumah tangganya masih sesekali terdengar dibicarakan warga. Sedang suaminya pergi setelah warga mengusir dan memarahinya. Insiden seminggu yang lalu itu, cukup viral, banyak warga yang akhirnya datang ke komplek kontrakan ini sekedar untuk mencari bahan gosip. Mas Reyhan bahkan sempat menegur seorang ibu yang terlalu memaksa bertanya padaku mengenai kejadian itu, ketika ia datang mengambil copy KTP ku.Cuaca hari ini cukup cerah, secerah hatiku saat ini, perasaanku mulai ringan. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa melepas sosok Mas Bayu. Meski sesekali kadang masih terpikir bagaimana keadaannya sekarang, namun, hatiku tak begitu sesak kala pikiran itu melintas.Kisah Jeni benar benar menguras emosiku. Aku bisa mengerti mengapa ibu mertuaku dulu menolak keras
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status