Semua Bab Wanita Yang Dicintai Suamiku: Bab 41 - Bab 50
169 Bab
Bab 41
PoV. Kania.Pesawat ini akhirnya menukik tajam, tak lama lagi akan mendarat di bandara Sukarno Hatta, perjalanan melelahkan ini akan segera berakhir. Terdengar suara seorang awak kabin pesawat kembali mengingatkan agar para penumpang tetap duduk dan mengencangkan sabuk pengaman karena beberapa menit lagi pesawat ini akan mendarat.Aku tersenyum lega, ketika pesawat ini akhirnya mendarat dengan baik di landasan pacu Bandara Sukarno Hatta ini. Aku menatap keluar jendela sambil menunggu pesawat ini benar benar berhenti."Terima kasih," ucapku kepada seorang pramugari yang membantuku mengambil paper bag yang tersangkut diantara koper penumpang. Tak lama akupun akhirnya keluar dari dalam lambung pesawat ini.Hufft!Aku menarik nafas panjang, menghirup udara di negara kelahiranku kembali. Wajahku kini menyungging senyum. Tak lama lagi semua bayang bayang kelam dan ilusi masa lalu ini akan segera kutuntaskan semua."Syukurlah pesawatmu tepat waktu, mbak. Jika t
Baca selengkapnya
Bab 42
"Habiskan makanannya, nak. Tak baik menyisakan makanan." Aku membujuk gadis kecilku yang masih asyik dengan mainannya.Aku duduk menemani Diyara yang sedang asyik bermain di taman komplek perumahan ini. Tak hanya kami, banyak anak anak lain juga bermain disini. Taman yang sengaja dibuat sebagai tempat bermain anak-anak ini hanya berjarak kurang lebih setengah kilometer dari rumahku. Mengajak Diyara kesini sambil menyuapinya makan adalah agenda yang wajib kulakukan setiap libur kerja.Mbak Sita memang menginap dirumahku, Namun, selalu pulang setiap hari Sabtu untuk menjenguk kedua orang tuanya dan akan datang kembali kerumahku Minggu sore. Bagiku tak masalah yang penting saat aku membutuhkan jasanya ia selalu ada. Terkadang, saat aku libur, Bu Maryam pun sering memintaku membawa Diyara kerumahnya. Aku bisa mengerti rasa sayangnya pada anakku, karena sejak Diyara lahir, beliaulah yang mengurusnya.Perkataan Mbak Sita kemarin kembali mengusik pikiranku, aku tak menyang
Baca selengkapnya
Bab 43
"Aku dan Mas Bayu tidak jadi menikah. Mas Bayu membatalkan pernikahan kami saat akad nikah kami sudah di depan mata." Ucapnya getir.Ada perasaan tak percaya ketika mendengar kenyataan itu dari mulut Kania. Benarkah itu? Berarti mereka tidak jadi menikah? Haruskah aku merasa bahagia?***Entahlah.Kutatap lekat wajah Kania yang nampak menyunggingkan senyum tipis padaku. Sungguh, aku tak merasa apa-apa. Tidak juga bahagia saat mendengarnya. Namun, aku yakin Kania saat ini tidak sedang berbohong, karena ada perasaan kecewa dan kemarahan yang kutangkap dari nada bicaranya."Kenapa bisa seperti itu? Bukankah kalian berdua sangat ingin menikah. Saat itu, aku bahkan sangat cemburu padamu, Kania. Sekuat apapun aku berusaha untuk mengalihkan perasaan Mas Bayu kepadaku, tetap saja tak berhasil, karena cinta Mas Bayu hanya untukmu saja," ungkapku.Kembali, ia tersenyum getir. Mata itu kini terlihat berkilat, ia juga mengepal kuat tangannya. Untuk sesaat,
Baca selengkapnya
Bab 44
Mas Reyhan masih berdiri di dekat pintu, masih mendelik tajam pada Kania. Kulihat Kania masih terdiam disana. Kucoba mencairkan suasana kaku ini dengan meminta Kania duduk kembali."Wajahmu terlihat tegang, Kania. Duduklah dulu, tolong buat dirimu nyaman disini. Kau adalah tamuku, aku tak mau kau terlihat tak nyaman selama berada dirumahku." Pintaku padanya. ***Setelah berkata seperti itu pada Kania Aku pamit meninggalkan mereka sebentar untuk meletakkan paperbag ini ke dekat Diyara bermain. Lalu membalikkan badan kembali memandang kearah Kania."Aku rasa kau sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu tadi, Kania."Kania menoleh padaku, memandangku penuh tanya, sepertinya dia lupa mungkin harus kuingatkan saja."Kau tadi bertanya padaku bukan, apakah aku sudah menikah lagi?""Sejak kepergianku meninggalkan Mas Bayu, Aku tak menikah lagi. Meskipun kami tidak tinggal bersama, Aku dan Mas Bayu masih terikat pernikahan. Aku tahu perbuatanku
Baca selengkapnya
Bab 45
PoV Kania"Apa yang terjadi, Kania? Kenapa kau berjalan tergesa seperti itu?"Tanya mama ketika baru saja aku melangkahkan kaki masuk kedalam rumah. Aku tak menanggapi pertanyaan mama karena hatiku sangat kesal saat ini.Aku hanya melirik saja, sambil terus melanjutkan langkah menuju kamar. Hari ini, suasana hatiku memburuk. Pertemuan dengan Mas Reyhan tadi sore dirumah Alina seperti menyiram air garam pada luka lama yang sudah mengering, luka yang hampir kulupakan.Argghh ....Kulempar tasku keras hingga membentur sandaran ranjang, lalu melepas sepatu dan menendangnya kuat. Aku berjalan cepat ke arah meja riasku, kembali melempar semua kosmetik yang tertata rapi diatasnya. Semua barang yang terjangkau oleh tanganku kini sudah berhamburan tak tentu arahnya. Bahkan ada beberapa kosmetikku yang retak bahkan pecah.Aku masih berdiri didepan cermin ini menatap pantulan wajahku dengan nafas yang memburu. Kuusap kasar wajahku, lalu meremas kuat rambut dengan k
Baca selengkapnya
Bab 46
PoV. KaniaTok ... tok!"Mbak Kania, ditunggu Ibu dan Mbak Keysa di meja makan untuk makan malam bersama."Ketukan pintu disertai dengan suara panggilan dari salah seorang dari Asisten Rumah Tangga yang bekerja dirumahku akhirnya membuyarkan lamunanku. Aku tak mengerti, mengapa ingatan itu tak bisa hilang dari dalam benakku, meskipun sudah sekuat tenaga kucoba untuk melupakannya. Ingatan menyakitkan itu seolah melekat kuat di kepalaku.Bahuku bergetar meski saat ini aku sedang tak bergerak. Wajah Jeni seolah-olah menari didepan mataku."Tidak, aku bukan penyebab kematianmu, Jeni. Kau kecelakaan," aku bergumam lirih.Tubuhku akhirnya lunglai di lantai ini. Entah mengapa tenagaku seolah menghilang, sambil menyeka pelan air mata, perlahan aku bangkit dan berdiri."Bawa saja makanannya kekamar, bilang pada mama jika aku sedang tak enak badan, dan tak ingin diganggu," aku berucap lirih.Kuseret langkah ke ranjang tidurku. Kubaringkan perlahan tubuhku.
Baca selengkapnya
Bab 47
[Pulanglah, Alina. Mari kita mulai semuanya dari awal. Aku sungguh menyesal karena pernah mensia-siakan dirimu. Tolong berikan aku kesempatan untuk membahagiakanmu]Kuusap pelan wajahku. Entah mengapa hatiku tak begitu merespon baik ungkapan penyesalan Mas Bayu. Tiga tahun tanpa kehadirannya, membuatku kini terbiasa hidup tanpa dirinya. Dan sekarang, disaat Mas Bayu ingin memperbaiki hubungan kami, mengapa hatiku tak bahagia?****Drrtttt ....Ponselku bergetar, kulirik cepat layar pipih itu, nama Mas Bayu yang tertera disana. Seolah kebetulan, orang yang sejak tadi kupikirkan, saat ini tiba-tiba meneleponku.Dengan perasaan ragu akhirnya aku memutuskan untuk menerima panggilannya, kugeser perlahan gambar telepon berwarna hijau ini. Tak lama suara Mas Bayu pun terdengar.[Alina, aku akan menjemputmu pulang, katakan saja dimana alamatmu sekarang?]Aku diam beberapa saat. Pikiranku kini tak menentu, hingga akhirnya panggilan Mas Bayu membuatku tersadar
Baca selengkapnya
Bab 48
Suaraku kini tercekat di tenggorokan, perasaanku kini bercampur aduk. Bukan aku tak menghargai perasaan Mas Reyhan, tapi ada aturan yang harus aku patuhi mengingat statusku yang masih terikat pernikahan.Aku bangkit dan berdiri, ku tundukkan wajahku dan dengan hati hati aku memintanya agar segera pulang."Pulanglah dulu mas. Sudah malam, tak baik dilihat tetangga. Maaf, mulai sekarang aku minta padamu, tolong agar menjauh dulu dariku."****Hening.Udara malam kini terasa menampar dipipi, aku menunduk, menyesali perkataan Mas Reyhan, tak ada suara hanya gesekan ranting dari bunga Bougenville yang terdengar karena tiupan angin."Aku minta maaf, Alina.""Pulanglah, mas. Nanti Bu Maryam mencarimu," aku mengulang perkataanku.Ia bangkit dari duduknya. Sorot matanya terlihat sendu. Aku tahu ia kecewa atau mungkin marah padaku, tapi aku harus tegas, jika tidak, kami berdua bisa terseret dalam dosa besar."Aku tak bermaksud buruk, Alina. Aku tahu in
Baca selengkapnya
Bab 49
Rengekan Diyara menghentikan aktivitasku mengepak pakaian. Kulirik anakku itu masih menggeliat di atas tempat tidur. Tak lama ia pun bangkit dan menghampiriku. Dengan terpaksa kutinggalkan tumpukan pakaian itu dan memilih mengurus gadis kecilku dulu."Ayo sayang, sarapan dulu. Hari ini mama akan membawamu bertemu papamu," ucapku lembut padanya.****Taksi online yang kupesan kuminta untuk berhenti sejenak tak jauh dari rumah Mas Bayu, karena melihat sebuah mobil hitam yang diparkir tepat didepan rumahnya. Untuk sesaat aku merasa pernah melihat mobil itu. Jika aku tak salah itu adalah mobil Kania.Aneh.Kenapa Kania datang kemari dan untuk urusan apalagi ia menemui Mas Bayu? Bukankah katanya mereka tak jadi menikah tiga tahun lalu?Sudah sepuluh menit berlalu tapi si pemilik mobil hitam itu masih belum keluar dari rumah yang pernah kutinggali dulu. Kepalaku mulai berpikir hal yang buruk dan rasa penasaran kini mulai menyeruak."Bagaimana bu, apa kita
Baca selengkapnya
Bab 50
"Aku pernah bersalah padamu dan seluruh keluargaku, karena tidak mendengar nasihat mereka saat melamar Kania. Pengalaman sudah mengajarkanku untuk tidak langsung mempercayai orang begitu saja," ungkapnya."Begitu ya.""Lalu sekarang, setelah tiga tahun berlalu apa kau masih mempercayaiku?"****Mas Bayu sejenak kembali tak bersuara. Mata itu masih menolak untuk menatapku. Membuatku akhirnya mengulas senyum getir."Aku percaya padamu, Alina." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Namun rasanya terdengar seperti dipaksakan.Aku menghela nafas berat. Mataku kini menerawang jauh. Aku tak tahu tapi aku bisa merasakan jika ia meragu padaku. "Kau tahu siapa Rahwana, mas? Seorang tokoh antagonis dalam cerita epic kisah Ramayana yang terkenal itu?"Rahwana adalah seorang raja Alengkadireja yang lebih dikenal sebagai penguasa kegelapan. Semua hal buruk selalu dinisbatkan kepadanya. Bahkan semenjak lahir pun sudah dianggap sebagai anak haram, ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status