Share

Si Supir Taxi Online

"Goodie Bag buat Media aman semua kan Mbak Sha?" suara Vero Staf Marketing Communication mengagetkan Sasha yang sedang sibuk memeriksa kesiapan Konferensi Pers di Ballroom Hotel Kencana Dharmawangsa yang baru saja diresmikan.

"Aman, anak-anak gue udah cek semua satu persatu," jawab Sasha sambil mengintip kedalam salah satu goodie bag yang tertata rapi di atas meja penerima tamu. Anak-anak yang dimaksud oleh Sasha adalah tiga staf Public Relation yang bekerja dibawahnya langsung, ada Gita, Stevi dan si ceroboh Lala.

"Mbak Sha, udah denger gosip terbaru belum?" tanya Vero sambil sedikit terkekeh.

Sasha menggeleng,

"Gossip apaan?" tanyanya sambil lalu. 

Vero mendekat ke arah Sasha, lalu menjawab dengan suara agak berbisik "Bu mirza mendadak resign!"

Sasha terkejut, 

Bu Mirza adalah General Manager Marketing Communication yang membawahi seluruh marketing team termasuk didalamnya Public Relation.

"Menurut lo siapa yang bakal gantiin posisi bu Mirza Ver?" tiba-tiba Gita staf Public Relation nimbrung di ikuti oleh Stevi dan Lala. 

Sasha turut menatap Vero ingin tahu.

"Belum ada desas-desus sih, katanya siapa aja bisa naik," jawab Vero santai.

"Ya paling emak lo tuh yang naik!" ujar Stevi sambil menggerakan dagu ke arah Caroline yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Caroline sendiri adalah Manager Marketing Communication lulusan salah satu universitas ternama yang terkenal galak dan tegas pada siapa saja sehingga membuat ia ditakuti nyaris seluruh karyawan didalam ataupun diluar divisinya.

"Mbak Sasha gak mau nyalonin diri mbaaak?" goda Lala sambil mencubit pinggang Sasha.

"Mau sih!" jawab Sasha sambil mengawang menatap para teknisi yang sedang mencoba suara sound system.

"Tapiiii..." suara Sasha menggantung.

Vero, Gita, Stevi dan Lala menunggu penasaran.

"Tapi Bohong!" lanjut Sasha sambil tertawa sendiri yang disambut cibiran Vero, Gita, Stevi dan Lala.

Diam-diam dalam hati Sasha mulai memikirkan pertanyaan Lala tadi. Apa iya ia tidak mau mencalonkan diri menjadi General Manager? 

Sebenarnya Sasha tidak begitu terobsesi dengan jabatan. Tapi dengan naik jabatan, apalagi langsung lompat menjadi General Manager, pasti gaji dan tunjangan yang akan didapat berkali-kali lipat lebih besar jumlahnya. Sasha membayangkan gaji besarnya nanti dapat ia kumpulkan dan ia gunakan untuk melunasi hutang-hutang Mamanya yang jumlahnya beratus juta rupiah.

Lamunan Sasha terhenti seketika saat seseorang menepuk bahu Sasha dari belakang. Sasha menoleh dan mendapati Direktur Human Resource Development yang baru saja bergabung minggu lalu di Perusahaan Kencana Hotel Group berdiri dibelakangnya.

Sasha menyalami laki-laki paruh baya itu sambil menyapa "Selamat siang Pak Jimmy!" 

Laki-Laki yang di panggil Pak Jimmy itu tersenyum menepuk-nepuk bahu Sasha.

"Good job Sasha! Saya dengar Media yang datang banyak ya?" gumamnya sambil melihat sekeliling. Saat itu Konferensi Pers sudah hampir selesai.

Sasha tersenyum lebar,

"Iya pak, cukup banyak. Melebihi ekspektasi saya," jawabnya bangga.

Pak Jimmy memainkan jam tangan mahal ditangannya sambil bergumam,

"Saya dengar kamu belajar otodidak ya Sha?"

Sasha terkejut, ia terdiam sesaat sebelum menjawab Pak Jimmy. 

"Iya, saya belajar sendiri pak, I didn't go to college if that what you mean? saya hanya lulusan SMA," suara Sasha menjadi dingin dan datar.

Pak Jimmy tampak mengangguk-anggukan kepalanya yang sudah setengah botak, lagi-lagi ia memegang bahu Sasha,

"Jangan salah paham, saya hanya ingin bilang, untuk seorang lulusan SMA, kinerja kamu luar biasa, melebihi orang lain di divisi kamu. Keep doing what you're doing," 

Pak Jimmy berlalu meninggalkan Sasha yang terdiam bingung ditempatnya berdiri.

Tidak banyak yang tahu Sasha memiliki rasa 'Insecure' yang selalu mengganggu hati dan pikirannya. Kencana Hotel Group merupakan perusahaan perhotelan kelas satu yang selalu menjadi incaran banyak orang untuk bekerja didalamnya. Nyaris semua posisi di kantor harus diduduki oleh minimal Sarjana Strata Satu dari Universitas yang paling tidak harus terkenal dan bonafid. 

Sementara Sasha, hanyalah gadis lulusan SMA yang bekerja keras dari posisi bawah. Ia memulai karirnya sebagai resepsionis hotel, lalu dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan kerja keras yang tidak kenal lelah, Sasha berhasil naik jabatan sedikit demi sedikit hingga ia bisa sampai di posisi sekarang ini. Setengah dari dirinya bangga dengan apa yang telah ia capai, namun ia juga merasa Insecure dan minder berada di tengah orang-orang yang berlatar belakang akademik jauh melebihi dirinya, termasuk staf-staf yang berada dibawahnya.

Acara Konferensi Pers dan Peresmian Hotel Kencana telah berjalan dengan sukses dan lancar. Sasha berjalan ke arah parkiran sambil memijat tengkuknya yang terasa kaku.

Tiba-tiba Raga muncul sambil membidikkan kamera yang tadi ia gunakan untuk dokumentasi ke arah Sasha. Sasha  secara otomatis bergaya bak supermodel dengan wajah 'fierce' yang dipaksakan membuat Raga tertawa terbahak-bahak.

"Dasar orang gila!" serunya sambil melihat hasil jepretannya. Sasha tertawa lalu ikut melihat foto hasil jepretan Raga dan berkali-kali berkata bahwa dirinya sangat fotogenik dan berbakat menjadi foto model yang tentu saja dibantah Raga mentah-mentah.

"Lo bawa mobil siapa?" Raga penasaran melihat kunci mobil yang ada ditangan Sasha. Saat itu mereka sedang merokok di area parkir.

Sasha membuka ponselnya, membuka aplikasi Taxi Online dan menunjukan kepada Raga. Raga melotot.

"Gile, lo mau narik Sha?" 

Sasha menoyor kepala Raga.

"Narik pala lo, lo kata gue supir angkot!" 

Raga masih terkejut, 

"Sha beneran nih? Lo beneran narik? Lo jadi supir Taxi Online?"

Sasha menghisap rokoknya lalu mengeluarkan asapnya dengan santai, ia menatap Raga sambil memainkan kedua alisnya turun naik, mengiyakan pertanyaan Raga.

Raga yang kehabisan kata-kata hanya menggeleng-geleng kan kepalanya sambil menatap Sasha takjub. 

"Jangan sampe tengah malem Sha narik nya, bahaya tau! Ya walaupun lo cewek jadi-jadian tetep aja lo cewek, takut ada orang iseng cui!" Raga bergidik sendiri membayangkan Sasha diganggu orang jahat.

Sasha tersenyum lebar,

"Kenapa lo takut gue mati ya?"

Raga menoyor kepala Sasha kesal.

"Gak lucu bercanda lo! konyol nih anak!"

Sasha tertawa sambil melempar korek Raga yang tadi dipinjam nya. Ia bergegas berjalan ke mobil yang dipinjamkan oleh Rian dengan hati yang tak menentu. Dalam hati ia berdoa semoga hari pertamanya menjadi supir Taxi Online berjalan dengan lancar. 

Jam di mobil menunjukan pukul 18.30 malam. Tujuh menit setelah Sasha menyalakan aplikasi di ponselnya, satu notifikasi masuk. Yup, Sasha mendapatkan order pertamanya.

Sasha terkejut melihat lokasi pick up pemesannya di Hotel Kencana Dharmawangsa dengan nama pemesan 'Lalaland'.

Sasha mencocokan nomor ponsel si pemesan dengan nomor ponsel Lala staf di kantornya, cocok. Sasha terdiam sebentar, bingung. Apakah harus melanjutkan atau membatalkan pesanan Lala.

Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri Sasha memutuskan untuk menghubungi Lala dengan chat melalui aplikasi mengatakan akan segera menjemputnya dan memintanya untuk menunggu di Lobby. 

Sasha mengenakan hoodie over size biru navy yang tidak pernah dipakainya sama sekali ke kantor, membiarkan hoodie menutupi rambut panjangnya yang pasti akan dengan mudah dikenali oleh Lala. Wajahnya tertutup masker yang memang setiap hari ia gunakan saat menaiki MRT. Tidak lupa ia mengenakan kaca mata modis yang baru saja ia pesan dari situs belanja online favoritnya.

Sekarang tidak akan ada yang mengenalinya, penyamaran yang sempurna!

Sasha tergesa menyembunyikan tas tangannya di bawah tempat duduk bagian depan saat dia sudah tiba di lobby hotel.

Disana tampak Lala sedang menunggu sambil mengobrol dengan salah satu staf ballroom hotel. Sasha menepikan mobilnya tepat saat Lala melirik ke arahnya.

Lala bergegas membuka pintu mobil dan menyapa, "Malam Mas!"

Sasha tergagap dan menjawab pelan dengan suara yang dibuat-buat.

"Malam juga mbak, maaf saya bukan Rian Indrajati, saya adiknya.

Semoga mbaknya gak keberatan ya?" 

Sasha berdoa dalam hati berharap semoga suaranya cukup berbeda dari biasanya. Beruntung saat itu Lala sedang fokus dengan ponselnya, sehingga ia tidak terlalu memperhatikan.

 "Oh maaf saya kira sama dengan yang di aplikasi, gak apa apa kok, yang penting saya diantarkan dengan selamat ya mbak," Lala menjawab dengan ceria, namun matanya tidak lepas dari layar ponselnya. 

Malam itu Sasha beruntung Lala tidak  mengetahui bahwa supir yang mengantarkannya pulang adalah Supervisor nya di kantor, karena sepanjang perjalanan pulang Lala sibuk menonton drama Korea kesukaannya. 

Tepat pukul 12.00 malam ponsel Sasha berdering, saat itu Sasha baru saja menurunkan penumpangnya yang kelima di malam itu. 

"Sha, kok belum pulang? lembur? " suara Oma terdengar serak akibat terlalu sering merokok.

Sasha belum bercerita kepada Omanya mengenai pekerjaan paruh waktunya sebagai supir taksi online, takut membuat Omanya khawatir. 

"Iya Oma, aku lembur, banyak kerjaan di kantor," jawab Sasha berbohong.

Oma menasehati nya panjang lebar mengenai bahaya pulang tengah malam.

"Tenang Oma, aku pinjem mobil temenku kok, jadi aman nanti pulangnya," Sasha berusaha untuk menenangkan Omanya yang cemas.

Saat Oma masih berbicara, terlihat panggilan masuk dari Raga. Sasha mengatakan pada Omanya untuk pergi tidur dan tidak perlu menunggu Sasha pulang. Setelah Oma mengakhiri panggilan, Sasha menerima panggilan dari Raga. 

"Oit!" sapa Sasha sambil mengemudi menjemput pemesan keenamnya yang lokasi penjemputan nya agak jauh. 

"Gimana cui? aman?" tanya Raga lugas. 

"Aman cui, udah dapet lima orang dong! Ini gue mau jemput lagi!" jawab Sasha bersemangat.

Ia juga menceritakan tentang tragedi 'Lala' yang sempat membuatnya tegang. 

Raga berdecak heran.

"Emang kenapa sih Sha kalo orang kantor tau lo part time jadi driver online? gak masalah kali! Urusan amat!" omel Raga sewot. 

Sasha terdiam sebentar sebelum menjawab. Ia juga tidak tahu kenapa dia malu, tapi akhirnya ia berkata pelan,

"Gue udah cukup insecure di kantor cui dengan segala kekurangan gue yang bikin gue ngerasa beda. Kalau orang-orang sampai tau masalah gue yang lain, duh gak ngerti lagi deh gue Ga, bakal lebih minder lagi sih gue." 

Raga yang ingin menyangkal akhirnya memilih menyerah, ia tidak ada di posisi Sasha sekarang sehingga ia tidak berhak menghakimi pilihan Sasha untuk tidak terbuka dengan rekan kerjanya di kantor. 

"Ya udah deh, Lo kelar jam berapa? udah hampir jam 1 malem nih!" suara Raga terdengar khawatir.

Sasha memiringkan kepalanya mengira-ngira dalam hati.

"Ini orderan terakhir deh, abis ini gue balik!" tukas Sasha riang. 

"Lo dimana sekarang? Terus nganter nya kemana?" tanya Raga ingin tahu.

"Di Kemang, nganter ke Bandara Cengkareng Raga baweeeel!" jawab Sasha sabar.

"UDAH GILA LO YA, BUSET DEH SHA GAK ADA CAPEKNYA LO!" ujar Raga setengah berteriak. Sasha menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Berisik banget lo!" omel Sasha.

Sasha mengakhiri panggilan dari Raga setelah berjanji akan mengabari Raga jika ia sudah sampai rumah.

Pukul 01.40 dini hari.

Bandara Soekarno-Hatta tampak lengang. Sasha baru saja menyelesaikan pesanan terakhirnya dari seorang Ibu tua yang memberikan tip cukup besar untuknya. Rencananya Sasha akan menonaktifkan aplikasi taxi online nya segera setelah orderan terakhir selesai.

Namun satu notifikasi pesanan dari pemesan di Bandara masuk.

Username : Daniel Park

Pick Up Point : Bandara Soekarno-Hatta

Destination : Hotel Kencana Lebak Bulus

Sasha tertawa sendiri melihat tujuan yang lagi-lagi tertulis Hotel Kencana.

"Mentang-mentang gue kerja di Kencana, dari tadi Hotel Kencana melulu!" gumamnya merasa geli sendiri.

Ia memutuskan untuk menerima pesanan tersebut karena tujuannya searah dengan tempat tinggalnya di Rempoa Jakarta Selatan.

Setelah berbicara di chat dengan si pemesan, Sasha mengarahkan mobilnya ke terminal kedatangan Bandara Soekarno Hatta dan menunggu pemesan taxi online yang bernama Daniel Park.

Seorang pria dengan tinggi kira-kira 183 cm dengan wajah tampan khas campuran Barat - Oriental tampak berjalan ke arah mobil Sasha. Ia mengenakan jeans dan t-shirt putih polos. Topi dari brand ternama terlihat menghiasi wajahnya yang proposional.

Daniel Park mengetuk kaca jendela mobil pelan yang dengan cepat langsung dibuka oleh Sasha."Hi there! I'm Daniel Park!" sapanya sambil menatap wajah Sasha yang separuhnya tertutup oleh masker dan hoodie.

Sasha mengangguk dan mempersilahkan Daniel masuk. Beberapa menit setelah mobil berjalan, Daniel Park tertidur pulas di bangku belakang meninggalkan Sasha yang menyetir tanpa suara. Ia sama sekali tidak tahu bahwa pria yang tidur di belakangnya adalah seseorang yang kelak akan membuat hidupnya menjadi lebih berwarna...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status