All Chapters of Wanita Yang Dicintai Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
169 Chapters
Bab 31
PoV. Kania.Pagi pun menjelang, namun, aku masih diam terpaku menatap wajahku dicermin. Wajah itu sembab dengan mata yang masih memerah karena menangis.Sejak tadi Keysa menemaniku. Mama yang memintanya agar tidak meninggalkan ku sendiri, karena mama pergi kerumah sakit tempat Mas Bayu dirawat.Aku masih geram dan marah atas semua yang terjadi. Mengapa semua ini harus menimpaku? Pernikahanku tak mungkin bisa diundur. Semua persiapan sudah rampung hanya tinggal menunggu pelaksanaannya saja.Sudah pukul enam pagi, namun, mama belum juga memberikan kabar. Apa saja yang dikerjakan mama disana hingga belum juga bisa mengabariku?Mas Bayu belum mati, ia hanya kecelakaan. Bukankah gampang langsung mengajaknya kesini saja? Apa perlu aku sendiri yang mendorong kursi rodanya hingga kehadapan penghulu?Berkali kali aku berdecak kesal, kuremas rambutku mengingat semua kesialan ini, tanganku mengepal kuat. Aku marah. Kesal. Semua perasaan bercampur aduk jadi satu.
Read more
Bab 32
PoV. Kania."Kania, sejak kapan kau disini? Apakah kau mendengar semua pembicaraan kami?" Aku tertegun mendengarnya pertanyaan mama. Kulihat mama memintaku untuk duduk.Pembicaraan? Pembicaraan apa? Sebenarnya apa yang mereka sedang mereka bicarakan?**"Duduklah dulu." Pinta mama sambil menarik kursi dihadapannya. Meski bingung dengan sikap mama, akupun menuruti keinginannya dengan memindahkan bobot tubuhku keatas kursi ini, lalu memandang mama dengan tatapan penuh tanya."Apa yang kalian bicarakan, ma. Kenapa mama terlihat cemas seperti itu?" "Kau sudah lama berdiri dipintu tadi, Kania?" "Tidak ma, aku baru saja datang," Jawabku.Kualihkan pandanganku kearah Mas Bayu, mencoba mencari jawabannya. Begitu pandangan mata kami bertemu, wajah itu menyunggingkan senyum tipis padaku."Bagaimana keadaanmu, mas. Kau baik-baik saja kan?" Tanyaku pada Mas Bayu."Iya, dokter bilang tak apa apa, hanya tulang kering pada kaki kan
Read more
Bab 33
"Kau ingin membatalkan pernikahan kita, Jangan mimpi mas, kau tak tahu berapa banyak yang sudah kukorbankan demi menunggu hari ini tiba."**PoV. Kania.Aku pulang ke hotel dengan pikiran kalut, sepanjang perjalanan dari rumah sakit, mama berusaha membuatku tenang. Sungguh, pemikiran Mas Bayu untuk membatalkan pernikahan ini benar benar membuatku marah.Begitu tiba dihotel, aku bergegas melempar asal tasku. Aku kesal, marah. Emosi ku sudah mencapai ubun-ubun. Mama bilang ia sudah meminta dua orang berjaga didepan kamar rawat Mas Bayu. Jika perlukan, akan kuminta mereka untuk menyeret Mas Bayu hadir ke acara akad nikah kami."Mbak, persiapkan saja segala perlengkapannya. Aku akan mandi sebentar. Rencananya tidak akan berubah, akad nikahku akan digelar hari inii. Kuharap kau bisa membuatku secantik mungkin. Aku tak mau kecewa karena aku membayar mahal jasamu." Ketusku pada Suri, make up artist yang kupesan."Iya, mbak Kania."Keysa menatapku
Read more
Bab 34
PoV. Kania."Kau terlihat sangat cantik, mbak. Kalau begini wajah lampirmu itu tak kelihatan. Kau seperti Nyi Roro kidul sekarang," sindir Keysa sambil meletakkan sendal didekat Kaki ku.Aku terkekeh geli mendengar sindirannya. Meskipun begitu aku senang ia menyandingkanku dengan kecantikan Sang Ratu Penguasa Laut Selatan Jawa itu."Kenapa, kau baru tahu bahwa aku cantik?""Iya, karena kau selalu menampakkan wajah lampirmu yang menyebalkan itu," jawab Keysa asal."Apa Mas Bayu bisa hadir kesini? Bukankah katanya tulang kakinya retak?" Tanya Keysa."Tentu saja Ia akan hadir. Mama bilang sudah mengurus izin dari dokternya untuk membawa Mas Bayu ke acara akad nikah nanti. Mas Bayu hanya retak tulang saja, bukan lumpuh. Lagipula yang dibutuhkan saat akad adalah mulut saja untuk mengucapkan ikrar pernikahan," sahutku enteng.Mbak Suri masih mengoleskan lipstik berwarna merah muda ini ke bibirku. Lipstik 'ombre' yang di olesnya, kini membuat bibirku terlih
Read more
Bab 35
"Mbak Alina, kau tak apa apa? Wajahmu terlihat pucat."Ucap seseorang yang tiba-tiba menghampiri dan menepuk pundakku pelan. Aku yang sedang menikmati barang barang peninggalan sejarah di keraton ini refleks langsung menoleh padanya.Seorang wanita dengan kartu identitas yang tergantung di lehernya, sedang menatapku cemas. Aku mengulas senyum padanya. Menandakan jika saat ini aku baik baik saja."Aku tak apa apa, Mbak, mungkin karena cuaca cukup terik membuat wajahku terlihat pucat," Ucapku berkilah."Jika mbak Alina ingin istirahat, Tolong beri tahu saya, sebentar lagi kita akan break untuk makan siang dan sholat," sahutnya sambil melirik arloji di tangannya."Iya, terima kasih," jawabku singkat.Ia tersenyum lalu berlalu, aku kembali menikmati aktivitas ku, mengamati dan mengagumi beberapa barang peninggalan sejarah ini. Meski mataku menatap kedepan, tapi pikiranku menerawang jauh. Ting.Ponselku kali ini berbunyi. Sebuah pesan WA terkirim kep
Read more
Bab 36
Sudah hampir satu jam aku menunggu disini, Pak penghulu juga sudah bertanya keberadaan Mas Bayu yang masih belum juga tiba. Kulihat beberapa tamu juga sudah mulai gelisah. Menanti acara yang belum juga dimulai.Mama berulang kali kulihat sibuk dengan ponselnya. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Marah, kesal semua bercampur aduk jadi satu.Tatapan mata penuh tanya para tamu kini mulai terasa, beberapa diantara dari mereka bahkan menanyakannya langsung pada mama.Aku meminta Keysa mengambil ponselku, di iringi tatapan pasang mata, aku memilih menjauh dari para tamu.Aku mencoba menghubungi Mas Bayu, namun, belum sempat menggeser layarnya. Dari arah depan kulihat beberapa orang tiba. Aku langsung tersenyum saat kupastikan yang berada di kursi roda itu adalah Mas Bayu.Rasanya ingin berlari menyambutnya. Namun, aku ingat saat ini aku adalah pengantin. Sang tokoh utama dalam acara pernikahan ini. Tak mungkin rasanya aku mempermalukan diri seperti itu di
Read more
Bab 37
Mama masih bersitegang dengan kedua kakak beradik itu. Beberapa orang berusaha melerai. Sayang, Kemarahanku sudah tak bisa lagi untuk ku bendung. Kulempar microphone ini keras kearah wajah Mas Bayu, membuat perdebatan sengit mereka akhirnya terhenti."Kania!" Pekik mama.***Mama langsung menghampiriku, mencoba untuk mencegahku, namun, segera kutepis tangan mama yang berniat ingin merangkulku. "Jangan coba untuk menghentikanku kali ini, ma! Karena aku tak akan bisa diam diperlakukan seperti ini!" Hardikku"Kania, mama mohon tenanglah, nak." Wajah mama terlihat menahan tangis. Memohon padaku. Aku tak menggubris ucapan mama, ku alihkan pandanganku dari wajah mama, lalu memandang tajam ke arah wajah Mas Bayu. Aku berteriak dan memakinya kasar. Mengeluarkan semua hal yang ingin kukatakan. "Apa maksud semua ini mas? Kenapa kau tega mempermainkan perasaanku seperti ini? Pecundang!""Cuih." Aku meludah dihadapannya."Katakan mas! Kau se
Read more
Bab 38
Diam kau mas, aku tak butuh penjelasan dan rasa bersalahmu itu. Dengarkan aku baik baik, selama aku masih hidup, aku tak akan membiarkanmu bahagia. Hari ini kau sudah mempermalukanku, kau merusak kebahagiaanku. Aku berjanji semua perbuatanmu ini akan kubalas." Geramku.Aku menatapnya nyalang, tanganku mengepal kuat."Kau tak akan pernah bisa kembali lagi pada Alina, mas. Aku bersumpah, selama aku masih hidup, tak akan kubiarkan kau bahagia dengannya."****PoV. Kania.Aku melangkah cepat menyusuri lorong hotel ini menuju kamarku. Nafasku tersengal, dadaku naik turun, masih menahan sesak amarah didada. Akibat perbuatan Mas Bayu.Beberapa pasang mata karyawan hotel melihat kearahku dengan berbagai macam tatapan. Sungguh, aku sama sekali tak suka cara mereka memandangku seakan aku sebuah badut yang tengah berjalan.Dadaku masih bergemuruh hebat, penghinaan dan rasa malu yang disebabkan oleh perbuatan Mas Bayu ini terlalu berat untuk kutanggung. Mengapa
Read more
Bab 39
PoV Bayu."Kau tak apa apa?" Tanya Mas Bayu yang nampak mengkhawatirkanku."Tak apa apa." Jawabku sambil menahan perih akibat luka bekas pukulan Kania dengan stand microphone tadi."Sebaiknya, kita segera kembali kerumah sakit. Kelihatannya lukamu cukup serius. Harus segera dirawat.""Iya,"Mas Adi mendorong kursi rodaku cepat, menuju mobilnya yang diparkir tak begitu jauh dari lokasi acara ini. Rasa nyeri membuatku tak begitu peduli dengan tatapan para tamu saat kami melintas di depan mereka.Masih sempat kulirik Kania yang mengumpatku disana. Dua orang memegang dan menahannya agar tenang dan diam, untunglah mas Adi bergerak cepat, segera memapah tubuhku masuk kedalam mobil.Aku dan Mas Adi akhirnya sudah tiba kembali kerumah sakit. Sesungguhnya, rasa sakit dan nyeri yang kurasakan dikepala dan kaki tak seberapa jika aku mengingat semua kesalahanku selama ini pada Alina. Seorang dokter langsung merawat lu
Read more
Bab 40
"Mbak Alina! Kau melamun." Tegur seseorang.Aku menoleh cepat melihat siapa yang baru saja bicara. Disampingku duduk seorang gadis yang kini sedang tersenyum menatapku."Oh, maaf. Ada apa?" Aku memperhatikannya dengan seksama."Aku tadi bertanya, bisakah kuminta sedikit minyak kayu putih yang sedang kau pegang, mbak. Entah mengapa, tiba tiba perutku rasanya mual," Tuturnya."Oh, ini silakan." Aku menyerahkan minyak kayu putih yang kupegang ini padanya."Terima kasih."Bis ini telah melaju meninggalkan area wisata Taman Sari, tempat terakhir tujuan wisata kami hari ini. Aku tak menyadari kehadirannya di sampingku, karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Untuk sejenak, aku mengerutkan kening, mengingat ibu Lily yang seharusnya duduk disebelahku, lalu kenapa sekarang berubah menjadi gadis ini? Apakah mereka sengaja bertukar tempat duduk?"Apa kau tahu, kemana Bu Lily?" Tanyaku penasaran."Oh, ibu Lily ada didepan, mbak. Ia minta bertukar temp
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status