Jenazah Suamiku

Jenazah Suamiku

last updateLast Updated : 2022-03-28
By:  Naffa AishaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
30 ratings. 30 reviews
65Chapters
258.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karena tak mempunyai uang untuk membeli tanah pemakaman, Wulan memilihkan memakamkan jenazah suaminya di depan rumah. Setelah meninggalnya Wawan, begitu banyak kejutan yang terjadi dalam kehidupan Wulan. Mulai dari datangnya para penagih hutang, hingga munculnya pria arrogant mirip almarhum suaminya. Siapa pria itu sebenarnya? Simak kisahnya!

View More

Chapter 1

Bab 1 : Dimakamkan Depan Rumah

Jenazah Suamiku

1Bab : Dimakamkan Depan Rumah

"Gali tanah, terus kubur! Beres deh!"

"Iya, betul itu. Nggak usah banyak gaya mau bikin acara pesta kematian segala!"

"Baguslah dia cepat mati, berarti kamu tak perlu repot-repot lagi mengurusi dia yang penyakitan lagi."

"Pulang sana, kami tak sudi mengurusi mayat suamimu yang semasa hidupnya tak pernah  berguna itu!"

Begitulah kata-kata yang kudapat saat datang ke rumah Ayah dan Ibu yang juga dihuni oleh saudara-saudaraku itu, padahal aku ke sana dengan membawa berita duka meninggalnya Bang Wawan--suamiku. Pria yang sudah 10 tahun membina rumah tangga dalam kesederhanaan juga cinta kasih bersamaku. Rumah tangga kami bahagia, walau kami miskin.

Kupercepat langkah menuju gubuk kami, di mana Winka--putriku yang berusia 8 tahun itu kusuruh menunggui jenazah Ayahnya.

Saat tiba di sana, terlihat sudah ada satu orang tetangga yang datang padahal aku belum memberitahu mereka, sebab yang kuutamakan adalah memberi kabar kepada keluargaku. Kalau almarhum Bang Wawan, dia itu seorang perantau dan katanya dulu sudah tak punya sanak family lagi.

"Innalillah w* inna illaihiroji'un, saya turut berduka cita, ya, Wulan." Bu RT memeluk tubuh kurusku saat tiba di depan rumah.

"Terima kasih, Bu RT." Aku menyeka wajah yang sembab karena banjir air mata sedari tadi. "Bu RT tahu dari mana?"

"Tadi saya bawa pisang goreng untuk Winka dan ternyata ... Dia sedang menangisi jenazah ayahnya," jawab Bu RT sambil melepaskan pelukannya dariku.

Aku menarik napas panjang sambil mengelap air mata dengan ujung jilbab.

"Kamu dari mana? Saudara-saudara juga orangtuamu apa sudah diberitahu?" tanya Bu RT sambil menuntunku masuk.

"Mereka tak ada yang perduli, Bu RT. Biarlah saya sendiri yang akan mengurus jenazah Bang Wawan," jawabku dengan tak dapat menghentikan tangis.

"Astaghfirullahal'adzim, tega sekali mereka." Bu RT terlihat kaget.

"Aku membenci mereka semua, Bu. Baiklah, aku bisa sendiri dan aku takkan pernah datang kepada mereka lagi." Kukepalkan tangan ini, dada terasa sesak karena segala kesedihan yang kini sudah bercampur dengan dendam.

"Sudahlah, saya akan beritahu warga sekitar tentang meninggalnya suamimu, kami semua akan membantu proses pemakamannya. Kamu  tenang saja!" Bu RT menepuk pundakku.

Aku berusaha menguatkan diri, semua demi Winka--putriku. Kalau tak mengingat dia, mungkin aku sudah mengakhiri hidup dan pergi menyusul Bang Wawan.

Ya Allah, dengan apa jenazah Bang Wawan akan kubungkus? Sedangkan aku tak mempunyai uang sepeser pun untuk membeli kain kafan untuk suamiku. Dadaku semakin sesak saja memikirkan semua ini.

Taklama berselang, beberapa warga mulai berdatangan untuk melayat. Aku sedikit lega karena masih ada yang peduli, walau keluarga sendiri tak dapat diharapkan.

Usai dimandikan, aku semakin kebingungan jika warga menanyakan kain kafan untuk suamiku. Ya Allah, hari ini aku benar-benar merasa tak berarti sebagai seorang istri, karena tak bisa mengusahakan pakaian terakhir suamiku sebelum ia dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Bu RT, saya ... Tak punya uang buat beli kain kafan .... " ujarku pelan sambil menyeka air mata.

"Tak perlu kamu risaukan itu, Wulan, kami sudah menyiapkan segalanya. Hmm ... Masalah pemakaman bagaimana, mau dimakamkan di mana almarhum?" kata Bu RT.

Aku tertegun, hati sedikit lega karena urusan kain kafan telah selesai, tinggal masalah makamnya lagi. Aku tahu, pemakaman di sini tidak gratis dan biaya administrasinya, walau hanya 100ribu tapi benar-benar tak punya uang sama sekali.

"Dimakamkan di halaman rumah saja, Bu RT," kataku.

"Serius kamu, Wulan? Kamu tak perlu memikirkan semua biayanya, semuanya gratis karena akan diambil dari uang kas desa." Bu RT mengerutkan dahinya.

"Serius, Bu RT. Biarlah jenazah Bang Wawan dimakamkan di depan rumah saja, saya ucapkan terima kasih atas bantuan Bu RT, Pak RT dan semua warga. Saya takkan melupakan kebaikan kalian semua," ujarku dengan menyeka air mata yang terus saja mengalir dengan derasnya.

Singkat cerita, kini jenazah suamiku telah disemayamkan di depan rumah kami. Semua warga sudah pulang ke rumah masing-masing, dan aku berhutang budi dengan mereka.

Bang Wawan telah tenang sekarang, dia sudah tak sakit lagi. Sesungguhnya aku ikhlas, Tuhan, sebab yang bernyawa tetap akan menemui kematian. Yang kusesalkan hingga saat ini adalah sikap keluargaku, mereka manusia paling tega.

***

"Akhirnya kamu mengikuti saranku juga, orang mati mah tinggal digalikan lubang dan ditanam." Bang Wahyu--abang tertuaku datang ke rumahku beberapa hari kemudian setelah meninggalnya suamiku.

Aku hanya diam sambil mengupas ubi yang akan kurebus buat sarapan bersama Winka--putriku.

"Segeralah berdandan yang cantik, Abang akan memperkenalkanmu dengan saudagar kaya raya biar kamu tak perlu makan ubi terus tiap hari!" ujarnya lagi.

"Tidak usah repot-repot, Bang, aku tak berniat menikah lagi. Tanah kuburan suamiku belum juga kering, tapi Abang---" Aku menatap sesak.

"Wulan, kalau dari dulu kamu mendengarkan perkataan Abangmu ini, kamu takkan melarat begini dan jadi janda miskin! Menurut saja, biar hidupmu enak! Abang akan menjodohkanmu dengan Saudagar Gani dan dia sudah setuju menjadikanmu istri kelimanya," ujarnya lagi.

Dadaku semakin sesak saja mendengar perkataan Bang Wahyu, seenaknya saja dia ingin menikahkanku dengan saudara banyak istri itu. Aku tidak mau!

"Segera pergi dari rumahku! Anggap aku sudah mati, jadi kamu tak perlu merisaukan masalah hidupku, wahai Tuan Wahyu yang terhormat!!!" Kuarahkan pisau pengupas ubi itu ke arah pria berkumis tebal itu.

"Hey, sudah gila kamu, Wulan!" bentaknya garang.

"Jangan mengurusi hidupku lagi, pergi dari sini!" Aku tak takut kepadanya.

"Kamu akan masuk penjara, Wulan, buang pisau itu!" bentaknya garang namun turun juga dari rumahku.

"Aku tak perduli, enyahlah Abang dari rumahku dan jangan coba-coba mengatur hidupku lagi!!!" teriakku histeris dengan emosi yang sudah tak terkontrol lagi.

Tiba-tiba, terlihat sebuah mobil yang berhenti di depan rumahku. Lalu turunlah beberapa orang dari kendaraan mewah ini.

Jantungku yang sedari tadi berdebar kencang karena marah dengan Bang Wahyu, kini semakin bertabu-tabu karena melihat pria mirip suamiku yang berdiri diantara orang-orang yang keluar dari dalam mobil itu.

Siapa mereka? Pisau di tangan ini jatuh perlahan. Tak hanya aku yang terbengong melihat rombongan orang-orang yang memasuki perkarangan rumah gubukku, tapi Bang Wahyu juga.

Bersambung ....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
97%(29)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
3%(1)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
30 ratings · 30 reviews
Write a review
user avatar
Anna Dwi Susanti
alur cerita yang beneran bisa membawa pembaca berada di suasana sesungguhnya
2024-05-27 12:24:36
0
user avatar
Ning Lumaris
kok nggak ada part 2nya
2024-05-17 12:10:17
0
user avatar
Ning Lumaris
penasaran bgt... pengen cpt2 nyelesein
2024-05-15 21:14:57
0
user avatar
Eneng Cintami
baru mulai baca bab awal... sepertinya bagus...
2022-08-11 16:12:15
1
user avatar
Yanti Keke
baru mulai baca... so far bagus ceritanya
2022-07-12 20:24:08
1
user avatar
Althaf AbidzarBram
itu the endnya kenapa sodara kembarnya winka alias winda hatinya begitu ya kok yang dipikirkan hidup enak maksdnya setelah tahu anak kandung wulan kok winda g greget sm ibunya sendiri
2022-06-04 01:17:09
3
user avatar
Sari Ibu'e Arfanama
ceritanya bagus
2022-05-18 22:25:58
1
user avatar
Ayu Cla
Ceritanya bagus...
2022-05-01 07:07:43
1
user avatar
Maulina Fikriyah
Recommended banget, suka sama ceritanya...
2022-04-30 09:17:05
1
user avatar
Nasrie Nas
permulaan cerita yang bagus,i like...
2022-04-29 23:15:56
1
user avatar
Evhae Naffae
keren .........
2022-04-29 22:12:05
2
default avatar
indirianasesa
udh tamat Thor ceritanya ko ngegantung GT extra part nya
2022-04-29 04:03:43
3
default avatar
rehmamalempagi
ya ampun Thor cerita seru bget wlpon judulnya kurang sreh saya tp alur nya top bget
2022-04-29 03:21:13
2
user avatar
Reyin Damanik
Thor saran ni kayaknya judul kmu buat org mikir ini cerita hantu baiknya miaal ni ganti jadi turun ranjang suami kembar keknya lebik ok maaf ya thor
2022-04-29 01:26:54
0
default avatar
rehmamalempagi
seru ceritanya mu Thor jd judulnya itu loh buat aku keki mau baca pertama nya
2022-04-28 09:29:42
3
  • 1
  • 2
65 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status