All Chapters of AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!: Chapter 51 - Chapter 60
132 Chapters
Lima Puluh Satu
Hmm, jadi itu kekurangan dan syarat yang Mitha ajukan pada laki-laki yang ingin menikahinya?Hmm ... syarat pertama kurasa tidaklah terlalu sulit bagiku. Tidak punya anak dari Mitha, kurasa bukanlah hal yang berat, toh aku juga sudah punya Via, meskipun saat ini gadis kecil itu tinggal bersama ibunya.Tapi kalau kangen, tentu saja aku bisa sering-sering mengunjunginya. Apalagi kalau hidupku sudah kaya, tentu akan lebih mudah bagiku untuk menemuinya. Aku akan membawanya keliling mall dan memberikan apapun yang diminta putri kecilku itu tanpa kesulitan.Bahkan kalau aku mau dan Mitha juga tak keberatan, aku bisa saja meminta hak asuh anak atas Via. Meski aku tak yakin sebab Via masih terlalu kecil untuk tinggal terpisah dari ibu kandungnya.Namun, syarat ke dua. Ini yang cukup membuatku merasa khawatir.Bukan tidak yakin bahwa aku telah berubah dari laki-laki mata keranjang menjadi laki-laki setia setelah pengalaman buruk bersama Maya kemarin, tapi a
Read more
Lima Puluh Dua
"Ada apa, Mas? Apa ada yang mau Mas Arya sampaikan?" tanya Mitha saat hari ini aku kembali mengajaknya bertemu di luar.Demi bisa bertemu, karena gadis itu juga sedang sibuk bekerja, aku bahkan sampai rela tak berdagang karena apa yang ingin aku sampaikan pada wanita cantik itu bagiku jauh lebih penting dari pada sekadar menggelar dagangan. Meski sama -sama demi masa depan, tetapi urusan Mitha tentu saja jauh lebih penting bagiku. Jika tak cepat-cepat dipastikan, aku takut gadis itu keburu diambil orang.Sejak bertemu Mitha, jujur konsentrasiku untuk bekerja memang mulai buyar.Ya, kalau ada jalan instan untuk cepat kaya kenapa harus melalui jalan yang melelahkan dan menguras tenaga? Itu pikirku."Benar, Mit, mas hanya ingin memastikan sama kamu kalau mas sanggup menerima semua persyaratan dari kamu. Soal anak, mas gak akan nuntut kamu memberikannya karena kamu juga sudah kehilangan rahim, jadi gak mungkin mas mau menuntut hal yang gak mungki
Read more
Lima Puluh Tiga
"Ya, kamu hari ini jualan nggak? Kok sudah jam segini belum prepare juga?" tanya ibu saat melihatku sedang berada dalam kamar.Hari ini aku memang memutuskan untuk kembali libur jualan, sebab rencana hendak mengajak Mitha jalan ke mall. Bukan untuk belanja atau membelikan ia barang yang dia inginkan melainkan sekedar cuci mata demi melakukan pendekatan lebih jauh agar ia tak ragu-ragu lagi menjadikanku calon suaminya.Aku memang sudah tak sabar lagi ingin segera bersanding dengan Mitha, sayang wanita itu harus mendahulukan pernikahan sepupunya lebih dulu ketimbang pernikahan kami.Tapi semoga saja pernikahan kami tidak gagal karena aku menggantungkan harapan yang sangat besar kepadanya.Kelak jika telah menikah dengannya, aku tentu bisa hidup lebih enak dan terjamin tanpa harus kerja keras lagi seperti saat ini. Dengan alasan patuh pada suami, aku akan memintanya memberikan sejumlah uang untuk membesarkan usaha ini agar kelak hid
Read more
Lima Puluh Empat
[Okelah kalau gitu. Tapi gimana ini? Jadi nggak kita keluar? Mas udah siap-siap ini soalnya?] tanyaku lagi memastikan.[Besok aja gimana, Mas? Mas kan pagi-pagi gini biasanya jualan? Apa hari ini nggak?][Nggak, Mit.][Kenapa?][Kan rencana pengen ajak kamu jalan tadi, tapi kamunya nggak bisa.] balasku.[Ya, udah. Kalau mas ikut sekalian gimana? Jadi bisa sekalian kenalan sama calon istri kakak sepupuku itu?][Boleh. Kalau gitu tungguin ya, setengah jam lagi mas sampe ke sana. Di mana tempatnya?][Di deretan pertokoan jalan Sudirman. Mas ke sana aja dulu. Nanti aku hubungi kalau udah sampe. Lokasinya gak jauh dari situ kok.] balas Mitha lagi.[Oke.]Aku pun segera bersiap-siap. Setelah pamit pada ibu, bergegas aku meluncur menuju tempat yang disebutkan Mitha tadi.*****Aku mengangkat wajah saat dari kejauhan melihat mobil Alphard yang dinaiki Mitha berhenti tepat di parkiran depan pertokoan jalan Sudirman,
Read more
Lima Puluh Lima
POV ARYA"Ya, kamu kenapa? Kok wajahmu pucat gitu?" sambut ibu saat aku sampai dan masuk ke rumah dengan langkah kaki terburu-buru.Usai meninggalkan kompleks pertokoan tadi aku memang langsung pulang ke rumah, ingin berembuk dengan ibu bagaimana caranya mengatasi masalah yang sedang kuhadapi saat ini. "Gawat, Bu. Ternyata calon istri sepupu Mitha itu adalah Ana. Untung saja aku buru-buru kabur waktu hendak dikenalin tadi, kalau nggak, gak tau, deh Bu gimana kejadiannya. Bisa-bisa Mitha nggak mau lagi berhubungan sama aku," sahutku dengan nada mengeluh dan nafas memburu.Mendengar perkataanku, ibu tampak membelalak kaget."Apa? Jadi calon istri sepupu Mitha itu Ana? Yang bener, Ya? Bukannya mereka keluarga orang terpandang di kota ini? Mau gitu besanan sama keluarga Ana? Ck ...ck...ck... beruntung banget sih nasib si Ana! Lepas dari kamu sekarang jadi calon mantu konglomerat! Jangan-jangan pake jalan gak bener it
Read more
Lima Puluh Enam
Benar saja. Tak berapa lama aku menunggu, kulihat bayangan perempuan itu sedang keluar rumah sambil menggendong Via yang mungkin ikut belanja bersamanya.Ah, kebetulan sekali! Sudah lama aku menahan rasa rindu pada buah hatiku itu. Pagi ini sepertinya selain bisa bertemu Ana untuk mengajaknya bekerja sama, aku juga akan bisa melampiaskan rasa itu.Ya, bagus sekali jika aku dan Mitha jadi menikah. Aku tentu tak akan sulit bertemu Via sebab kami sudah jadi satu keluarga kembali. Berpikir begitu, aku pun menjadi semakin semangat untuk cepat-cepat mengutarakan maksud hatiku pada Ana.Dari seberang jalan ini, kulihat sosok wanita itu sedang menunggu jalan sepi dari kendaraan untuk menyeberang.Wanita itu tak melihatku sebab aku sengaja menyembunyikan diri dari penglihatan orang. Sengaja wajah kuhadapkan ke arah dalam toko supaya ia tak bisa melihat.Akhirnya tak lama kemudian, kulihat wanita itu memasuki
Read more
Lima Puluh Tujuh
"Gimana, Ya? Jadi kamu bilang sama Ana soal jangan ganggu hubungan kamu dengan Mitha? Gimana tanggapan dia?" tanya ibu begitu aku pulang ke rumah dengan wajah ditekuk ke dalam. Suntuk.Ya, jawaban Ana soal Mitha tadi mau tak mau membuat batinku terpukul dengan telak.Aku tak menyangka jika Mitha ternyata bukan wanita yang mau dikendalikan laki-laki seperti yang kuinginkan.Ia ternyata bukan wanita yang bersedia mengorbankan harta benda yang dimilikinya demi membahagiakan suami. Entah benar atau tidak, setidaknya itu keterangan yang kudapat dari Ana tadi. Padahal jujur niatku mendekati wanita itu salah satunya adalah demi bisa hidup enak tanpa perlu bekerja terlalu keras.Aku juga ingin mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha jual gorengan yang kulakukan agar menjadi lebih besar dari sekarang.Namun, jujur keterangan dari Ana soal Mitha tadi membuat semangatku mendekati wanita cantik itu mulai goy
Read more
Lima Puluh Delapan
Mendengar perkataanku, sesaat MItha memicingkan matanya."Mas mau cari pinjaman modal?" tanyanya sambil mencomot tempe goreng dan memakannya bersama cabai rawit.Sejak kami menjadi dekat, Mitha memang tak segan-segan untuk mampir meski tetap juga ia membayar dan meletakkan uang itu begitu saja di dekat keranjang jualan.Dan aku tidak menolak sebab butuh uang dan lagipula ia belumlah sah menjadi istri dan tanggung jawabku."Iya. Mas pengen mengembangkan usaha supaya menjadi lebih besar. Tapi siapa yang mau minjamin modal, ya?""Memangnya Mas butuh berapa?" tanya Mitha dengan nada tenang."Seratus juta rupiah, Mit!" sahutku dengan nada bersemangat.Sepertinya Mitha merespon apa yang kusampaikan."Hmm ... besar juga ya? Tapi bisa kok kalau mas memang benar-benar serius ingin mengembangkan usaha. Oh ya, kalau boleh tahu keuntungan mas jualan dalam sehari berapa?" tanya Mitha lagi, ser
Read more
Lima Puluh Sembilan
POV ARYA"Arya, kamu jadi ketemu Mitha tadi?" tanya ibu saat aku pulang dari berjualan sore ini.Menghempaskan tubuh ke sofa, kutatap wajah ibu dengan tatapan lemah."Jadi, Bu. Tapi ternyata benar yang dikatakan Ana, Mitha perempuan yang nggak bisa dimanfaatkan," keluhku dengan nada kecewa.Ibu yang mendengar, ikut menghela nafas."Jadi gimana? Kamu nggak jadi dong menikahi dia?" Ibu menatapku.Aku balik menatap ibu."Menurut ibu gimana? Apa aku masih harus menikahi wanita seperti itu? Aku ini ingin punya istri yang bisa membantuku menaikkan taraf hidup keluarga, Bu. Seperti Ana dulu, yang diam-diam selalu menghandle kebutuhan keluarga kita tanpa kita sadari. Jadi, aku nggak perlu capek kerja keras sendiri seperti ini," sahutku lagi."Iya, tapi di mana bisa nyari istri kayak Ana lagi, Ya? Seribu satu wanita seperti itu. Nggak akan bisa ditemukan lagi. Huh, kalau saja waktu itu ibu tahu, semua yang kita nikmati ini duit da
Read more
Enam Puluh
POV ARYA"Bu, jangan menangis terus. Alhamdulillah, Nak Arya sudah sadar kembali. Lebih baik kita banyak berdoa demi kesembuhan Nak Arya."Satu suara terdengar di telingaku. Suara bapak tua yang kemarin kutolong dari kecelakaan yang hampir menimpanya tetapi justru menyebabkan aku menjadi korban."Bapak bisa bilang begitu karena Bapak nggak merasakan apa yang saya rasakan. Anak saya yang selama ini jadi tulang punggung keluarga kami, harus mengalami kecelakaan parah seperti ini karena menyelamatkan Bapak, siapa yang tidak sedih, Pak? Bagaimana kami bisa makan kalau putra saya cacat dan buta seperti ini?" sergah ibu dengan nada keras sembari terus sesenggukan.Aku yang mendengarnya ikut menjadi sedih dan terkejut.Apa? Jadi sekarang aku adalah pria cacat dan buta? Pantas saja kakiku sulit sekali digerakkan dan mata juga tak bisa melihat apa-apa.Ternyata kecelakaan akibat menolong bapak tua kemarin itu, meny
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status