Semua Bab Wanita Yang Dicintai Suamiku: Bab 51 - Bab 60
169 Bab
Bab 51
Aku kembali menghempaskan tubuhku di sofa ini, lalu menyandarkan punggungku di bahu sofa. Mataku menatap langit langit rumah, lalu tersenyum getir."Beri aku satu jawaban, mas. Andai saja, tiga tahun lalu aku tidak pergi dari rumah. Apakah rasa penyesalan itu akan datang? Apakah kau akan membatalkan pernikahanmu dengan Kania."****Hening. Untuk beberapa saat kami berdua saling diam, sesekali terdengar hembusan nafas berat dari Mas Bayu. Tak lama suara tangis Diyara akhirnya memecah keheningan kami. Suara Mbak Sita yang menenangkan gadis kecilku terdengar. Hanya sebentar saja ia menangis. Karena beberapa saat kemudian suara celotehan Diyara sampai ke telingaku.Aku kembali memandang Mas Bayu, Bibir suamiku itu mengatup, wajahnya masih terlihat kesal dengan pertanyaanku. Aku masih diam dan menunggu jawaban darinya."Pertanyaan macam apa itu, Alina?"Kalimat itu terucap dari mulutnya, aku menggigit bibirku. Aku tahu jika Mas Bayu mencoba berkeli
Baca selengkapnya
Bab 52
" ... Sebegitu menyedihkannya hidupku sekarang hingga mama sampai berniat menjodohkanku?""Kania dengar dulu, nak. Mama melakukan semua ini untuk kebaikanmu."Brak!Aku menggebrak meja cukup keras, lalu dengan kasar aku menggeser kursi yang tadi kududuki, sambil berdecak kesal, aku melangkah menjauh dari meja makan ini.****"Kania, setidaknya cobalah dulu berkenalan dengannya. Tolong lakukan demi dirimu nak, mama tak ingin kau terus menerus hidup dalam bayang bayang masa lalu, mama ingin melihatmu bahagia," teriak mama."Berusahalah untuk belajar melupakan masa lalu. Kania."Aku mengibaskan tangan, seakan tak peduli, ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan mama. Kulangkahkan kaki menuju kamar, mengambil tas dan kunci mobil."Kania! Panggilan mama membuat telingaku berdenging, sengaja kuabaikan. Dengan pandangan kedepan, aku bergegas pergi menuju mobilku karena semakin lama suara mama terdengar seperti palu yang menusuk kepalaku.
Baca selengkapnya
Bab 53
"Untuk apa lagi kau berada disini? Lebih baik cepat kau pergi. Aku tak mau melihat wajahmu, Kania," usir Tante Maryam kasar.Aku menggeram kesal, gigiku gemeretak menahan amarah. Wanita tua ini benar benar membuatku kesal. Apa haknya mengusirku?***Sial.Jika bukan karena masih menghormatinya, sudah kumaki maki dirinya. Kau lihat sendiri perlakuan Ibumu padaku, Jeni. Apakah kau pikir semua ini karena kesalahanku?Mata Mas Reyhan kini memandangku dengan tatapan tak nyaman, wajahnya sangat tak terlihat bersahabat, seakan aku adalah musuh yang paling dibencinya. Baiklah, aku menyerah kali ini. Akan kutinggalkan tempat ini. Aku membalikkan badan, rasanya enggan menyapa mereka kembali. Kuhentakkan keras ujung sepatuku, melangkah pergi dari sini. Hatiku masih bergemuruh emosi. Apa katanya tadi? Aku belum meminta maaf, untuk apa? Aku tak merasa melakukan kesalahan. Pernikahan Jeni dibatalkan oleh Mas Arif. Harusnya laki laki itu yang bertanggung jawab, lalu,
Baca selengkapnya
Bab 54
"Kau benar benar wanita mengerikan, Kania."Brak!Aku menggebrak meja ini keras, emosiku kini tak bisa kukendalikan lagi. Aku bangkit dan berdiri, dengan tangan terkepal kuat. Aku balik menatapnya tanpa berkedip.****PoV. Kania."Bisa tidak kau tutup mulut sampahmu itu?" Geramku.Beberapa pengunjung kafe ini menoleh padaku, bahkan kudengar salah seorang diantara mereka menegurku. Aku membalasnya dengan membulatkan mataku padanya.Seorang pelayan wanita datang mendekat sambil mengulurkan tangan memintaku untuk duduk tenang agar tidak menggangu kenyamanan pengunjung cafe yang lain. Kutepis kasar tangannya lalu kembali duduk.Mas Arif menjelaskan pada pelayan wanita itu, bahwa semua baik baik saja. Ia bahkan meminta maaf karena menganggu kenyamanan para pengunjung lainnya.Aku mencebik kesal karena melihat sikapnya pada pelayan itu. Tak lama, Mas Arif memandangku tajam."Belajarlah untuk mengakui kesalahanmu, Kania. Tidakkah kau sadar sudah
Baca selengkapnya
Bab 55
Ucapan Mas Bayu tadi masih kuingat, bukan aku tak menghargai usahanya, hanya saja aku masih kesal padanya. Kunyalakan sepeda motorku, tak ingin membuang waktu, aku pun langsung memacu sepeda motorku menuju tempatku mencari nafkah. ***"Beri aku waktu untuk memperbaiki semuanya, Alina. Aku ingin hubungan kita kembali seperti dulu," ucap Mas Bayu.Mataku membulat begitu mendengarnya, saat baru saja hendak melangkah masuk kekamar. Aku memandangnya tak berkedip, seakan tak percaya jika ia yang mengatakannya."Aku lelah, mas. Bisakah kita bicarakan ini lain waktu.""Apa kau tak ingin memperbaiki hubungan kita, membenahi kembali rumah tangga kita, Alina?" Aku menghela nafas panjang beberapa kali, cukup lama aku berpikir. Entah mengapa, masih ada sepercik keraguan di hati, mengingat rasa sakit hati yang kurasakan dulu.Orang bilang tak baik menyimpan dendam. Tapi, hatiku masih belum bisa sepenuhnya menerima dirinya kembali. Selama tiga tahun aku menghadap
Baca selengkapnya
Bab 56
Ia diam. Tanpa mendengar persetujuan darinya, segera kulangkahkan kaki menuju kekamar ini, lalu menutup pintunya. Terlihat Diyara dan Mbak Sita yang sudah tertidur di atas ranjang itu. Sejenak kusandarkan punggungku di dinding ini, sambil mengusap wajahku.Ya Rabb, tolong ampuni aku. ****Aku luruh dan akhirnya duduk bersandar didinding dengan kedua kaki yang bertekuk. Perlahan, kudengar langkah seseorang mendekat, duduk menghampiriku."Menangis saja bu. Siapa tahu bisa sedikit lega," ucap Mbak Sita."Kau belum tidur, Mbak?""Maaf Bu, aku mendengar pertengkaran kalian lagi," sesalnya."Tak apa apa. Maaf, jika pertengkaran kami membuat istirahatmu terganggu," balasku."Tak masalah Bu, jangan dipikirkan. Aku tak merasa terganggu," hiburnya"Tidurlah, mbak. Istirahatlah." "Baik Bu," jawabnya.Mbak Sita bangkit dan berdiri, saat tangannya menyentuh kenop pintu, segera hendak keluar dari sini, dengan cepat aku mencegahnya."Tidu
Baca selengkapnya
Bab 57
Seorang wanita dengan penampilan yang modis dan kekinian menatapku dengan senyuman. Aku mengerutkan kening ketika melihatnya. Mencoba untuk mengingat siapa dirinya."Kau ...?" Panggilku spontan."Apa kabar, lama tak bertemu, Mbak Alina?" Ia menyapaku sambil mengulurkan tangannya.****Aku masih memandangnya, mencoba kembali mengingat. Wajah itu terasa sangat familiar untukku."Kau kan ...""Lupa ya, Mbak?" "Tadinya sempat lupa karena sudah lama nggak bertemu. Sekarang aku ingat. Kau Desi kan. Tetangga kontrakanku dulu?" Tanyaku untuk meyakinkan diri."Benar Mbak. Aku Desi, orang yang mbak tolong dulu. Alhamdulillah, jika mbak masih ingat padaku. Rasanya nggak percaya bisa ketemu Mbak Alina disini," ucapnya.Aku mengangguk pelan. Aku memang mengenalinya. Desi, wanita yang dulu kutolong bersama Mas Reyhan dari pukulan suaminya, tiga tahun lalu."Alhamdullillah kabarku baik. Kau sendiri bagaimana kabarmu?""Baik mbak, aku sempat main ke
Baca selengkapnya
Bab 58
"Apa bapak bisa memberitahu pada saya isi pembicaraan mereka. Maaf, tapi ini menyangkut hati seorang ibu yang selalu sedih karena tuduhan putrinya melakukan bunuh diri," jelasku."Tentu saja bisa. Aku masih bisa mengingat isi pembicaraan mereka waktu itu. Isi pembicaraan terakhir Jeni dan Kania, sebelum akhirnya Jeni meregang nyawa karena kecelakaan itu," ucapnya.****Ucapan Pak Arif di restoran tadi terngiang di telingaku. Ia juga menyesalkan sikapnya yang tak mampu menolak permintaan Kania karena saat itu ia dalam posisi sulit. Serta harapannya agar pernikahanku tak berakhir dengan perpisahan karena akal licik Kania.[Hati hatilah dengan Kania. Hatinya tak secantik parasnya, wanita itu penuh dengan muslihat dan licik, sedikit saja kau lengah maka ia akan masuk dalam kehidupanmu]Pesan dari Pak Arif kini terngiang di ditelingaku. Kania, wanita itu sepertinya telah meninggalkan jejak dan kenangan yang buruk pada lelaki itu. Entahlah, hanya saja aku merasa j
Baca selengkapnya
Bab 59
"Aku berjanji padamu, Alina. Berdoalah pada tuhan agar hal itu tidak pernah terjadi."Mas Bayu membelai lembut kepalaku. Untuk pertama kalinya aku kembali terharu akan perlakuannya padaku. Andai sejak awal pernikahan kami ia bersikap seperti ini. mungkin dulu aku akan bertahan."Terima kasih karena memberikan kesempatan kedua untukku. Alina."***PoV Bayu."Pak Bayu, maaf, mengganggu. Ada seorang wanita sedang menunggu dilobby bawah. Ia bilang sudah membuat janji untuk bertemu dengan bapak."Aku terkejut saat seorang Office Boy menghampiriku diruang kerjaku dan menyampaikan pesan jika ada seorang wanita yang sedang menungguku dilobby. Sesaat aku mengerutkan kening, karena merasa tidak memiliki janji bertemu klien siang ini.Karena tak ingin membuat tamuku menunggu lama, aku mengambil ponselku dan bergegas meninggalkan ruang kerja lalu menaiki lift menuju ke lobby bawah kantor ini.Mataku memandangnya dengan tatapan tak percaya ketika seorang wani
Baca selengkapnya
Bab 60
PoV. Bayu."Mas, tadi siang Mas Reyhan meneleponku, katanya Bu Maryam sakit. Bisakah besok kita pergi kesana menengoknya? Sekalian kau berkenalan dengan mereka," ucap Alina satu jam yang lalu.Aku mengangguk mengiyakan permintaannya. Ada sedikit rasa cemburu dihati, saat mendengarnya. Tapi aku tak bisa menolaknya. Aku tak ingin membuat Alina kecewa. Karena bagaimanapun juga merekalah yang membantu dan menjaga Alina selama ini.Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengenal mereka yang telah membantu dan menjaga Alina selama ini. Wajah Alina terlihat begitu khawatir begitu mengatakannya, seakan mereka sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya.Aku tak bisa menyalahkan Alina, karena bagaimanapun, aku juga bersalah. Turut andil atas semua yang terjadi saat ini. Aku terlalu mengikuti hawa nafsu karena cinta masa lalu yang salah. Setidaknya sekarang aku bersyukur. Tuhan masih memberi kesempatan kepadaku untuk memperbaiki diri dan rumah tanggaku.Dua tahun s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status