All Chapters of Jenazah Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
65 Chapters
Bab 31 : Menghilangnya Wulan
Jenazah SuamikuBab 31 : Menghilangnya Wulan"Ibu nggak jemput, Winka?" tanya Winka saat masuk ke dalam mobil Pak Jaja."Nggak, Non, pulang sama Pak Jaja sajalah." Pak Jaja mengusap kepala anak majikannya itu, ia tak mau memberitahukan kehebohan di rumah karena menghilang sejak pagi. Semua orang sudah sibuk mencari, terutama Restu--yang langsuung pulang saat Hera mengabarkan tentang hilangnya Wulan.Winka merengut, hatinya terasa gelisah, padahal ia berharap sang ibu menjemputnya. Ia akan merasa senang jika ibunya ikut menjemput, karena sepanjang jalan pulang ia akan bercerita tentang sekolahnya.Pak Jaja tak berani mengajak Winka mengobrol sebab takut salah bicara dan malah tak sengaja membocorkan kasus hilangnya Wulan.Sepuluh menit kemudian, mobil Pak Jaja sudah tiba di depan rumah. Yani langsung menyambut Winka dan membawakan tasnya."Eh, cucu Eyang udah pulang." Sang Eyang menghampiri Winka, ia ingin mengalihkan perhatian Winka a
Read more
Bab 32 : Misi Penyelamatan
Jenazah SuamikuBab 32 : Misi Penyelamatan"Maaf, saya akan ganti rugi segala kerusakkannya, walau sebenarnya saya tak sepenuhnya salah sebab mobil anda berhenti mendadak tanpa menyalakan lampu hazard (lampu berhenti darurat)," ujar Restu sambil membuka kaca mata hitamnya.Sontak, pria berkumis tebal itu jadi gelagapan. Bukan karena takut akan perkataan pria di hadapannya, tapi wajah yang sangat tak asing itu membuat bulu kuduknya merinding.Tanpa berkata apa pun, pria berkumis tebal dengan nama lengkap Wahyu Kusuma itu mengayunkan cepat tongkat lalu bergegas masuk ke mobil."Yanto, cepat masuk!!!" teriaknya."Oke, Bos." Yanto--sang supir segera masuk ke dalam mobil sang majikan lalu tancap gas, walau ia agak bingung dengan bosnya itu. Pertama marah-marah tapi kini malah terbirit-birit.Mobil jeep hitam berdebu juga berlumpur itu mulai melaju menuju lokasi penyekapan Wulan."Bos, kok nggak jadi minta ganti rugi?" tanya Yanto pe
Read more
Bab 33 : Dua Pahlawan
Jenazah SuamikuBab 33 : Dua Pahlawan"Aku akan telepon Polisi." Restu mengeluarkan ponselnya."Kamu yakin kalau di sini tempat penculikan Wulan, Res?" tanya Dokter Zulfan ragu, karena belum ada bukti kalau kalau di sinilah Wulan disekap."Sangat yakin, kamu diam saja! Atau pun ... Kamu bisa segera pergi dari sini, aku bisa sendiri," jawab Restu ketus, melirik tajam tetangganya itu sembari hendak membuka pintu mobil."Jangan begini, Res? Lupakan permusuhan kita sejenak, aku akan bantu kamu mencari Wulan." Dokter Zulfan menarik tangan Restu, menghalanginya untuk membuka pintu mobil.Restu mengurungkan niatnya keluar dari mobil Sang Dokter Duda--begitulah ia menggelari musuh masa kecilnya itu.Restu segera menelepon Polisi untuk memintanya segera datang ke lokasinya sekarang. Ia juga menelepon beberapa anaknya untuk antisifasi kalau-kalau Polisi terlambat datang.Sedangkan pesawat jet yang sedari tadi hanya berputar-putar di angk
Read more
Bab 34 : Arti Mimpi
Jenazah SuamikuBab 34 : Arti Mimpi Kulirik dua pria yang kini sedang diobati oleh dokter dan beberapa perawat di ruangan UGD, keduanya sama-sama babak belur. Aku jadi merasa bersalah, mereka luka parah gara-gara nolongin aku dan semua ini akibat ulah abangku yang nggak ada bosannya menjahatiku. Sepertinya, aku ini memang anak pungut, abang kandung pastinya takkan setega itu.Oke, kita kembali fokus kepada dua pahlawanku ini yang kepalanya sama-sama dibalut perban, dengan wajah sama-sama memar. Restu yang paling parah, sebab tulang lengannya ada yang renggang jadi harus dikepih (digendong). Kasihan kembaran suamiku itu, ini kali keduanya ia menyelamatkan aku dan mengabaikan keselamatannya sendiri.Sumpah, aku itu nggak habis pikir dengan tingkah Restu yang selalu sok jagoan begini. Kalau sampai kenapa-kenapa, pastinya aku yang akan merasa bersalah. Hatiku jadi sedih jika melihat keadaannya sekarang, jadi kangen Bang Wawan.Bang, saudara kemba
Read more
Bab 35 : Tak Mau Dimadu
Jenazah SuamikuBab 35 : Tak Mau Dimadu!"Ini ponselmu." Restu menghampiriku yang sedang duduk sendiri di ruang tengah, dengan acara gosip di televisi tapi pikiran ini malah tak berada di tempat."Melamun terus!!! Apa dibuang aja nih ponsel?!" Dia berkata dengan ketus."Eh, jangan!" Aku yang baru tersadar langsung meraih ponselku darinya.Restu langsung berlalu, dia terlihat melangkah menuju dapur dengan gaya berjalan yang tak sempurna. Sepertinya kakinya masih sakit gara-gara nolongin aku kemarin. Jadi merasa bersalah kalau seperti ini, tapi jika melihatnya bicara ketus, bawaannya jengkel saja.'Drrttt'Eh, ponsel di tanganku bergetar. Kutatap benda pipih itu, entah di mana Restu menemukannya?Alisku berkerut saat melihat nama siapa yang mengirim chat ini, namanya 'Ayah Restu.' Sontak, aku tak bisa menahan tawa. Kok nama kontaknya bisa berubah begini? Perasaan kemarin kuberi nama 'Si Garang' deh, sebelumnya emang kukasih nama
Read more
Bab 36 : Hari Menakutkan
Jenazah SuamikuBab 36 : Hari MenakutkanHari yang kutakutkan tiba juga, semalaman tak mau terpejam mata ini saking takutnya. Padahal ini bukan yang pertama, walau wajah mereka sama tapi beda raga.Oh iya, kira-kira siapa yang akan menjadi wali nikahku? Duuhh ... Aku jadi lupa menanyakan hal itu karena saking galaunya mikirin bakalan nikah sama pria galak level maksimum itu.Aku ini serasa tak punya keluarga sekarang, sebab tak ada yang peduli juga. Ayah, Ibu juga saudaraku yang lainnya, tak ada yang peduli denganku. Hati terasa sakit saat mengingat ulah Bang Wahyu yang ingin menjualku, dan mirisnya semua keluarga malah mendukung."Wulan, acaranya akan dimulai sebentar lagi." Tante Rani masuk ke dalam kamar rias dan membuyarkan lamunan."Ohh .... " Aku semakin panas dingin saja, di ruangan ber-AC begini aku malah gerah. Mulai aneh aja nih suhu tubuh."Tante akan temani kamu di sini, nanti setelah ijab kabul selesai, baru kita keluar,"
Read more
Bab 37 : OTW
Jenazah SuamikuBab 37 : OTWAroma makanan membuatku membuka mata perlahan, perut juga sudah terasa lapar. Aduuhh ... tulang terasa patah-patah tidur di sofa. Eh, di atas tempat tidur sana, Restu terlihat sedang menikmati makanan. Dasar, suami nggak ada akhlak, makan sendiri saja! Aku mencebik dan berlalu ke kamar mandi. Ya Tuhan, aku telah melewatkan sholat subuh.Ketika keluar dari kamar mandi, aku langsung menoleh jam di dinding yang sudah menunjuk ke angka 08.10."Res, kok nggak bangunin sholat subuh sih?" Aku menghampiri pria bercelana pendek dengan t-shirt berwarna hitam itu."Udah dibangunin, tapi kamu tidur kayak kebo!" jawabnya ketus."Isshh ... Enak aja!" Aku menatapnya jengkel. "Kok sarapan cuma sendiri saja? Jatah saya mana?" sambungku."Pesan sendiri deh, manja amat!" Dia terus saja makan tanpa menoleh ke arahku."Isshh ... Menyebalkan. Aku mau pulang saja." Aku melangkah cepat menuju sofa dan meraih tas.Ko
Read more
Bab 38 : Jangan Modus
Jenazah SuamikuBab 38 : Jangan Modus!"Hey, bangun!!"Suara menyebalkan itu terdengar di dekat telingaku juga terasa jari yang mencolek bahu ini."Wulan, bangun!!!"Aku segera membuka mata dan segera menegakkan badan lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling."Eh, kita di mana, Res? Udah nyampai Kapadokia?" tanyaku dengan kesadaran yang belum sempurna."Belum, baru nyampai Bandara Hamad Qatar. Isshh ... ilermu nempel di jaket saya, dasar jorok. Udah tidur ngorok, ileran juga. Ndesomu level maksimum!" omelnya sambil menunjuk dadanya."Masa? Perasaan aku nggak ngorok deh dan nggak ngiler juga." Aku menatapnya jengkel."Lihat ini, iler siapa lagi kalau bukan ilermu!" Dia menarik ujung jilbabku dan mengelap jaket bagian dada."Astaga, fitnah aja, ya!" Aku tak terima d
Read more
Bab 39 : Bosan
Jenazah SuamikuBab 39 : Bosan"Mau selpi gak? Biar bisa pamer kalo kamu udah pernah naik balon udara?" bisik Restu di belakangku, masih dengan posisi pasangan yang lagi kasmaran, padahal dalam hati dongkol."Hmm ... Selpi? Siapa itu?" tanyaku berusaha melepaskan diri dari pelukannya."Astaga, Wulan, selpi itu maksudnya foto-foto. Seperti ini .... " Restu mengeluarkan ponsel dan mengarahkannya kepada kami."Oh ... Begitu, apa selpi itu bahasa inggrisnya foto-foto?" tanyaku benaran polos dan bukan pura-pura bego.'Pletak'Eh, dia tiba-tiba menjitak pelan dahiku tapi tetap saja aku melotot kaget."Eh, kok main jitak aja!" Kudaratkan cubitan keras di perutnya."Biar kamu pinter dikit!" jawabnya sambil mengusap perutnya bekas cubitanku"Yang ada makin bego kalo dijitak itu!" Kupelototi dia."Haahh ... Ngaku juga kalau bego!" Dia menahan tawa."Makanya dijelasin kalau aku nanya itu!" Aku masih menat
Read more
Bab 40 : POV Restu 2
Jenazah SuamikuBab 40 : (POV Restu 2)Seperti perjalanan pergi, Wulan juga mabuk pas pulangnya dan aku tetap kerepotan memapahnya saat pindah pesawat. Akan tetapi aku bersyukur, akhirnya bisa kembali pulang ke tanah air dan sudah berhasil melewati liburan bulan madu yang disusun oleh Mama.Bukannya nggak mau liburan berdua saja sama Wulan, yah ... dia istriku sekarang dan mungkin acara bulan madu ini sudah menjadi tradisi bagi para pengantin baru. Tapi, ya begitulah, kami selalu terlibat perselisihan dan pertengkaran akan tingkahnya yang selalu membuatku naik darah.'Tok-tok'"Masuk, tidak dikunci!" jawabku."Res, Mama dan anggota keluarga lainnya udah nunggu buat makan malam." Wulan mendorong pelan pintu kamar dan berdiri di dekat pintu.Aku hanya diam, menatap wanita yang selalu mengenakan pakaian tertutup dengan balutan jilbab. Dia cantik, tak dapat kupungkiri hal itu, kulitnya putih bersih walau dia tak berdandan seperti wanita l
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status