All Chapters of AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!: Chapter 31 - Chapter 40
132 Chapters
Tiga Puluh Satu
POV ARYA"Maaf, Bu, Pak ... tapi saya hari ini mau buru-buru ke kantor, ada tugas yang harus segera saya selesaikan. Jadi gak bisa nganterin Arif nyari info kampus yang bagus di sini," elakku pura-pura hendak buru-buru ke kantor, padahal hanya alasan saja karena sejujurnya aku tak punya uang untuk mengantar Arif keliling kota guna mencari kampus terbaik apalagi membiaya kuliah adik iparku itu kelak.Jangankan biaya kuliah, biaya beli formulir pendaftaran saja sepertinya aku tak mampu membelikannya."Ya sudah, Nak. Kalau kamu buru-buru, kasih ongkos buat Arif aja ya biar dia nyari sendiri. Kan bisa pake taksi online buat keliling kota Pekanbaru ini," ujar ibu mertua lagi sambil tersenyum menatapku.Ya, Tuhan, kapan derita ini akan berakhir? Sudah capek cari alasan supaya tak dikejar soal uang, masih saja terjebak situasi begini. Huff!  "Hmm, iya Mas. Kasih aja ongkos buat Arif naik taksi online. Kasih dua ratus ribu aja, cukup itu untuk
Read more
Tiga Puluh Dua
Sekarang pokoknya aku gak mau tahu. Mas di sini sebagai kepala keluarga, harus bisa mengatasi masalah kebutuhan ekonomi keluarga kita dengan baik. Di rumah ini ada ibu, bapak dan adik-adikku yang butuh makan dan butuh keperluan lainnya. Aku gak mau mereka kecewa setelah tahu ternyata Mas itu gak punya uang ya, jadi mulai sekarang Mas harus bisa cari uang gimana pun caranya. Titik!" sergah Maya dengan nada keras."Maksud kamu? Gimana caranya mas bisa cari uang selain gaji? Waktu mas kan habis di kantor. Dan di kantor itu gak ada apa-apanya lagi, May. Jangan pikir mas bisa korupsi. Gak ada lagi dana yang bisa mas korupsi! Apalagi pengawasan keuangan sekarang sudah semakin ketat dan berlapis-lapis, sulit buat ditembus. Kalau pun ada yang bisa dimainkan, mas gak berani. Sudah cukup teman-teman Mas yang dipecat gara-gara coba-coba memainkan anggaran kegiatan, akhirnya masuk penjara dan sengsara. Nggak! Mas gak mau lagi!" sahutku sembari menekuk muka."Kalau gitu, Mas carila
Read more
Tiga Puluh Tiga
POV ARYA"May, mas mau keluar dulu ya. Mau cari job sampingan. Mungkin pulangnya agak malam. Doakan aja mas pulang bawa rezeki ya, bisa buat belanja besok pagi," pamitku pada Maya yang sedang menonton televisi di kamar.Setelah lama berpikir, akhirnya aku memang terpaksa memutuskan menerima tawaran pekerjaan dari Heru, jadi juru parkir liar di pasar. Mau gimana lagi, cuma itu pekerjaan yang sepertinya bisa kulakukan saat ini. Pekerjaan tanpa modal, memanfaatkan sisa waktu luang yang ada sepulang kantor.Sepertinya saat ini aku juga harus mulai bisa menurunkan ego. Aku sadar tak punya uang untuk membangun usaha kecuali hanya punya mobil yang sampai saat ini masih sayang untuk dijual karena hanya itu harta satu-satunya yang masih kumiliki.Aku tak mau membuat ibu sedih karena keadaanku yang jatuh miskin. Mungkin mulai hari ini aku harus banyak-banyak sabar dan evaluasi diri kenapa bisa mengalami nasib buruk seoperti ini."Memangnya Mas mau ke m
Read more
Tiga Puluh Empat
 "Aku yang nyesel hidup sama, Mas! Sanalah kejar lagi Mbak Ana kalau mas yakin dia masih mau sama Mas! Pede sekali Mas merasa dia masih mau diajak balikan! Kalau aku, kalau Mas memutuskan pergi dari rumah ini dan menceraikan aku, aku pastikan akan dapat orang yang lebih kaya dari Mas. Kaya beneran, bukan kaya bohongan kayak Mas! Aku gak mau ortuku sedih karena hidupku sengsara dan gak bisa nolong mereka gara-gara nikah sama Mas! Sekarang, silahkan Mas pergi dari rumah ini, aku gak sudi punya suami yang gak bisa nafkahin istri!"Oke, kalau gitu mas pergi sekarang juga! Biarlah Mas hidup sendiri daripada punya istri kayak kamu!"Setelah berucap demikian, segera kukemasi pakaian dan keluar dari kamar dengan tas pakaian terjinjing di tangan.Di ruang tamu kulihat ibu, bapak dan adik-adik Maya duduk diam tanpa kata.Bukannya membela dan mendamaikan kami yang sedang bertengkar malah dari tatapan mereka seakan setuju dengan sikap Maya yang keras kep
Read more
Tiga Puluh Lima
"Ya, mana mobil kamu? Kok ke sini pake motor? Bawa tas baju lagi. Ngapain? Tumben?"  tanya ibu dengan kening mengernyit saat menyambut kedatanganku ke rumah beliau malam ini juga.Aku hanya tersenyum masam lalu ngeloyor masuk ke dalam rumah begitu saja.Hatiku masih merasa sangat kesal dan tak percaya pada perbuatan Maya yang sudah berani-beraninya menggadaikan mobilku ke rentenir. Lancang sekali!Awas saja dia kalau sampai mobil itu tidak kembali lagi, aku tak akan segan-segan membuat perhitungan dengannya! Belum tahu dia siapa Arya sebenarnya!  Tunggu saja pembalasan dariku nanti! Geramku berkali-kali dalam hati."Ya, ditanya kok malah diam aja? Mobil kamu mana? Oh ya gimana keadaan Ana, kapan dia pulang kembali ke rumah? Kamu sih pake nikah lagi diam-diam, sudah punya istri baik begitu masih gak puas. Masih selingkuh dan kawin lagi sama perempuan gak jelas seperti Maya. Pantas saja lah Ana kabur balik ke rumah orang tuanya. Apa ibu bilang, na
Read more
Tiga Puluh Enam
Mana lagi untuk beli beras, minyak makan dan kebutuhan lain? Berapa sebenarnya yang harus dikeluarkan untuk biaya makan selama satu bulan? Malangnya selama ini aku hanya terima beres saja karena semua sudah diselesaikan oleh Ana sendirian. Sisa gajiku yang hanya tinggal satu juta rupiah mungkin hanya bertahan satu minggu saja dengan harga kebutuhan pokok yang semuanya serba mahal seperti saat ini.Lalu berapa lagi yang harus Ana keluarkan untuk mencukupi kebutuhan selama sebulan dan kebutuhan ibu serta Mira yang tampaknya hidup tenang saat aku masih hidup bersama perempuan itu?Ah, baru kusadari sekarang betapa berharga dan berartinya perempuan itu sebenarnya bagi keluarga kami."Ya, mahal dong Mas. Mas baru tahu? Selama ini kemana aja? Apa Mbak Ana gak pernah cerita kalau sekarang semua kebutuhan pokok melonjak dratis? Apa dia gak minta tambahan uang belanja? Hmm, tapi aku bingung deh, kata Mbak Ana, ATM gaji Mas kan sudah dikembalikan, kok bukanny
Read more
Tiga Puluh Tujuh
"Ma-maaf, Bu. Aku juga gak tau gimana caranya si Maya bisa gadaikan mobil ke rentenir dan kapan kejadiannya. Tau-tau waktu Arya pulang, mobil itu sudah gak ada lagi," tuturku dengan suara pilu, menjelaskan kronologis peristiwa yang baru saja terjadi.Ibu tampak kembang kempis menahan nafas mendengarnya. Jelas sekali beliau berusaha menekan emosi sebisa mungkin."Yang salah itu kan kamu, Ya! Perempuan entah keturunan siapa gitu kok dinikahi. Kamu pikir semua perempuan itu sama baiknya kayak si Ana? Naif kamu! Apa selama ini gak mikir, gaji PNS itu berapa, kok Ana bisa masak enak terus buat kamu setiap hari? Bisa ngasih BBM mobil kamu setiap hari? Bisa biayai Mira kuliah dan bisa ngasih ibu setiap bulan? Bahkan sewaktu-waktu ibu minta tambahan uang dia gak pernah keberatan.Selama ini ibu mikir, kok bisa ada perempuan sebaik dan sepolos Ana. Tapi sekarang ibu jadi mikir lain lagi, kok ya ada laki-laki sebodoh kamu yang gak sadar kalau sudah punya istri sempurna? M
Read more
Tiga Puluh Delapan
Mendengar perkataan beliau, aku pun hanya bisa menghela nafas pasrah. Kusandarkan punggung di kursi lalu meremas rambut dengan perasaan kacau.Tak kusangka semua ini akan terjadi. Wanita yang kumenangkan dari istri sah, ternyata hanya jadi benalu dan pencipta neraka dalam hidupku sendiri."Mas, Mas Arya, sini sebentar. Lihat ini!" Sedang aku duduk gelisah di sofa ruang tamu, Mira memanggilku dari dalam kamar dengan nada keras.Tak antusias karena masih kalut berpikir, aku hanya menyahut pelan."Ada apa, Mir? Kamu aja yang ke sini, Mas lagi pusing ini!" sahutku malas."Ini, Mas. Lihat status wa Maya. Gila memang perempuan itu! Masa dia posts foto-foto kalian di stori wa? Apa maksudnya?""Mana?" Seperti tersengat kalajengking, aku langsung bangkit dan memburu ke arah Mira."Ini lihat, ckckckc. Bener-bener mau bikin malu aja ini perempuan. Masa dia posts foto-foto setengah telanj*ng kalian di stori wa. Apa maksudnya ka
Read more
Tiga Puluh Sembilan
Aku menatap wajah Via yang alhamdulilah bangun pagi ini sudah terlihat jauh lebih segar dari sebelumnya.Ini hari ke sepuluh ia dirawat di rumah sakit  ini dan syukurlah, masa-masa kritisnya sudah berhasil dilewati.Tinggal masa pemulihan yang sudah berlangsung selama tiga hari ini dan kondisinya pun hari ini sudah terlihat semakin membaik."Syukurlah An, hari ini Via sudah boleh pulang. Tapi di rumah tetap diperhatikan asupan gizi dan vitaminnya ya karena kondisi fisiknya tentu saja masih belum kuat seperti sebelumnya. Nanti aku resepkan obat dan vitamin untuk memulihkan fisiknya, dihabiskan supaya cepat sembuh kembali seperti sebelumnya, oke?" ujar Wisnu saat visit dokter pagi ini.Aku mengangguk sembari tersenyum lega mendengar penuturan lelaki itu. "Makasih ya,, Nu. Kamu sudah bantu aku dan Via. Makasih banget," ucapku lirih."Never mind. Kalau ada apa-apa nanti, hubungi aja ya," ujar Wisnu lagi.Aku kembali mengangguk,
Read more
Empat Puluh
Meski dalam hati tak antusias ingin tahu apa yang hendak dibicarakan oleh Mas Arya, tetapi tak tepat juga rasanya menolak dengan kasar permintaan lelaki yang pernah menjadi suamiku itu.[Gak bisa ditelpon, An. Karena jujur ini masalah serius. Aku mohon kamu bersedia. Nanti kuhubungi lagi kalau kamu sudah di rumah ya?]Tak ingin panjang perkara, aku pun hanya mengiyakan dengan singkat.Aku bukan perempuan tega yang bisa  menampiik saat seseorang, apalagi mantan suami mengajak bicara. Apalagi jika ini menyangkut Via karena bagaimanapun gadis kecilku itu masihlah menjadi tanggung jawab kami bersama.Aku menutup telpon lalu menyimpan benda itu kembali di tas. Setelah itu bergabung bersama ibu, mengemasi barang-barang yang hendak dibawa pulang."Ngomong apa Arya, An?" tanya ibu yang sedari tadi ikut mendengarkan percakapan kami dengan tatapan menyelidiki."Nanyain Via sama pengen ngajak aku ngomongin sesuatu, Bu. Aku belum tahu soal apa. Tap
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status