All Chapters of Jenazah Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
65 Chapters
Bab 41 : Lagi-lagi Fitnah
Jenazah SuamikuBab 41 : Lagi-lagi Fitnah"Cepat suapin!" perintahnya dengan nada sengit.Aku menarik napas panjang, sambil meliriknya jengkel. Nggak kapok juga dia dah kujambak kemarin, sekarang malah main perintah begini. Aku itu nggak suka nada sengit dan ketusnya, nggak bisa apa kalo ngomongnya baik-baik gitu?"Buruan Wulan, saya lapar ini!" ujarnya lagi sambil mendekat dan meraih kotak makan itu lalu memberikannya ke tanganku."Nggak bisa apa kalau makan sendiri?!" gerutuku."Nggak bisa!" jawabnya dengan senyum sinis. "Buruan, Wulan!'"Iya, iya." Aku menghembuskan napas jengkel dan mulai meraih sendok lalu menyuapkan ke arah mulutnya.Restu terlihat membuka mulut, dan kini giliran jantungku yang berdebar tak karuan. Suhu tubuh mendadak panas dingin, aku jadi lebih suka Restu yang galak soalnya kalau dia sok manja begini, aku jadi ingat almarhum.Kucoba mengontrol perasaan aneh yang tiba-tiba menelusup di hati ini, a
Read more
Bab 42 : Eksekusi
Jenazah SuamikuBab 42 : EksekusiSetelah mobil Restu menghilang, aku langsung masuk kamar Winka. Perasaan jadi tak menentu, kayaknya mendadak demam deh. Kutarik selimut dan memejamkan mata, kepala juga mendadak pusing ini."Wulan, kamu sakit, Nak? Ayo, makan siang dulu!" Terdengar samar-samar suara Bu Hera--mertuaku.Aku menurunkan selimut dari wajah, lalu tampaklah mertuaku di dekat ranjang."Kamu demam, Wulan?" Bu Hera memegang dahiku."Eh, nggak kok, Ma, Wulan cuma ngantuk saja," jawabku sambil bangun."Kamu benaran nggak apa-apa, Wulan? Apa kepalanya pusing, mual muntah juga?" tanyanya dengan bibir yang mengukir senyuman.Aku menelan ludah, ini sih mertuaku menyebutkan gejala kehamilan. Cepat-cepat aku menggeleng, karena tak ingin dia terlalu berharap dengan sesuatu yang mustahil."Nggak kok, Ma, Wulan baik-baik saja. Ayo, makan siangnya! Oma dan Tante Rani mana?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan dan membuat dir
Read more
Bab 43 : Malam Pertama
Jenazah SuamikuBab 43 : Malam Pertama"Kenapa senyam-senyum gitu? Emangnya ada yang lucu?" Dia mengerutkan dahi, nadanya terdengar ketus."Nggak ... Nggak ada!" Aku berusaha menahan senyum. Nggak heran lagi dengan nada bicaranya sekarang, mungkin sudah jadi ciri khasnya. Yang terpenting tadi sudah mendengar isi hatinya."Gimana ini, jadi ke Villa gak kita?" Restu terlihat memalingkan wajahnya yang memerah. Hmm ... Akhirnya Si Tuan Garang ini meleleh juga, ternyata dia bisa grogi juga walau selama ini selalu menampakkan wajah tembok (tanpa ekspresi)."Ya terserah aja sih, aku mah nurut." Aku mendekat ke arahnya dan meraih lengan kekar pria garang yang kini sudah luntur aura keganasannya itu. Dia memang ketus, tapi aku bisa merasakan kalau dia itu sangat peduli denganku, buktinya dia sudah 3 kali berjasa menyelamatkan hidupku. Dia itu memang terbaik, almarhum tak salah mewariskan aku kepadanya."Ada apa ini? Kok main narik-narik
Read more
Bab 44 : Dipending
Jenazah SuamikuBab 44 : Dipending"Sayang, ayo bangun! Masih sempat satu ronde ini sebelum azan subuh." Terdengar bisikan di telingaku juga tangan nakal yang membelai bagian sensetif.Aduuh ... Pinggang masih sakit tapi dia malah ngajakin lagi. Saat membuka mata, dia sudah menyambutku dengan senyuman juga kecupan di pipi."Apaan, Res? Badanku masih terasa patah-patah ini .... " rengekku padanya."Besok pagi aku panggilin tukang pijitnya Mama kalau liburan ke sini, tenang aja!" jawabnya sambil mendekatkan wajah kami dan kembali melancarkan aksinya.Niat hati ingin menolak, tapi tubuh malah menginginkannya. Olahraga subuh ini membuat tubuh semakin panas saja. Aku bisa mengerti hasrat pengantin baru dari suamiku ini, aku dan almarhum juga melakukannya beberapa kali di saat pertahanan sudah berhasil diruntuhkan di hari ketiga pernikahan kami.Hmm ... bukan maksud hati ingin membandingkan keduanya, aku hanya mengenang kenangan dahulu. Res
Read more
Bab 45 : POV Restu 3
Jenazah SuamikuBab 45 : POV Restu 3"Res, masa besok udah pulang? Padahal aku udah bilang Mama dan Winka ... Kita seminggu loh di sini," ujar Wulan saat aku baru selesai sholat isya sendiri saja sebab dia mendadak halangan, dia terlihat menahan tawa dan sengaja ingin menggodaku."Hmm ... tanggung cuma seminggu, sekalian saja sebulan." Kuacak jilbabnya dengan gemas."Tinggal di sini saja sekalian kalo gitu." Dia kembali meledek."Pembalutnya gimana ini? Belinya di mana dan merek apa? Kamu berani gak tinggal sendirian?" Aku kembali ke topik utama obrolan."Aku nggak bisa ikut, ini aja nggak berani duduk ... Takut bocor ... Hmm ... Berani sih, cuma ... ya ... jangan lama-lama!" Wulan terlihat bimbang."Iya, di ujung jalan ada minimarket kok. Mereknya terserah aja kan?" Aku meraih jaket dan memasangnya."Ekstrak Daun Sirih, beli yang bungkus gede sekalian!" ujarnya."Baik, Nyonya, kiss dulu tapi .... " Aku mendekat ke arah
Read more
Bab 46 : Hasil Test DNA
Jenazah SuamikuBab 46 : Hasil Test DNADasar menyebalkan, baru bangun tidur aja udah marah-marah nggak jelas. Pakai nanya aku tadi malam mimpi apa segala, nanti kalo aku bilang mimpikan almarhum, nanti dia marah lagi kayak tadi malam. Dia itu orang yang tak terduga dan aku belum bisa memahami sepenuhnya pria yang kini telah resmi menggantikan almarhum Bang Wawan menjadi suamiku itu.Emangnya salah apa kalau aku kangen makam Bang Wawan? Kami sudah bersama selama kurang lebih 10 tahun, jadi jelas saja banyak sekali kenangan tentangnya. Dia, pria yang selalu tersenyum dan berkata lembut. Ya Tuhan, aku benar-benar kangen dia. Pandangan mata perlahan menjadi berkaca-kaca, air mata tak dapat untuk kutahan lagi. Kuah mis instant ini semakin bertambah sepertinya, karena bercampur dengan air mata."Wulan .... " Restu tiba-tiba sudah berdiri di depanku.Dengan cepat, segera kuhapus air mata ini dan menatap jengkel ke arahnya."Ada apa?"
Read more
Bab 47 : Tetaplah Bersamaku
Jenazah SuamikuBab 47 : Tetaplah Bersamaku"Wulan, kumohon buka pintunya!"Sudah kurang lebih satu jam aku menangis di kamar Winka, tapi masih saja terdengar suara ketukan pintu juga suara memelas dari Restu. Sungguh, aku sangat kecewa dengannya. Pernikahan kami baru berjalan kurang lebih empat bulan, tapi masalah sudah datang menerpa.Bukan masalah kecil, tapi ini badai yang akan meretakkan hubungan kami. Jelas saja aku takkan mau dimadu, dan memilih mengakhiri pernikahan. Sebagai sesama wanita, aku bisa merasakan kepedihan hati Anne yang terus menuntut pertanggungjawaban dari pria yang telah menghamili tapi tetap tak dianggap.Kuhela napas panjang sambil menggigit  bibir kuat-kuat. Kurasa Anne yang benar dalam masalah ini, kupejamkan mata dan membayangkan wajah sepasang bayi kembar laki-laki yang menurutku sangat mirip dengan Restu.Mungkin dari kemiripan, Restu bisa saja menyangkal, tapi dari hasil test DNA, ia tak dapat berkelit la
Read more
Bab 48 : POV Restu 4
Jenazah SuamikuBab 48 : POV Restu 4"Bos, Mr.Masuda sudah menunggu di Restoran Jepang. Beliau mau sekalian ngajakin makan siang dan sambil membicarakan kontrak yang kemarin." Yudhi menghampiriku yang masih duduk di depan meja kerja, dengan pikiran yang masih tak menentu.Ya Tuhan, kenapa semuanya harus seperti ini? Kenapa Anne malah datang dengan membawa fitnah, sedangkan hubungan pernikahanku dengan Wulan baru saja membaik.Aku takut kalau hasil test DNA yang kedua ini pun mengatakan aku ayah dari anak Anne, walau aku tak pernah merasa menggauli Anne, walau kami pernah tidur satu ranjang. Aku takut dengan ancaman Wulan, aku tak mau kehilangan sampai kehilangan dia."Res, kok malah bengong aja?" Yudhi menepuk pundakku."Ah iya, ayo berangkat! Lu yang bawa mobil," ujarku sambil melempar kunci mobil kepadanya. "Itu berkasnya jangan lupa!" sambungku sambil beranjak dari kursi lalu memasang jas.Yudhi membawa map di mejaku lalu melangkah
Read more
Bab 49 : Mendadak Aneh
Jenazah SuamikuBab 49 : Mendadak AnehSaat aku tiba di bawah, ternyata Anne sudah tak ada lagi. Sepertinya Mama baru saja mengantarnya ke teras."Ma, ngapain Anne ke sini?" Langsung kutodong Mama dengan pertanyaan yang membuat hati panas sejak tadi.Mama duduk di sofa ruang tamu dan aku pun mengikutinya."Mama kok baik gitu sama dia? Pakai gendong-gendong anaknya segala? Mama itu nggak bisa menjaga perasaan Wulan, dia sakit kepala di atas sana. Dia stres, Ma, karena kedatangan Anne." Kutumpahkan unek-unek ini kepada Mama, aku sangat kecewa dengannya.Mama masih diam."Res, hasil test DNA membuktikan kalau kamu memang ayah dari anak kembar Anne. Jadi Mama harus gimana dong? Mama nggak tega mau ngusir dia pas datang ke sini pagi-pagi, apalagi anaknya rewel banget dan tak mau digendong sama dia. Terpaksa deh Mama bantuin dia buat nenangi bayinya itu .... " jawab Mama."Test DNA itu palsu, Ma! Bagaimana mungkin, nggak diapa-apakan
Read more
Bab 50 : Tanpa Judul
Jenazah SuamikuBab 50 : Tanpa JudulRestu mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe tapi ia tak melihat penampakan Anne dan Dokter Zulfan. Kafe ini memang cukup luas, ada bagian luar (halaman kafe) dan ada yang bagian dalam juga."Sial! Ke mana perginya dua orang itu?" Restu mendengus kesal dan mau tak mau memutar tubuh karena dua orang yang tadi dilihatnya masuk ke kafe ini mendadak menghilang."Awas saja kalau ternyata Anne dan Zulfan bersekongkol." Restu membatin sambil melangkah keluar dari dalam bagian kafe, ia sedikit cemas meninggalkan Wulan sendirian di parkiran.Jantung Restu mendadak berpacu cepat saat kakinya telah tiba di parkiran tapi Wulan malah tak ada di sana."Wulan!" serunya dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling halama parkiran.Dengan panik, Restu berlari menemui tukang parkir yang berada di sana."Pak, lihat istri saya? Hmm ... tadi ... sekitar dua menit yang lalu, dia ada di sini, di dekat motor kami .
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status