All Chapters of Ibu, Aku Mau Ayah: Chapter 51 - Chapter 60
140 Chapters
Bab 51. Seperti Diantar Ayah
"Hei, keren. Sudah siap sekolah, nih. Mau Om antar?" tanya Vernon. "Mau! Asyikkk!" seru Felicia senang. "Cia!" panggil Adisti. Dia kaget dengan yang Vernon katakan. "Cia pergi sama Ibu." "Oh?" Felicia melihat Adisti, lalu menoleh pada Vernon dengan raut sedikit kecewa. "Kamu tega, baru sembuh sudah harus naik motor, di jalanan kena angin? Aku ga ada kesulitan apapun buat antar Cia. Dari sini juga searah kalau mau ke kantor." Vernon memandang Adisti. "Ibu ...," kata Felicia dengan suara sendu. Dia bingung juga antara ingin pergi dengan Vernon atau ikut naik motor dengan ibunya. "Apa aku berbahaya di dekat Cia? Kamu takut aku akan mencelakai dia lagi?" Vernon menatap Adisti. "Bukan begitu, Pak. Saya tidak ingin ada masalah dengan ... Bu Rima." Adisti sedikit ragu mengatakannya. Tapi mungkin itu lebih baik. "Terserah jika itu yang kamu pikirkan. Aku hanya mau memberi perhatian buat teman kecilku. Ayuk, Sayang." Vernon berdiri dan menggandeng tangan Felicia menuju ke mobil. Adisti
Read more
Bab 52. Menyadari Posisi
Kelas masih berjalan, tiba-tiba terdengar gemuruh di luar ruangan. Adisti dan beberaa mahasiswa lain spontan menoleh mleihat ke luar jendela. "Ya, hujan ...." ucap Adisti lirih. Masih pagi hujan sudah turun, sangat tidak menyenangkan. Tapi apa mau dikata, cuaca sesuka hati mengganti situasi. Ernita yang ada di sisi Adisti tidak memperhatikan sekeliling. Sejak masuk di kelas, dia lebih banyak diam, tidak seceria biasanya. Adisti menoleh pada Ernita, tapi tidak mengatakan apa-apa. Adisti sangat tahu, Ernita masih sedih dengan yang dia alami. "Kelas saya akhiri sampai di sini!" Dosen berkata dengan suara lantang. "Silakan sisa waktu yang ada kalian gunakan untuk meneruskan tugas proyek yang sudah saya jelaskan. Selamat pagi semuanya!" Para mahasiswa pun bergantian meninggalkan ruang kelas. Begitu pula Adisti, harus bergegas menuju ke kantor. "Kamu mau langsung pulang?" Adisti bertanya pada Ernita. "Aku mau bertapa di perpustakaan. Menenggelamkan diri dalam buku sejauh ini cukup efe
Read more
Bab 53. Sore yang Menakutkan
"Saya akan kirim beberapa file. Tolong kamu cek. Saya mau selesai sebelum kamu pulang," kata Cahyo. "Pak, tapi saya ...." "Asistenku kuwalahan. Sementara dia tidak sehat dan harus pulang lebih awal." Tanpa menunggu kesediaan Adisti, Cahyo berbalik dan berjalan meninggalkan tempat itu. Hanny melirik Adisti. "Ho hoo ... Ada yang cemburu. Kamu merasa tidak?" Hanny menggoda Adisti. "Kak Hanny, aku takut," bisik Adisti. "Takut apa?" ujar Hanny. "Sama Pak Cahyo," Adisti masih berbisik. "Takut apanya? Takut dipecat? Ga mungkin itu. Takut tatapan tajamnya? Ah, dia tuh pria tua dan ringkih disertai kurus. Ya, beda tipis sih, sama Kakak Hanny, ya? Tapi Kakak Hanny kan lebih berpenampilan, gitu loo ...." Hanny mengusap rambut kepalanya sambil mengedipkan sebelah mata. Adisti tersenyum kecut. Dia memang tidak mengatakan apa-apa tentang pernyataan cinta Cahyo pada siapapun. Semisal dia katakan, bisa jadi makin seru sampai habis Hanny menggodanya. "Mudah-mudahan pekerjaan yang dia minta ga
Read more
Bab 54. Tinju Buat Pak HRD!
Cahyo menyeringai senang bercampur marah. Dia sudah kalap dibakar rasa cemburu dan sakit hati. "Lakukan saja! Tidak ada orang di lantai ini. Aku sangat hafal semua pegawaiku. Pilhanmu, ikuti kata-kataku atau aku akan memaksamu hingga tidak ada pilihan selain berkata iya." Mengakhiri kalimatnya, Cahyo mendorong Adisti ke lantai, dia menjatuhkan Adisti, dan segera menunduk di atas tubuh Adisti. "Pak, jangan! Tolong!!" Adisti seketika berteriak. Cahyo tidak peduli. Dia makin mendekap Adisti, mencoba melepaskan ciuman. Adisti sekuat mungkin menggerakkan semua bagian tubuh agar Cahyo melepaskannya. "Tolong!! Lepas!!" Adisti kembali berteriak. Tubuh Adisti panas dingin dan gemetar. Air mata sudah berderai di tengah ketakutannya. "Terus, berteriaklah. Pilihan ada di tanganmu," ucap Cahyo yang kembali mencoba mendekap Adisti. Adisti sekuat tenaga melawan, menghindari terus dari paksaan Cahyo. Sementara dalam hati dia berseru, minta siapa saja akan datang menolong. Braakkk!!! Pintu utam
Read more
Bab 55. Aku Akan Melindungimu
Virni menatap Vernon dengan mata lebar, tak percaya dengan kabar yang dia dengar. "Ya, mana mungkin. Aku juga masih ga bisa percaya apa yang aku lihat dengan mataku sendiri. Di kantor, hampir terjadi perbuatan bejat. Yang sangat aku sayangkan justru dilakukan oleh orang yang selama ini sangat dipercayai perusahaan." Vernon kesal, tapi juga terdengar nada kecewa di sana. "Huh, apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia bisa sampai segila itu?" Virni menggeleng-geleng keras. "Aku juga ga tahu. Selama dia kerja ga pernah ada sikapnya yang aneh sama karyawati. Aku benar-benar kalap melihat kelakuannya. Dasar pria tua ga laku!" sentak Vernon kesal. Virni tersenyum juga mendengar itu. Vernon masih bisa saja lucu meskipun sedang kesal. "Kamu sudah beritahu papa?" Virni mengambil gelas, membuatkan minuman untuk Adisti. "Ga kepikir, Kak. Aku ga bisa bayangin, papa akan kayak gimana kalau tahu. Dia sangat sayang Pak Cahyo, sangat percaya padanya," jawab Vernon. "Tapi kalau kejadiannya kayak gi
Read more
Bab 56. Pertanyaan dan Kecurigaan Hanny
"Apa? Pak Vernon tidak bohong? Sungguh, Bapak cinta sama saya?" Wajah kuyu Adisti berubah sumringah. Senyum cantik yang Vernon sukai muncul di bibirnya. "Ya, aku ga bohong. Kamu memang membuat aku jatuh cinta." Vernon pun tersenyum lepas. Tin!! Tin!! "Pak, awas!" Suara keras klakson dari arah depan dan teriakan Adisti membuat Vernon gelagapan. Dengan sigap dia fokus lagi pada posisi. "Astaga, aku melamun." Vernon berkata lirih. "Bapak baik-baik saja?" tanya Adisti. "Sorry, aku hilang fokus." Vernon menjawab dengan pandangan tetap pada jalanan. Adisti mengusuk dadanya. Hampir saja mereka celaka. Untung Vernon sigap, segera dia bisa mengendalikan setir dengan cepat. Hening lagi hingga mereka tiba di rumah kos Meity. Pintu rumah dibuka saat Adisti baru turun dari mobil. Meity berdiri di depan pintu dengan tatapan tegang. Adisti belum memberitahu yang terjadi, hanya mengirim pesan, ada masalah dia terpaksa pulang malam. Vernon menemani Adisti sampai di teras, berhadapan dengan Mei
Read more
Bab 57. Perdebatan Ayah dan Anak
"Rupanya dia tidak merasa bersalah? Dia melimpahkan kesalahan pada Adisti?" Vernon geram sekali mendengar apa yang ayahnya katakan. "Lalu, apa yang kamu tahu? Kenapa bukan kamu yang datang dan mengatakan padaku apa yang terjadi?" tukas Varen. "Kalau memang Cahyo yang tidak betul, kamu harusnya dari awal sudah beritahu aku." "Kemarin, aku, dengan mata kepalaku sendiri, mendapati Cahyo hampir menodai salah satu karyawati terbaik yang ada di kantor ini. Aku sangat marah dan menghajar dia habis-habisan," kata Vernon dengan kepala panas. Andai Cahyo ada di depannya, Vernon tidak akan segan meneruskan tinju pada laki-laki ceking itu. "Apa? Kamu jangan asal tuduh!" Varen terkejut mendengar penjelasan Vernon. "Aku bukan anak kecil yang tidak bisa memahami apa yang terjadi di depanku, Pa." Vernon menegaskan. Lalu dia menceritakan apa yang dia lihat di kantor Divisi Promosi dan Marketing. Varen mengerutkan kening, sedang mulutnya setengah menganga. Dia masih tidak yakin yang Vernon katakan
Read more
Bab 58. Big Big Boss
Varen terlihat tidak nyaman dan resah. Dia memandang putranya serius. "Aku percaya. Aku sudah melihat semuanya," ujar Varen. "Hanya saja, lebih sepuluh tahun, aku mengerti bagaimana Cahyo, bersama dia, tahu dia seperti apa dalam bekerja. Pikiranku masih enggan menerima semua ini." Vernon menatap papanya. Vernon bisa paham yang Varen rasakan. Tapi Vernon tidak akan mengubah keputusannya, tidak akan melunakkan hati dan memaafkan Cahyo begitu saja. "Cahyo seharusnya mendapat hukuman lebih dari sekedar dipecat. Secara hukum, dia bisa dipidanakan." Varen meneruskan kalimatnya. "Aku sedih, tapi juga sangat marah. Terima kasih kamu sudah bertindak benar, Vernon." Vernon sangat lega mendengar pernyataan Varen. Langkah selanjutnya, Vernon harus cepat memilih pengganti Cahyo. Jujur saja, tidak akan mudah mencari pegawai yang punya kapasitas seperti Cahyo. Tuuttt .... "Halo?" Varen menerima panggilan di ponselnya. "Hm, ya, aku sudah bicara dengan Vernon. Kamu membuat aku bertengkar dengan a
Read more
Bab 59. Semua Hampir Siap
Rima dengan sigap mendekati Varen, memberikan peluk dan cium untuk calon ayah mertuanya. Varen menyambut Rima dengan ramah. "Ya, aku ada urusan dengan Vernon. Kamu ngapain menyusul Vernon ke sini? Dia lagi bekerja." Varen menepuk lengan Rima, senyum pria itu belum sepenuhnya hilang. "Ah, Papa. Vernon ini masih saja cuek soal pernikahan. Hari ini jadwal kami foto prewed. Persiapan buat di undangan juga, fotonya. Pasti dia ga ingat," ujar Rima manja. Matanya melirik ke arah Vernon. "Sungguh? Kupikir masih minggu depan." Vernon menggaruk kepala. "Tuh, kan ... beneran deh, Pa, dia makin ga peduli. Untung mama udah buat list apa-apa yang mesti dilakukan. Aku tinggal ngikutin." Rima berpindah ke sebelah Vernon. Tangannya merangkul Vernon dari sisi kiri. "Bukan ga peduli, Rima. Aku masih belum bisa ninggalin kerjaan. Aku kejar sampai minggu depan, lalu fokus buat acara nikah," kata Vernon. Dia memegang lengan Rima dan memandang wanita cantik di sisinya. Dia mencermati setiap detil dari R
Read more
Bab 60. Kakak Hanny Merasa Awkward
Melihat tatapan terkejut Hanny, sampai pria itu melonjak bangun dari kursinya, membuat Adisti refleks menutup wajah dengan dua tangannya. Adisti menunduk. Rasa malu dan jijik dengan diri sendiri menguasainya. Adisti menangis. "Adisti ...." Hanny mengelus dada. Wajahnya merah padam. Ini sama sekali tidak dia duga. Hanny pindah, duduk di sisi Adisti. "Adisti ...." Pelan, tangan Hanny menyentuh pundak Adisti. Dengan cepat Adisti menarik bahunya, menghindar. Hanny mengepalkan tangan, menyimpannya lagi. Reaksi Adisti membuat dia tahu, Adisti trauma dan sensitif dengan sentuhan. Hanny sedikit mundur, memberi jarak di antara mereka. "Maaf, Adisti, maaf ... ini ...." Hanny bingung mau bicara apa. Dia masih mencoba kembali mendarat, menerima kenyataan yang dia dengar. Adisti mengangkat wajahnya, dengan malu-malu melihat pada Hanny. "Pak Vernon yang menolongku, Kak. Jika dia tidak balik ke kantor kemarin, aku ga tahu, apa yang akan terjadi denganku." "Ya Tuhan ...." Hanny kembali duduk. Di
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status