Semua Bab Bukan Wanita Miskin: Bab 131 - Bab 140
156 Bab
Penasaran
Bab131"Joe," lirih lelaki yang bersimpuh itu. Joe memegangi tangan Zaki dan mendekat ke Case."Ayo, kita harus mencari bahan yang kamu butuhkan." "Zaki sudah selesai kan mainnya?" ucap Case. "Sudah," jawab Zaki tersenyum."Yuk, kita cari yang Ibu perlukan," ajak Case kepada Zaki dan Joe.Kemudian Case melihat ke arah lelaki yang bersimpuh itu."Demi Tuhan, yang kamu lakukan itu adalah kejahatan yang paling biadab. Seumur hidup, aku tidak akan mengampunimu," kata Case, sebelum dia berlalu bersama Joe dan anaknya dari hadapan lelaki tadi.Lelaki itu merasakan sesak dalam dadanya, mendapati kebencian Case yang begitu dalam padanya. Semula dia berniat membeli beberapa perlengkapan kantornya yang telah habis. Entah bagaimana, ketika melewati stand permainan anak ini, dia menangkap sosok Case yang sedang duduk menyendiri di tempat tunggu.Awalnya memang dia ragu, kemudian mendekat dengan jelas. Rupanya dia tidak salah lihat, wanita itu benar- benar Case.Wanita yang selama ini dia kira
Baca selengkapnya
Rasa Bahagia
Bab132Joe tersenyum, kemudian membuka gulungan paket tersebut."Apaan nih? Foto?" Case mengernyit, melihat foto pernikahan keduanya pagi tadi."Iya," jawab Joe sembari meraih bingkai foto, yang dia beli di pusat perbelanjaan tadi."Kapan kamu pesan ini, cepat banget.""Tadi pagi juga selesai acara pernikahan kita. Aku memesannya secara online, dan sore ini baru diantar. Bayarnya dua kali lipat, agar di prioritaskan.""Boros! Kita nyaris bangkrut kalau begini.""Kapan lagi kita punya foto pernikahan," gumam Joe, membuat Case lagi- lagi terharu."Iya deh, pasang sudah sana," kata Case. Setidaknya, hal itu membuat senyuman kecil terbit di wajah tampan Joe.Foto pernikahan itu lumayan besar dan dipasang di dalam kamar mereka.Joe memandangi foto pernikahan itu dengan perasaan sedikit sedih. Karena di foto itu, hanya ada mereka berdua, tidak ada foto kerabat, Ibu atau yang lainnya."Kamu rindu Ibu?" tanya Case, sembari memeluk lengan suaminya. Joe membelai lembut rambut depan wajah istrin
Baca selengkapnya
Patah Hati
Bab133Rebecca mengernyit."Benar dengan nona Rebecca?" "Hhmm, ya. Siapa? Sepertinya saya tidak mengenal Anda," kata Rebecca pelan. "Boleh saya duduk di sini?" tanya Zacob White.Rebecca mengangguk pelan. Lelaki itu pun duduk, sembari tersenyum.Zacob berusaha menebarkan pesonanya. Lelaki itu lumayan tampan, hanya saja begitu angkuh."Kamu terlihat sedih," gumam Zacob, membut Rebecca mengalihkan pandangannya dari Jeremy dan Desca yang sedang duduk di singgasana pelaminan mereka.Rebecca menoleh ke arah Zacob. "Apakah Tuan sedari tadi memperhatikan saya?" tanya Rebecca dengan tatapan datar."Tidak, hanya saja penasaran! Kamu nampak cantik. Tapi sayangnya, matamu terlihat banyak anak air menggenang.""Dari mana Tuan tahu nama saya?" Rebecca terus melayangkan pertanyaan."Hhmm, kamu asistennya Jeremy kan?" Bukannya menjawab, Zacob malah balik bertanya."Ya." Rebecca menjawab singkat."Tentu saja saya tahu nama kamu! Siapapun yang mengenal Jeremy, pasti juga mengenal kamu."Sungguh tida
Baca selengkapnya
Gelisah
Bab134Di kamar pengantin, Desca terdiam, ketika sosok Jeremy memasuki kamar."Kenapa belum mandi?" tanya Jeremy, kepada Desca yang masih duduk menghadap meja riasnya."Aku ingin bicara serius!" sahut Desca, kemudian wanita itu berbalik badan, menghadap ke arah Jeremy.Lelaki itu pun mengambil posisi duduk di atas ranjang pengantin mereka."Hhmmm, ada apa?"Desca menatap lekat wajah tampan Jeremy. Rasanya sangat sulit, jika dia harus jujur dengan keadaannya yang sudah berbadan dua.Tapi jika kelak Jeremy tahu bagaimana? Desca merasakan dilema sangat mengganggunya."Apakah kamu baik- baik saja dengan pernikahan ini? Aku butuh jawaban jujur," kata Desca.Jeremy tersenyum. "Untuk apa di bahas lagi, kita sudah sah menikah. Jalani saja, hanya itu yang bisa kita lakukan saat ini."Desca menarik napas berat. "Maaf, aku telah membuatmu seperti ini. Aku pun tidak paham jalan pikiran Momy, yang begitu kekeuh menikahkan kita.""Ya, mau bagaimana lagi. Cepatlah mandi, agar kamu bisa fresh. Setela
Baca selengkapnya
Kenapa
Bab135Panggilan telepon pertama tidak terjawab, kedua hingga ketiga, barulah suara parau di sebrang telepon terdengar."Ya, Tuan." Suara itu tampak lemah dan terdengar kecil sekali."Rebecca, bagaimana perkembangan kantor?""Semua sudah saya laporkan melalui email, Tuan." Suara Rebecca dan bahasanya terdengar kaku."Rebecca, apakah kamu baik- baik saja?""Menurut Tuan bagaimana? Apakah saya sedang dalam keadaan sekarat?""Mengapa bahasamu seperti itu?""Diluar jam kerja, Anda bukan bos saya.""Saya rindu," lirih Jeremy."Rindu? Bulshit.""Serius.""Terserah! Jika tidak ada hal yang begitu penting, jangan hubungi saya lagi. Nikmatilah malam pengantin Anda dengan baik, biarkan wanita bodoh seperti saya meratapi nasib yang terluka meski tak berdarah.""Maaf," lirih Jeremy hingga sambungan telepon Rebecca matikan."Brengsek!! Kamu jahat Tuan, jahat ...." Rebecca meraung sembari menghamburkan seluruh isi kamarnya."Ibu, ini rasanya sakit sekali, bahkan membayangkannya saja, aku nyaris keh
Baca selengkapnya
Bertemu
Bab136"Nggak apa- apa, hanya masalah pekerjaan."Desca meletakkan rantang bawaannya."Makan bareng yuk," ajak Desca ramah. Jeremy menatap wajah istrinya itu, wanita yang baru tiga hari ini menjadi istrinya.Bahkan, Jeremy belum menyentuhnya sama sekali. Dia masih merasa enggan, untuk melakukannya. Desca pun nampak berusaha mengerti dan tidak pernah menanyakan apapun pada Jeremy. Hanya saja, dia pernah menceritakan hal ini pada sang Ibu."Apa? Desca, kamu harus tidur dengannya. Jika tidak, anak dalam kandunganmu itu, akan ketahuan bukan anaknya.""Jadi bagaimana My. Jeremy selalu sibuk dengan pekerjaannya. Kalau Desca yang ngajak duluan kan tidak mungkin," sahut wanita itu."Kamu harus ambil hatinya. Jeremy itu kalau Ibu lihat lelaki yang baik dan pengertian, dia juga bukan laki- laki arogan yang sulit untuk diambil hatinya. Hanya saja, mungkin dia segan untuk memulai.""Kasih saran yang benar lah, My. Mana mau Desca minta duluan," seru wanita itu lagi."Kamu pakai pakaian seksi dong
Baca selengkapnya
Kecewa
Bab137"Saudara kembar?" Nyonya Jovanka terkejut."Benar, Mom. Dia lama menghilang, setelah kejadian beberapa tahun lalu, perusahaan keluarga mengalami kebangkrutan. Saya hanya punya dia dan Zaki sebagai keluarga. Tapi saat saya pergi keluar kota, mereka di bantai pembunuh, yang sampai sekarang kasusnya tidak jelas. Semua anggota yang ada di rumah di bantai habis. Hanya Case dan anaknya yang menghilang."Jeremy mengusap wajahnya. "Saya nyaris frustasi mencari jejak mereka. Setiap malam saya menangis dan memohon maaf kepada mendiang Ibu saya, atas segala kelalaian dalam menjaga Case. Tapi hari ini, saya melihat dia hidup dengan baik, tanpa berniat menemui saya sama sekali, mendadak perasaan ini begitu emosi.""Oh kasus pembunuhan keluarga Welas itu, bukan?""Benar, Mom." "Oh Tuhan, jadi itu keluargamu?""Iya, Mom. Sebagai laki- laki, aku merasa gagal melindungi kakak dan ponakanku."Nyonya Jovanka menghela napas berat. "Jadi kasusnya menguap begitu saja?"Jeremy mengangguk lemah. "Tid
Baca selengkapnya
Kamu Sakit?
Bab138"Maaf," lirih Desca, 1 tetesan air mata jatuh di pipinya. Desca berniat berbalik namun Jeremy meraih tangan wanita itu."Aku masih perlu waktu," kata Jeremy membuat Desca menarik tangannya dan berlari ke atas ranjangnya.Desca memasukan dirinya ke dalam selimut. Wanita itu menangis sesegukan, menahan rasa malu karena penolakan Jeremy.Bukan hanya perasaan malu, tapi juga perasaan kuatir dengan keadaan perutnya kini yang sudah berusia 1 bulan lebih.Jeremy kembali merasa bersalah. Mau berapa orang wanita lagi, yang akan dia kecewakan.Desca dan nyonya Jovanka begitu baik kepadanya, akan sangat tidak tahu malu, jika dia malah menyakiti hati Desca.Lelaki itu pun mendekati Desca, yang masih menangis dalam selimut. "Desca," lirih Jeremy.Namun wanita itu mengabaikannya, dan masih saja terus menangis. Jeremy menarik pelan selimut itu, hingga terlihat wajah Desca yang memerah dan juga basah air mata.Jeremy tersenyum dan naik ke atas ranjang.Dengan perlahan, Jeremy membalikkan tubu
Baca selengkapnya
Mengundurkan Diri
Bab139"Tidak." Rebecca menggeleng."Jadi mengapa wajahmu pucat begini? Dan bolak- balik kamar mandi?"Rebecca menarik napas, sembari menahan perasaan mualnya."Saya mengundurkan diri, nanti berkasnya akan saya serahkan besok," sahut Rebecca pelan."Rebecca! Jangan memancingku. Ada apa sih sama kamu? Mengapa sikapmu masih seperti ini," bentak Jeremy. Rebecca mendongakkan wajah. "Hak saya bukan, untuk mengundurkan diri?" Rebecca berkata dengan suara dan bibir bergetar.Mata wanita itu kini berkaca- kaca. Dia sudah bertekad untuk kembali ke Negaranya. Dari pada di Negeri Fantasy, dia nyaris gila dalam bertahan.Patah hati sukses membuatnya hidup segan mati tak mau."Ya, kamu benar itu hak kamu! Setidaknya berikan saya alasan yang jelas, apa yang membuat kamu ingin mengundurkan diri? Apakah kamu membenci saya?""Saya tidak mungkin membenci, lelaki yang mencuri hati saya.""Lalu mengapa kamu berniat meninggalkan aku?" Jeremy bertanya, sembari menggenggam kedua tangan Rebecca."Lepas, kit
Baca selengkapnya
Pergi
Bab140Jeremy melajukan mobilnya dengan terburu- buru, menuju apartemen Rebecca. Dadanya berdebar- debar, seakan sanga takut tidak bisa bertemu dengan wanita itu lagi.Perasaan kuatir mendominasi hatinya kini. Jeremy kini sangat ketakutan, jika Rebecca pergi dan menghilang dari hidupnya.Bagi Jeremy, Rebecca adalah penyemangatnya selama ini. Bukan hanya penyemangatnya, tapi Rebecca juga berjasa dalam memajukan perusahaannya. Sesampainya di parkiran apartemen, Jeremy keluar dari mobil dengan tergesa, berlari menuju pintu apartemen wanita itu. Jeremy membunyikan bel beberapa kali, sampai pintu terbuka. Sosok Rebecca telah rapi, tidak lagi mengenakan pakaian kantor."Ada apa, Tuan." Jeremy menatap lekat wanita di depannya dan mendorong kasar ke dalam.Jeremy menutup pintu apartemen itu, dan menguncinya. Rebecca terdiam, melihat tingkah Jeremy. Lelaki itu memasuki kamar, dan di sambut dua koper besar telah siap, di sisi tempat tidur Rebecca."Kamu mau kemana? Kenapa kamu seperti ini kep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status