Semua Bab KSATRIA TIGA JAMAN: Bab 141 - Bab 150
154 Bab
Ki Jagad
"Jangan dulu, di sekitar tempat itu masih ada pemukiman penduduk. Belum semua penduduk bersedia mengungsi. Aku tak mau mereka jadi korban dalam peperangan. Kita akan menyerang mereka ketika kita sudah jauh dari desa!"Wirota dan pasukannya bergerak pergi meninggalkan tempat itu.Sementara itu Ra Kembar telah mengutus Lembu Peteng dan beberapa prajuritnya yang lain untuk mendahului pergi ke Sadeng memantau keadaan."Peteng, kau dan pasukanmu pergi duluan ke Sadeng memantau keadaan. Tetapi jika kalian sudah mencium bau laut, kalian harus berhati-hati. Di pantai Kamirahan ada markas pasukan rahasia Jaladi Sadeng. Kalian harus menyusup ke perkampungan dan mencari informasi kekuatan musuh. Nantinkita bertemu lagi di Kamirahan," perintah Ra Kembar.Lembu Peteng dan pasukannya segera berangkat menunaikan tugasnya. Sedangkan pasukan yang lain, sedikit demi sedikit akhirnya berhasil menyingkirkan hambatan yang merintangi jalan mereka. Tak ada senda gurau dan percakapan selama menyingkirkan beb
Baca selengkapnya
Tragedi di Taladwaja
Bhiksu Padma membuang semua sayurannya ke tanah lalu merayap ke lokasi kejadian mengintip situasi di halaman asrama bhiksu dari sebuah gua kecil yang sengaja dibuat untuk tempat bersemedi para bhiksu. Terdengar suara salah satu prajurit Majapahit membentak kepala asrama"Sudah dipukuli sedari tadi masih saja tidak mengaku, dimana kalian sembunyikan pasukan Tigangjuru?!"Bhiksu kepala asrama itu menggeleng ketakutan sambil menahan sakit. Wajahnya sudah berdarah-darah, seorang prajurit memukul punggungnya sehingga bhiksu tua itu kembali tersungkur di tanah."Kami semua benar-benar tidak tahu, sungguh kami di sini hanya beribadah dan menjaga biara kami saja. Kami tidak menyembunyikan atau membantu mereka berperang."Pasukan Majapahit itu ternyata adalah pasukan Araraman di bawah pimpinan Lembu Peteng yang sudah jalan terlebih dahulu membuka jalan bagi pasukan Majapahit yang akan menuju Sadeng."Bohong! Lihat, murid-muridmu sudah tinggal segelintir saja. Apa aku harus membunuh mereka semu
Baca selengkapnya
Terjebak di Taladwaja
Sementara itu Banyak Wungu yang sudah bersiap menyerang Lembu Peteng terkejut melihat seseorang telah mendahuluinya sebelum dia bergerak. Diapun terkejut ketika melihat siapa orang yang mendahului menyerang."Gusti Wirota, ternyata dia mengikuti kita,"bisik Banyak Wungu pada prajurit yang mendampinginya di tempat persembunyiannya.“Apakah kita bisa keluar sekarang membantu Gusti Wirota,” bisik prajuritnya.“Tidak, kita akan membereskan pasukan Majapahit di luar, kita akan menyergap mereka,” bisik Banyak Wungu sambil mengendap-endap keluar diikuti prajuritnya.******Wirota dan Lembu Peteng berdiri berhadapan, dia hanya mendengus melihat Lembu Peteng yang terkejut"Huuh, baguslah kalau kau masih ingat aku. Kalian pasukan Majapahit cuma bisa membuat kekacauan saja. Salah apa para bhiksu itu sehingga kalian membunuhi mereka?""Kami harus membunuh mereka, karena para bhiksu itu menyembunyikan pasukan Tigang Juru dalam biara! Mereka tidak bersedia menyerahkan jadi terpaksa kami membunuh me
Baca selengkapnya
Derita Ra Kembar
"Ah, ternyata kau memang sudah pikun Kembar, bukankah kita pernah bersama-sama berjuang melawan Jayakatwang dan pasukan Mongol bersama Prabu Wijaya?" Ra Kembar terkejut, nyalinya mulai menciut, perlahan tangannya bergerak melolos cambuk yang terikat di pinggangnya. "Kau...kau Wirota?" "Ha ha ha ha, baguslah kalau kau sudah mulai ingat, baiklah kurasa kau lebih berguna jika kujadikan sandera," Wirota berbicara sambil bergerak menyerang. Ra Kembar mundur selangkah sambil mengayunkan cambuknya menangkis serangan Wirota. Hampir saja pisau di ujung cambuk Ra Kembar mengenai wajah Wirota sehingga Wirota terpaksa kembali mundur menghindari sabetan cambuk. Ra Kembar tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, kembali cambuknya bergerak cepat menyerang Wirota. Sial, cambuknya membuatku kesulitan mendekatinya, batin Wirota. Dia hanya bisa berlompatan menghindari serangan cambuk Ra Kembar, sementara mata Ra Kembar terus tertuju pada pedang Nagabumi yang dipegang Wirota. Ra Kembar terus mencari kes
Baca selengkapnya
Perangkap
Adityawarman segera menenangkan sepupunya"Sabarlah dulu, Yunda baru saja tiba di Pajarakan, sebaiknya kita beristirahat dulu untuk makan siang dan menyusun strategi perang. Setelah itu kita bisa melanjutkan perjalanan lagi."Tribuana menghela nafas dengan kesal"Tapi bagaimana jika pasukan Araraman kita dihabisi oleh prajurit Tigangjuru? Baiklah kalau begitu, kita istirahat sebentar di sini, setelah itu kita kembali meneruskan perjalanan."Gajah Mada tampak memikirkan sesuatu, tak lama kemudian dia berdiri menghadap Sang Ratu"Gusti Ratu, biarkan saya dan pasukan saya saja yang melihat keadaan Pasukan Araraman kita di wilayah Tigangjuru, TetapiTribuana menggelengkan kepalanya"Tidak Mada, kau dan Kembar sedang berseteru, aku tidak akan membiarkan kalian bertemu bersama pasukan masing-masing. Bisa-bisa nanti kalian akan berperang sendiri dan ini akan memperparah keadaan kita."Seorang prajurit tiba-tiba datang menghadap"Gusti Ratu, Telik Sandi kita baru saja datang dari desa Taladwa
Baca selengkapnya
Tumbal
Ra Kembar tak mampu melakukan gerakan apapun. Seluruh kekuatan dan kesaktiannya hilang seketika setelah dia memakan makanan si nenek. Sekilas dia melirik terlihat salah satu pemuda itu sedang mengasah golok.Celaka, bukannya mati di medan perang secara terhormat tapi aku malah mati disantap pemakan manusia, batin Ra Kembar.Ra Kembar memejamkan mata, berpikir keras mencari cara agar bisa lepas dari cengkeraman keluarga kanibal itu.Tak lama kemudian pemuda yg membawa golok itu mendatangi Ra Kembar bersiap menyembelihnya. Ra Kembar mencari cara untuk mencegah pemuda itu menyembelihnya"Ki Sanak tunggu jangan bunuh aku. Aku punya penawaran menarik untukmu," cegah Ra Kembar.Pemuda itu hanya memandangnya dengan pandangan mengejek."Memangnya siapa kamu mau menawarkan sesuatu pada kami? Kamu punya uang berapa untuk menukar nyawamu?""Kamu tahu? Aku adalah Rakryan Tumenggung Ra Kembar. Pemimpin pasukan dari kesatuan Araraman Majapahit yang terkenal itu. Kalau kamu mau melepasku, kamu akan
Baca selengkapnya
Kuburan Massal
Semua orang twrpaku melihat Lintri dan bayangan hitam itu. tak satupun dari mereka yang berani bersuara."Ampun Tuanku, hamba sudah mendapatkan tumbal itu. Tetapi orang-orang ini menghalangi langkahku," kata Lintri dengan gemetar."Aku tak peduli, ini sudah hari terakhir dan sampai saat ini kau masih belum juga menyiapkan tumbal. Jadi aku akan mengambil anak-anakmu sebagai penggantinya.Lintri tampak ketakutan dan panik. "Tolong jangan ambil anak-anakku. Beri aku waktu untuk menyediakan tumbal itu!""Kalau begitu kamu yang kujadikan tumbalnya!" seru bayangan hitam itu dengan marah.Lintri terkejut, namun belum sempat dia bergerak menghindar, bayangan hitam itu berkelebat. Lintri berteriak ngeri, jeritannya menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Setelah itu selarik cahaya keluar dari ubun-ubun Lintri. Tubuh Lintri langsung jatuh ke tanah dan bayangan hitam itu kembali menjadi bola api yang melesat pergi meninggalkan gelanggang.Kedua anak Lintri menjerit mendapari ibunya sudah tiad
Baca selengkapnya
Pertemuan
Sementara itu sampailah rombongan Nala di tepi hutan di sekitar kediaman nenek Lintri. Mereka hanya menemukan keadaan yang berantakan dan 3 jasad prajurit Majapahit. Nala memeriksa jasad prajurit yang mati "Ini jasad prajurit Araraman anak buah Ra Kembar, sepertinya telah terjadi pertempuran di sini. Kita harus segera pergi dari sini mengejar rombongan Ra Kembar," ujar Nala. Tiba-tiba terdengar suara teriakan salah satu prajuritnya "Hei kamu...jangan pergi kami mau bertanya!" Nala menoleh dan terlihat salah satu anak buahnya menangkap seorang pemuda yang tampak ketakutan. Prajurit itu kemudian membawa pemuda itu menghadap Nala "Mpu Nala, pemuda ini mungkin bisa memberitahu kita keberadaan Ra Kembar sekarang." Nala menatap tajam pada pemuda di depannya, pemuda itu tampak ketakutan melihat Nala dan anakbuahnya. "Ampun...ampun Ndoro, jangan bunuh saya." "Kami tidak akan membunuhmu asalkan kamu bersedia membantu kami," tukas Nala, "Ya ya ya pasti saya akan membantu anda sekalian,
Baca selengkapnya
Langit Merah di Sadeng
Dini hari menjelang subuh, seorang prajurit melaporkan kedatangan telik sandi yang diutus ke Sadeng pada Ra Kembar. Para Telik Sandi itu melaporkan hasil penyelidikan mereka. Pemimpin Telik Sandi kemudian melaporkan hasil penyelidikan mereka."Gusti Kembar, kami telah berhasil menemukan tempat penyimpanan benda pusaka Wirota. Pusaka itu disimpan di dalam kamarnya. Bahkan kami melihat sendiri kehebatan Tombak pusaka itu." Ra Kembar terkejut, dengan antusias dia bertanya "Benarkah? Bagaimana kalian bisa melihat sendiri kehebatan pusaka itu?" "Saat kami datang, ternyata seseorang telah mendahului kami menyusup ke dalam rumah Wirota." Ra Kembar terkejut, ternyata ada pihak lain yang berkepentingan. Dia mulai kuatir jangan-jangan penyusup itu menginginkan juga pusaka yang dimiliki Wirota. Sial, ternyata ada yang mendahuluiku. Tapi siapa yang melakukannya? pikir Ra Kembar. "Apaa...ada orang yang juga menyusup ke kediaman Wirota? Siapa dia? Berhasilkah dia membawa pusakanya pergi?" Ra
Baca selengkapnya
Telik Sandi Majapahit
Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status