Lahat ng Kabanata ng CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN): Kabanata 31 - Kabanata 40
95 Kabanata
BAB 22 KOMITMEN (Bagian 2)
Karena penasaran akhirnya profil Nisa di follow oleh Alif. Tak butuh waktu lama, Alif menerima DM dan Nisa mengenali Alif.Sejak saat itu Alif lumayan sering berbalas DM-an dengan Nisa hingga berujung pada pertanyaan kepada Nisa dalam pesannya.----/Nis, komunikasi kita sudah pada tahap intens seperti ini. Kak Alif juga nggak nyangka, padahal dulu di kampus sering ketemu dan kita biasa aja. Ada yang bilang dari seringnya komunikasi dan kebersamaan menghabiskan waktu menimbulkan rasa tertentu. Kak Alif sepertinya nggak bisa terus-terusan hahahihi dengan kamu kalau nyatanya sudah timbul rasa ketertarikan ke kamu.Nis, kalau kamu merasakan hal yang sama. Kak Alif izin untuk lanjut komunikasi dengan minta nomer kontak kamu. Itu artinya ada hal serius yang kak Alif ingin lanjutkan dengan kamu. Tapi, sebaliknya. Silakan abaikan pesan ini.----Dari situ komunikasi Alif dan Nisa berlanjut ke WA dan semakin intens. Hingga sampai pada tahap ketika N
Magbasa pa
BAB 23 KATA BAPAKMU (Bagian 1)
----/Mas kamu udah sampe mana?----Isi pesan dari WA yang baru saja Alif baca dari gawai di saku jaketnya. Hal pertama yang ia lakukan setelah memarkirkan motor di salah satu waralaba yang berwarna dominan merah dan kuning adalah mencari keberadaan ponsel pintar miliknya, sedari sepanjang jalan sudah beberapa kali ada getaran yang terasa, membuat gelisah pikirannya, bahkan beberapa kali ia berniat berhenti namun karena tidak menemukan tempat pemberhentian yang nyaman ia urungkan, benar saja selain pesan WA ada lima panggilan masuk dari Nurul. Setelah mendaratkan kakinya di halaman parkir, matanya tertuju pada satu pesan WA yang mengusik perhatiannya. Alif segera membalasnya.----//Mas lagi rehat bentar nih di minimarket pinggir jalan, mau pesen kopi dulu ya, ngantuk banget----Lelaki dengan jaket merah itu lalu masuk ke minimarket merah kuing, hawa dingin yang ia inginkan membuat nyaman seluruh tubuhnya yang sepanjang jalan dijeje
Magbasa pa
BAB 23 KATA BAPAKMU (Bagian 2)
Ia terus melaju dengan kendaraannya memasuki kawasan industri Krakatau Steel lalu berbelok kanan di jalan lingkar selatan yang tembus ke arah tol Cilegon Timur.Beberapa jalan berlubang di pertengahan jalan lingkar selatan membuatnya kembali terjaga, setelah sampai di perempatan  lampu merah ia belok kiri ke Perumahan Cilegon Indah.Alif berhenti selisih dua gang dari rumah Nurul, ia mengambil gawainya, memfoto lokasinya berada dan mengirim pesan ke Nurul.----/De, mas udah disiniEh ini ngepas banget azan zuhurSalat bentar ya di masjid----// Kamu nggak mau salat di rumah aja mas?----/Sebenarnya mas mau sambil nenangin diri dulu nih, kalau di rumah kamu makin menjadi de, ini aja deg-degan banget de----//Ya ampuuun calon suami aku bikin uwuu terus nihYaudah sekalian doa ya biar tenang hatinya ketemu bapak dan lancar----Panas yang Alif rasa berganti sejuk di hati se
Magbasa pa
BAB 24 KATA BAPAKMU (Bagian 1)
“Saya bertemu dan kenal Nurul saat diklat pak.”“Ouh gitu, terus tempat kerjanya dimana?”“Di daerah Sumur pak, di Ujung Kulon.”“Wah jauh banget ya, kamu di Ujung Kulon sedangkan Nurul di Rangkasbitung. Lah nanti gimana?”“Kami akan membicarakannya pak kalau untuk hal itu.”“Hemmm, Ujung Kulon ya. Oia baru ingat, saya pernah tuh tugas di Klinik yang ada di Labuan. Kalau dari situ kemana lagi untuk ke tempatmu?”Ternyata di luar dugaan Alif, ia kini justru lebih banyak menjawab pertanyaan pak Handoko.“Di Labuan ke arah PLTU pak, nanti masih lurus ke arah Tanjung Lesung, kira-kira sekitar satu jam setengah.”“Aduh mas maaf ya, ibu kira tadi orang yang mau ambil pesanan kue.”Bu Hintan bergabung dengan pak Handoko di ruang tamu.“Oia nggak apa-apa bu. Maaf saya juga tadi seperti orang bingung.”“
Magbasa pa
BAB 24 KATA BAPAKMU (Bagian 2)
Mas Alif sudah salat dan makan?”“Tadi sudah salat zuhur pak di masjid gang sebelah.”“Kalau gitu kita makan dulu ya.”Pak Handoko bangkit dari duduknya dan meminta izin untuk ke kamar. Nurul dipanggil untuk menemani Alif makan siang.“Gimana mas tadi?”“Mas napas dulu ya de sebentar.”Alif melepas semua ketegangan yang ia tahan. Nurul memberinya air.“Mas sih udah sampaikan ke bapak.”“Terus bapak jawab apa?”“Bapak belum bisa jawab de, ini dijeda katanya makan dulu.”“Hemmmm gitu ya mas.”Nurul menundukan kepalanya.“Belum itu bukan berati nggak boleh loh de.”“Astagfirullah, makasih ya mas selalu jadi mood buster buat aku. Oia, yudah yu makan dulu.”Nurul mengajak Alif ke ruang makan.“De, Inimah nasinya kebanyakan.&rdqu
Magbasa pa
BAB 25 TANGISMU (Bagian 1)
“Mas aku minta maaf ya.”“Maaf untuk apa de?”Terdengar samar suara Nurul di ujung telepon, suaranya lebih berat dan terisak. Sejak dua hari yang lalu saat Alif menemui orang tuanya, tiap percakapan selalu ada kata maaf yang terlontar dari Nurul.“De, udah berapa kali kamu bilang gitu. Udah dong, ya. Masa tiap hari nangis terus. Biarin dulu bapak sendiri, biarin bapak untuk punya waktu menimbang kondisi saat ini.”“Tapi mas, kenapa sih aku yang jadi korbannya? Kenapa aku yang harus ngikutin kemauan bapak terus-terusan?”“Husst, istigfar de.”Tangis Nurul semakin pecah. Alif tak pernah tenang jika kondisi Nurul demikian, ia mengganti mode panggilan suara menjadi video call.“Udah dong ya, kita udah sepakat kan kemarin. Apa pun yang terjadi, kita bakal cari jalan keluarnya bareng-bareng.”“Maaaass, padahal aku udah nurutin kemauan bapak. Dari d
Magbasa pa
BAB 25 TANGISMU (Bagian 2)
“Kemana aja mas yang penting sama kamu.”“Iya mas ngerti, maksudnya mas itu, kamu mau makan atau keliling motoran aja kayak gini?”“Ngikut kamu aja mas aku mah, kamu udah makan mas?”Entah memang sudah disetting saat Nurul bertanya atau memang sudah tidak bisa diajak bicara baik-baik, bunyi keroncongan perut Alif kali ini terdengar berulang kali.“Ya ampuuun mas, kamu laper banget ya?”Alif hanya diam sambil terus mengendarai motornya, laparnya mungkin masih bisa ditahan tapi rasa malunya membuat ia salah tingkah.“Kamu jangan-jangan pulang kerja langsung kesini ya mas?”Nurul terus mencecar.“Kalau nggak langsung berangkat nanti sampai sininya malam banget de.”“Kamu mah maaaassss.”Nurul mendekap erat Alif dari belakang, wajahnya ia benamkan di pundak Alif. Alif berbelok kanan di ring road Mandala ke arah Maja. Kondisi jalan yang
Magbasa pa
BAB 26 JADI ORANG LAIN (Bagian 1)
Dua minggu setelah pertemuan di Cafe D’Lebak, sudah tidak ada lagi tangis dari Nurul tiap komunikasi dengan Alif. Alif telah berkali-kali meyakinkan bahwa mereka pasti bisa melewati tiap hal yang dihadapi, termasuk jika itu adalah kesulitan yang amat berat.****“Biar mas yang menenangkan badainya ya, kamu cukup percaya sama mas dan kita hadapi semuanya bersama.”****“Mas minggu depan aku mau ke luar kota, mau ke Surabaya.”“Ada acara apa de?”“Mba Sindi mau nikah, jadi aku sama teman-teman aku mau barengan ke sana.”“Kamu nggak apa-apa perginya?”“Aku udah baikan mas, kan kamu yang minta aku untuk selalu kuat. Aku juga capek nangis terus. Ya itung-itung sekalian ngerefresh pikiran aku mas.”“Hati-hati.”“Iya mas, kamu nggak mau ikutan?”“Nggak dulu deh, ini kan acara spesial sahabat kamu. Jadi kamu
Magbasa pa
BAB 26 JADI ORANG LAIN (Bagian 2)
“Aku juga nggak tahu mas.”Alif diam sesaat, ia mengatur napasnya. Alif baru tiba dari perjalanan selama empat jam dan langsung menjemput Nurul lalu kemudian mereka bicara serius di alun-alun Rangkasbitung.“Yaudah, kalau kamu udah baikan kabari mas ya.”“Aku nggak tahu sampai kapan mas, kamu nggak usah nunggu aku. Kamu juga kan masih banyak mimpi-mimpi yang ingin kamu capai, aku takut malah ngerusak mimpi kamu.”“Kamu yakin de?”“Aku nggak yakin sih mas, aku juga butuh waktu untuk ngebalikin suasana hati aku karena trauma masa lalu mas.”Ingin sekali rasanya Alif bertanya lagi, trauma dengan masa lalu yang mana yang dimaksud Nurul. Selama ini ia belum pernah bercerita mengenai traumanya. Ingin sekali Alif meyakinkan bahwa ia akan berusaha semaksimal mungkin membantu Nurul merasa baik dari traumanya. Namun, ia urungkan.“Yaudah, kamu baik-baik ya de. Jangan maksain diri
Magbasa pa
BAB 27 MEMPERBAIKI (Bagian 1)
Langit di Sumur Ujung Kulon Banten masih berwarna abu-abu, menyembunyikan hujan yang sebenarnya siap terjun bebas dari pagi. Ombak di sepanjang pantai Sumur hingga Tanjung Lesung tak bersahabat.Alif berjalan kaki dari indekosnya yang terletak di dekat Masjid At Taubah Sumur ke pasar, ia berjalan hingga bertemu simpang tiga Sumur dan berbelok kanan ke arah Tanjung Lesung, letak Pasar Sumur  sekitar 600m. Pagi itu nampak beberapa rombongan wisatawan sudah datang, kendaraan ber plat B mendominasi meskti ada beberapa diantaranya berplat F. Di saat akhir pekan wilayah Sumur Ujung Kulon kerap dikunjugi wisatawan dari Jabodetabek, ada yang ingin menikmati pesona pasir putih dan birunya Pantai Daplangu atau ada juga yang menyeberang ke Pulau Umang, Pulau Oar, atau pulau lainnya di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.Alif hendak membeli cumi bayi asin yang menjadi lauk favoritnya. Cumi dari Sumur ini terkenal memiliki rasa yang gurih dengan asin yang sedang. Jika di musim
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status