All Chapters of ISTRI YANG DIRINDUKAN: Chapter 11 - Chapter 20
87 Chapters
Aku Membencimu
"Kemana biasanya kalian bermain mas!" pekik Anin lagi. Dia masih terus mengguncang tangan Fajar yang masih termangu tidak memahami situasi."Mas Fajar!" Anin memangil namanya sambil menarik tangannya kembali."I-iya, kami biasa bermain dirumahku," jawab Fajar tergagap.Tanpa menunggu fajar yang masih tercenung Anin berlari ke arah rumah Fajar seperti orang kesetanan. Fajar segera tersadar saat Anin sudah tidak ada di hadapannya, dia mengejar Anin dan meneriakkan namanya.Anin yang sudah ketakutan akan kehilangan Albana tidak peduli dengan panggilan Fajar. Dia trus berlari tanpa peduli keadaan, sepatu yang membuatnya kesulitan berlari pun dilepasnya dan di jinjing begitu saja. Sesampainya didepan rumah Fajar, dia mendengar gelak tawa Albanna terdengar nyaring dari luar rumah. Anin berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya yang memburu, mengisi paru-parunya yang terasa kosong. Detak jantungnya begitu keras terdengar ditelinganya sendiri karena
Read more
Mantan
"Assalamu'alaikum ...." Terdengar suara salam dari halaman rumah Fajar."Wa'alaikumsalam ...." Sahut Fajar dan Evan berbarengan, mereka baru saja masuk ke dalam rumah selepas salat Maghrib.Fajar segera membuka pintu rumahnya dan menengok tamunya, sepertinya dia sangat familiar dengan suara itu."Akhi Adit, silahkan masuk." Fajar mempersilahkan tamunya juga kawannya itu masuk kedalam rumah. Abdullah Aditiya Hakim, nama temannya yang dulu sama-sama kuliah di Mesir sekaligus putra pimpinan pesantren tersebut kadang dipanggil Abdullah, kadang Aditya tapi Fajar suka memanggilnya Adit. Sedangkan Hakim adalah nama belakang Abahnya"Habis jama'ah dicari langsung tidak ada, taunya sudah pulang aja," ucap Aditya sambil mendaratkan pantatnya di kursi."Ada apa, tumben nyariin?" tanya Fajar."Habis Maghrib langsung ke rumah ya, Abah pengen bicara dengan kalian berdua." Aditya langsung menjelaskan maksud dan tujuannya datang.Fajar d
Read more
Memperjuangkan
"Sembarang aja kalau ngomong," bisik Fajar sambil menyikut badan Evan.Kyai Lukman tersenyum dan tetap memperlihatkan wajahnya yang tenang."Insyaallah nak Anin masih bisa disini kok, tidak akan di suruh pergi. Dan nak Evan saya harap tetap mengawasi proyek pembangunan sesuai kesepakatan hingga selesai. Saya tidak akan ikut campur masalah kalian berdua karena itu ranah pribadi, tapi saya harap nak Anin maupun nak Evan tetap tahu batasan. Kalian bukan lagi suami istri dan kalian tinggal di tempat yang memiliki aturan, jadi kalian harus mematuhinya," tutur kyai Lukman panjang lebar."Terimakasih Abah," ucap Anin."Saya harap dilain waktu tidak akan terjadi hal-hal yang mengundang tanya banyak orang," lanjut kyai Lukman."Baik Abah," jawab mereka bertiga berbarengan."Sekarang kalian boleh kembali ke tempat kalian masing-masing."
Read more
Part 14
Evan Tercenung di dalam masjid yang berada diluar pesantren, niatannya untuk bertemu dengan kyai Lukman belum juga terealisasi karena kesibukan beliau yang membuatnya tidak berada di rumahnya beberapa hari ini. Keinginannya untuk bisa segera bersama dengan mantan istrinya begitu kuat hingga membuatnya sering termenung dan melamun dimanapun berada. Apa lagi saat ini pekerjaannya di proyek pembangunan itu mulai berkurang. "Sepertinya mas lagi banyak masalah ya," sapa seseorang yang tiba-tiba saja hadir di belakang Evan yang tengah melamun di halaman masjid. "Ah, enggak juga pak.""Tapi kok melamun di masjid sih mas," tanyanya lagi sambil ikut duduk di samping Evan. "Saya Evan, maaf bapak siapa?" ucap Evan memperkenalkan dirinya."Nama saya Fikri mas Evan, panggilan saja mas juga. Kita sepertinya seumuran.""Mas Fikri orang sini?" tanya Evan."Bukan mas, kebetulan saja saya lewat sini dan numpang salat. Mas
Read more
Part 15
 "Evan, kamu kenapa?" tanya Fajar sambil fokus menyetir.Fajar makin merasa aneh dengan tingkah laku Evan, tampak lebih kalem dan mengendalikan diri."Aku tidak apa-apa fokuslah menyetir," jawab Evan sambil tetap memejamkan matanya."Tapi kamu aneh!" tukas Fajar."Aku sedang menikmati rasa sakit dari kesalahan yang dulu kulakukan, biarkan aku tidur. Setidaknya saat aku tidur, aku tidak merasakannya lagi. Fokuslah membawaku pada tujuan, bangunkan jika sudah sampai.""Kau ...." Fajar tidak menyelesaikan kalimatnya.Dia ingin mendebat sahabatnya itu, yang sesuka hati memerintahnya seperti supirnya saja. Tapi melihat Evan yang sepertinya dalam keadaan tidak baik-baik saja, memilih untuk diam dan fokus menyetir. Fajar hanya penasaran dengan apa yang terjadi pada temannya itu. Meskipun Fajar mengatakan jika mereka adalah saingan, tapi bersaing dengan orang yang tidak punya semangat seperti ini mana seru. Berbagai pertanyaan berke
Read more
Part 16 Dobel Date?
Matahari pagi menyapa saat Evan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Anin. Evan sengaja langsung menuju kesana karena dia membawa serta seorang wanita. Hari ini Jum'at, jadi Anin tidak pergi mengajar karena libur."Anin ada didalam rumah itu, masuklah!" titah Evan."Mas Evan gak masuk?""Saya disini dulu," jawabnya."Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ...." terdengar jawaban dari dalam."Meysha!" pekik Anin sambil menghamburkan diri pada sahabatnya itu."Anin!" sahut Meysha tak mau kalah.Mereka berpelukan dengan erat dan saling melepaskan rindu, sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu."Papa!" seru Albana yang sudah keluar dari rumah dan langsung berlarian ke arah Evan."Itu anak kamu?" tanya Meysha saat melihat Albanna."Iya," jawab A
Read more
Part 17 Liburan
Setelah berkendara cukup lama, melewati rute naik-turun serta berkelok-kelok, akhirnya mereka sampai juga ditempat tujuan. Udara segar dan dingin menyapa mereka saat menjejakkan kaki di tempat itu.Indahnya alam dataran tinggi, sejuknya udara gunung, segarnya aliran air, serta deburan suara air terjun Curug Sewu yang khas akan membuat nyaman hati dan pikiran siapa saja yang berada disana.Evan akan membawa Albanna ke taman bermain anak-anak yang tersedia disana. Memainkan permainan yang ada disana, menaiki kereta mini, kemudian akan mengajaknya berenang, itu yang sudah Evan rencanakan."Jagain tuh anak orang nanti hilang," titah Evan pada Fajar karena melihat Meysha sudah excited melihat pemandangan, sibuk berfoto dan bergerak kesana-kemari semaunya dia."Ogah!" tolak Fajar."Ya udah! kalau hilang, kita sendiri yang akan repot saat pulang nanti," sahut Evan.
Read more
Part 18 Karma
Waktu terus berlalu, tak terasa bangunan yang dalam pengawasan Evan tinggal finishing, mengecat dan lain-lain. Evan sudah tidak diperlukan lagi disitu, dia sudah sangat bahagia mengukir kenangannya bersama Albanna. Siang itu dia tengah duduk di ruang tamu rumah Anin bersama Anin dan Meysha."Aku akan meninggalkan kalian berdua," kata Meysha."Tidak perlu Mey. Kamu tetap disini bersama kami," ucap Evan pelan."Aku juga ingin berbicara denganmu," lanjutnya. Meysha akhirnya menurut dan tetap duduk menemani mereka."Anin, untuk kesekian kalinya aku minta maaf sudah melukai hati, harga dirimu dan membuatmu menderita di masa lalu dan sekarang. Aku berharap kamu bisa melupakannya dan membuka lembaran baru lagi. Aku yakin kamu bisa memilih ayah yang terbaik buat Albanna. Nanti sore aku akan kembali ke Jakarta." Evan mengungkapkan semua yang ingin dia katakan sekaligus dalam sekali bicara. Anin terdiam mendengar perkataan manta
Read more
Part 19 Laki-laki Egois
"Bunda, kenapa Abi fajar tidak tinggal dengan kita? Abi-nya Zahra tinggal dengan uminya," tanya Albanna pada Anin saat mereka tengah asyik bermain bertiga di ruang tamu.Meysha langsung menatap kearah Anin, ingin tahu jawaban apa yang akan di berikan sahabatnya itu."Karena Abi Fajar bukan suami bunda, jadi kita tidak boleh bersama. Abi Fajar hanya suka di panggil oleh Abi oleh Albanna, bukan ayah Albanna sebenarnya seperti abi-nya Zahra," tutur Anin menjelaskan."Terus ayah Al sebenarnya siapa? suami bunda mana?" tanya bocah itu lagi.Anin menatap ke arah Meysha dan Meysha hanya menjawab dengan menghendikkan bahunya."Albana ingat papa Evan? dia ayah kamu," jawab Anin singkat."Kenapa papa pergi, Al dan bunda tidak diajak?""Sini ...." Anin merentangkan tangannya dan meminta Albanna mendekatinya.Bocah itu menurut dan masuk dalam dekapan sang bunda
Read more
Part 20 Dua Kabar
Evan tampak sedang mengintrogasi seseorang di ruang kerjanya. Begitu banyak hal yang ingin dia lakukan hingga dia binggung hendak melakukan apa dulu."Bukankah dua tahun lalu kamu sudah menemukan Anin dan anaknya, kenapa tidak bilang padaku atau papa, Ghiban?" tanya Evan mengintimidasi.Ghibran, asisten papanya itu terlihat kaget dan tidak percaya."Kenapa kaget? kamu pikir kebohonganmu itu akan tersembunyi selamanya," ucap Evan lagi."Maafkan saya pak, saya terpaksa melakukannya. Selain itu, saya juga tidak melihat mbak Anin bersama seorang anak, saya pikir dia kehilangan anaknya ataupun menitipkannya disuatu tempat.""Terpaksa bagaimana? tugas kamu adalah memberitahukan semua yang kamu ketahui terkait dengan pekerjaan yang diberikan padamu, bukan malah menyembunyikannya.""Mbak Anin mengancam akan mengakhiri hidupnya jika saya memberitahukan ke
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status