Semua Bab Cinta untuk Tabitha: Bab 31 - Bab 40
48 Bab
BAB 31 : KALUNG
“Kalung itu ternyata bukan untuk lo! Itu untuk perempuan lain!” Gadis itu tersenyum mengejek.Untung wanita muda itu tidak bisa melihatnya, karena saat ini mereka tidak sedang berdiri saling berhadapan. Kalau iya, wanita muda itu pasti sudah mencakar wajah gadis itu dengan kuku-kukunya yang panjang dan diberi cat pewarna kuku yang selalu berganti warna, karena dia paling tidak suka bila ada orang lain yang merendahkannya, apalagi sampai berani mentertawakannya.Tidak percuma julukan “singa” yang didapat oleh wanita itu, karena dia tidak pernah segan untuk menyerang setiap orang yang tidak disukainya. Entah itu pria atau sesama wanita.“Oh begitu ya? Lo yakin itu bukan untuk gue?” tanya wanita muda itu, sambil mengeluarkan rokok elektrik dari dalam tas bermerek miliknya.Tetapi, rokok itu tidak segera dia nyalakan. Dia hanya iseng memutar-mutarnya di antara sela-sela jari tangannya.Saat ini dia sedang berdiri di tengah lahan parkir basement di salah satu mall di Jakarta. Sepi. Tidak ada
Baca selengkapnya
BAB 32 : SAKIT JIWA
Tabitha menaiki tangga menuju lantai dua rumah kosnya dengan langkah lemas. Hampir seolah tidak bertenaga. Bahkan, di ujung tangga tadi, awal dia baru melangkah menaikinya, dia hampir saja jatuh terpeleset. Untung saja tidak. Tangan kanannya yang bebas tanpa direpoti tas bahu sewarna putih gading dengan sigap mencengkeram besi selusur tangga di sebelah kanan badannya. Dan sekarang, bunyi sepatu pantofel hitam yang dia pakai akhirnya menggema di sepanjang lorong lantai dua. Enam kamar kos yang lainnya, yang berada di lantai dua itu, semua masih gelap gulita. Pertanda bahwa para penghuninya belum ada yang kembali dari aktivitas mereka masing-masing. Baik di kantor, di kampus, atau di mana pun. Diam-diam Tabitha bersyukur, karena itu berarti dia tidak perlu siap-siap tersenyum seandainya tiba-tiba dia harus berpapasan dengan salah satu dari mereka. Tersenyum. Satu hal yang sangat tidak ingin dia lakukan saat ini.Senyum apa? Senyum manis? Bagaimana mungkin? Hatinya sendiri saja sedang asa
Baca selengkapnya
BAB 33 : THE DAY
Hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kamu inginkan,Tapi tentang menghargai apa yang kamu miliki, dan sabar menanti apa yang akan menghampiri.=Koleksi Mutiara Kata= Pria itu seperti tidak menyadari kalau kehadirannya di depan mata Tabitha selalu membuat Tabitha resah.Bagaimana aku bisa melupakan dia, kalau dia selalu ada di depan mata? Tabitha mengeluh.Kedua mata bulatnya menatap seorang pria yang baru saja keluar dari lift yang membawanya turun dari gedung menara utara. Merasa enggan untuk sekedar bertegur sapa, Tabitha lekas bersembunyi, berdiri di balik tanaman hias besar di samping pintu lift. Untunglah Adriano yang terlalu sibuk dengan ponsel di tangan akhirnya melintas di depan Tabitha tanpa menyadari kehadiran Tabitha di sana. Tabitha menarik nafas lega.Diperhatikannya langkah kaki panjang pria itu dan sosok tubuh tinggi menawannya yang mulai menjauh. Punggungnya terlihat kokoh, seolah menjanjikan tempat paling nyaman untuk bersandar. Tetapi sayang, itu semua hanya sek
Baca selengkapnya
BAB 34 : SAY IT AGAIN!
“Hmm … iya, kok kamu tahu?” Tabitha memandang heran.“Sudah kuduga!” Adriano tersenyum.“Apa yang dia katakan padamu waktu itu? Kamu pasti masih ingat kan?” tanya Adriano, sambil menatap wajah Tabitha lekat-lekat. Sorot mata cokelatnya terasa tajam, dan berhasil membuat Tabitha seketika merasa gugup. Tabitha menggigit bibirnya. Kebiasaan lama yang dia pikir cara yang paling efektif untuk membantu menghilangkan efek kegugupan yang datang tiba-tiba.Adriano memperhatikan Tabitha dalam diam. Dengan sabar pria itu menanti sampai akhirnya gadis itu berhenti menggigit bibirnya dan menjawab pertanyaan darinya.“Dia … dia bilang kamu itu miliknya, jadi aku nggak boleh dekat-dekat sama kamu. Bicaranya sih panjang dan lebar, tapi intinya ya cuma itu.” Tabitha menjawab dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar, seakan-akan dia sedang berbicara hanya kepada dirinya sendiri.Jeda waktu pun tercipta. Tatapan gadis itu mulai kelihatan menerawang ketika dia mencoba menelusuri kembali jalur memori ing
Baca selengkapnya
BAB 35 : I LOVE YOU!
Please, Adriano, katakan sesuatu! Jangan diam begitu! Tolong, katakan lagi!Tetapi … tidak.Pria itu hanya tersenyum sambil menatap Tabitha, tanpa berkata apa-apa. Tidak ada kalimat yang terucap. Pria itu hanya berdiri tegak sambil menyilangkan tangan di dada, dan menatap Tabitha dengan matanya yang cokelat gelap.Tabitha mendongakkan kepala, karena memang harus begitu untuk bisa membalas tatapan mata pria itu. Adriano yang tubuhnya tinggi menawan membuat tubuh langsing Tabitha hanya sampai setinggi dagunya.Dan, itu sudah lama disadari oleh Tabitha, kalau dia adalah “si pendek” saat berdiri sejajar di hadapan pria itu.Dan, lagi, adalah perasaan yang sangat menyiksa ketika “si pendek” harus menunggu “si tinggi” berbicara. Ketika leher sudah terasa pegal karena kepala yang terus mendongak. Tetapi, yang ditunggu tidak kunjung berkata-kata.Lalu, ketika Tabitha sudah berdiri di ambang pintu malu. Ketika Tabitha hampir menyesali pengakuannya bahwa dia juga mencintai pria itu, sebagaimana
Baca selengkapnya
BAB 36 : MASA LALU
Dia? Tabitha terpaku.Serius nih?Ini sama sekali bukan keinginan Tabitha. Apalagi mimpinya. Bertemu dengan dia? Si pria itu? Di sini? Sekarang? Dalam situasi seperti ini?Ya Tuhan, apa masih belum cukup usahaku untuk menyembuhkan luka hatiku dulu? Melenyapkan rasa sakit itu? Trauma-trauma yang pernah kurasakan dulu ... apa aku harus mengingatnya lagi, Tuhan? Tidak sanggup rasanya! Biarkan aku bahagia dengan hidupku yang sekarang, Tuhan! Tabitha membatin.Tanpa berpikir dua kali, Tabitha langsung balik badan. Meninggalkan toko itu selagi masih sempat, tanpa membuang waktu. Berusaha secepat mungkin menjauh dari pria itu, pasti pilihan yang sangat jauh lebih baik daripada dia harus menghadapi pria itu lagi. Iya, pasti! Tidak terbayang rasanya kalau harus beramah tamah dengan orang-orang yang pernah menyakitimu, membuatmu sakit hati. Akan seperti apa rasanya?Tetapi ....“Bitha!”... terlambat! Pria itu sudah terlanjur melihat Tabitha.“Bith! Bitha! Tabitha!”Tabitha menolak untuk berhent
Baca selengkapnya
BAB 37
Sabtu cerah.Secerah hati Adriano yang sedang berdiri di tengah-tengah supermarket sambil memandangi Tabitha yang sibuk memilih buah alpukat. Sambil mendorong troli berisi aneka bahan makanan, aneka minuman dan makanan ringan yang sudah dipilih oleh Tabitha, Adriano melempar pandangan ke sekelilingnya. Sesekali pria itu tersenyum ramah pada wanita atau gadis-gadis yang mencuri pandang ke arahnya, yang akan membalas senyumannya dengan tersenyum malu-malu, atau membuang muka dengan pipi merona.Tabitha geleng-geleng kepala.“Suka tebar pesona juga rupanya ya? Aku baru tahu ...” ujarnya, sambil memasukkan sekantung buah alpukat yang sudah dia pilih ke dalam troli.Adriano tertawa kecil.“Aku hanya berusaha ramah! Apa itu salah?” Adriano balik bertanya.Tabitha merengut.“Nggak! Siapa yang bilang kalau itu salah?” ujarnya, dengan nada sedikit kesal.Kening Adriano sedikit berkerut."Kamu cemburu?" tanyanya.Tabitha menoleh."Apa? Cemburu? Nggak!" bantahnya."Yes, you are!""Nggak!"Adrian
Baca selengkapnya
BAB 38
Bayi mungil yang masih merah itu tertidur pulas di atas kasur kecilnya. Tabitha seolah tidak puas memandangi wajah cantik bayi yang berjenis kelamin perempuan itu. Bibirnya yang merah kecil. Hidungnya yang mungil. Rambut hitam yang masih sangat halus dan lembut. Anugerah yang sungguh luar biasa.“Bayi yang sangat cantik ya! Seperti dirimu!” Adriano tiba-tiba memeluk Tabitha dari belakang. Lengan berbulunya melingkar erat di pinggang gadis itu.Tabitha menggeliat kegelian. Hembusan nafas hangat pria itu mengusap lembut tengkuknya. Rambut panjang bergelombangnya memang sedang digelung. Memperlihatkan tengkuk yang putih mulus dan berbulu halus. Sangat menggoda hasrat Adriano untuk membuat “tanda merah”nya di situ. Tetapi sayang, bukan sekarang saatnya.“Berarti ... aku cantik seperti bayi, begitu ya?” tanya Tabitha.“Yes. But you are my ‘baby’!” Adriano berbisik di telinga Tabitha. Bibirnya menempel di daun telinga gadis itu. Membuat Tabitha semakin menggeliat.“Adrian ....”“Ehem!” Sand
Baca selengkapnya
BAB 39
“Hmm … Adriano … kamu ... mau bawa aku ke mana? Adrian ... Adrian ... sayaang ...."“Ke surga, Sayang! Kita akan pergi ke sana! Sabar ya!” ujar pria itu sambil menggendong tubuh seorang gadis menaiki tangga menuju sebuah kamar di lantai tiga.Suara bising dari musik yang menghentak di lantai dua masih dapat dia dengar jelas. Suara desahan nafas dari dalam kamar dengan pintu-pintu tertutup rapat yang baru saja mereka lewati, apalagi!Setelah membaringkan tubuh gadis yang sudah tidak berdaya itu di atas kasur, pria itu langsung mengunci rapat pintu kamar yang selama ini hanya boleh digunakan olehnya.Matanya tampak nyalang menatap tubuh yang sudah terbaring di hadapannya, hampir tanpa busana. Hanya terbalut pakaian dalam yang masih melekat, dan sebuah kemeja yang sudah setengah terbuka. Ulah siapa lagi kalau bukan ulah nakal dari si pria jalang itu? Jeans yang sebelumnya dipakai oleh gadis itu sudah melayang entah ke mana. Dibuka paksa dan dilemparkan begitu saja oleh pria itu.Kancing
Baca selengkapnya
BAB 40
Gadis itu terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya sudah jauh lebih baik, walaupun masih kelihatan lemah. Tidak ada yang mengira bahwa dia mampu bertahan hidup setelah mengalami kecelakaan fatal seperti itu. Ketika tubuhnya sudah tidak bergerak, semua berpikir gadis itu sudah mati. Pengemudi mobil yang menabraknya pun berpikiran sama. Tetapi, dugaan mereka ternyata salah. Tuhan memberi gadis itu kesempatan hidup kedua. Entah untuk apa.Ketika para petugas membawa tubuh yang mereka pikir sebentar lagi akan menjadi mayat, pengemudi mobil yang menabraknya pun langsung tertangkap. Tetapi sayang, belum sempat mereka interogasi, para petugas aparat itu sudah kecolongan.Mereka hanya lengah sebentar, tetapi nyawa pengemudi yang ternyata seorang pria berbadan besar sudah terlanjur melayang.Dia bunuh diri. Menelan pil racun yang langsung menghancurkan lambungnya saat itu juga.Tidak ada surat-surat. Tidak ada tanda pengenal. Sidik jari pengemudi itu bahkan tidak terdaftar.Segala sesuatun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status