All Chapters of AKU MEMBUNUH IPARKU: Chapter 31 - Chapter 40
61 Chapters
BAB 31 LILY PINGSAN
"Oh iya, mobil yang nabrak Leang bagaimana ceritanya?" Tanya Ayah."Mereka ikut mengantar ke rumah sakit, tapi karena situasinya tidak kondusif, mereka juga tidak berani bicara apa-apa saat itu. Pak Syam yang menyampaikan pada mereka untuk datang lagi jika masalah sudah agak reda. Pak Syam juga sudah meminta foto KTP pengemudinya," jawab Nandean."Tapi mereka belum pernah datang ke rumah sakit?" Tanya kakakku."Kami memang minta kepada petugas agar selain keluarga tidak diizinkan menjenguk Leang," jawabku."Pertimbangannya, kalau mereka bertemu dengan keluarga Bapak Leang dikhawatirkan akan ada perdebatan tentang tuntut menuntut tanggungjawab. Padahal jika diruntut masalahnya, kita juga ada salah dalam kejadian itu. Di depan rumah jalan besar, kok buka pagar lebar-lebar padahal ada anak kecil yang berlarian," lanjutku."Kami beranggapan yang menjadi prioritas saat itu adalah keselamatan Leang. Masalah mobil yang menabrak bisa diurus belakangan." Nandean
Read more
BAB 32 MENCARIKAN JODOH
  Keesokan paginya, usai sholat subuh Nandean langsung ke rumah sakit. Kembali lagi ketika kami sedang bersiap sarapan."Bagaimana?" Tanyaku.Ia mendengus kesal."Biasa saja. Kepleset sedikit, ada cleaning service sedang membersihkan lorong, dia berjalan cepat-cepat. Sudah diingatkan lantai masih basah tapi dia tak mau mendengar. Saat jatuh dia sempat menjerit, kemudian langsung terbaring di lantai. Dugaan sementara ya pura-pura pingsan saja. Sebab saat dokter datang memeriksa, tidak ditemukan gejala apa pun, bahkan matanya masih bergetar-getar sambil terpejam." Gerutu Nandean.Aku tersenyum geli. Apa lagi Lily ini, pikirku."Terus?" Lanjutku."Dibaringkan disamping tempat tidur Marry. Semalam tidur disana." Kata Nandean.Aku menghela nafas.Lily memang cuma cari perhatian."Lucunya lagi ada, dia minta aku membayar biaya rumah sakit kalau dia dirawat," ujar Nandean.Aku mengerutkan kening."Kubilang saja, kalau un
Read more
BAB 33 PERUBAHAN
   Nandean setiap sore berkunjung ke rumah sakit, memantau perkembangan kondisi Marry. Dari waktu ke waktu kondisinya terus membaik. Aku menyerahkan uang bantuan keluargaku kepada Bapak melalui Nandean. Bapak berkeras menolak, bahkan meminta Nandean untuk memasukkan uang itu ke rekening tabunganku dan berpesan agar uang itu suatu saat bisa digunakan untuk kebutuhan Leang. Hari ke-limabelas setelah dirawat, Marry diizinkan pulang dan menjalani perawatan lanjutan di rumah. Aku menjenguknya ke rumah mertuaku. Leang kuajak serta.  Mereka berkumpul semua. Mama memasak banyak sekali. Kebiasaan di rumah mertuaku, jika ada yang baru sembuh dari sakit mereka akan mengadakan acara makan bersama. Bapak memimpin doa, mengucap syukur atas kesembuhan anak dan cucunya serta memohon agar kejadian beberapa hari lalu tidak terulang kembali dalam keluarga kami. Bapak menangis dalam doanya demikian juga Mama dan Marry. Leang kuajak mendekati Marry, menyala
Read more
BAB 34 TAMU
  Tiga hari setelah berkumpul di rumah mertuaku, Bapak dan Mama mengunjungi kami, menjenguk Leang. Perkembangan kondisi kesehatan Leang sangat pesat, ia cepat sekali membaik.Bapak dan Mama juga menyampaikan rencana kedatangan "tamu" Lily. Kami bertukar pendapat, apakah cukup kami sekeluarga yang menyambut atau melibatkan keluarga besar semarga.Mempertimbangkan bahwa kami belum mengenal "tamu" tersebut, Nandean menyarankan agar sambutan cukup dari keluarga besar kami saja, tidak perlu melibatkan kerabat semarga. Jika sudah terjadi kesepakatan tentang maksud dan tujuan "tamu" tersebut barulah Bapak menghubungi kerabat semarga untuk membicarakan rencana penyelenggaraan acara selanjutnya. Bapak dan Mama setuju.Mengingat Leang masih dalam masa pemulihan meskipun kondisinya sudah sehat, Mama menyarankan aku hadir pada hari "H" saja. Tidak perlu repot membantu acara persiapan. Permintaan Lily untuk menggunakan jasa catering dalam acara ini dikabulkan Bapak dan Ma
Read more
BAB 35 HARI YANG DITUNGGU
"Tidak percuma aku jadi menantu Mama dan Bapak," imbuhku."Tidak percuma Mama membesarkan kamu semua," tanggap Bapak.Kami tertawa kecil.Wajah Bapak tampak lebih cerah."Itu sebabnya saya dan Mamamu tidak pernah melarang-larang kalian mencari pasangan dari suku mana saja. Biar tambah banyak pengalaman saya menghadapi orang-orang ini. Semakin banyak kita menghadapi orang yang berbeda, semakin bertambah pengetahuan kita tentang bagaimana menyikapi orang-orang di sekeliling. Orang-orang dari bangsa dan suku mana pun sama, ada yang baik ada yang buruk. Tak bisa kita kelompokkan satu bangsa atau satu suku lebih baik dan kelompok lainnya buruk," ujar Bapak."Calon tamu kak Lily orang mana, pak?" Tanyaku.Bapak menyebutkan sebuah kabupaten dari salah satu provinsi di negeri ini. Masih satu provinsi dengan daerah asal Bapak dan Mama."Semoga sajalah ini benar-benar jadi jodoh si Lily," gumam Bapak.Kami mengaminkan.###Handphone-ku
Read more
BAB 36 LAMARAN
"Jadi tidak dikembalikan tidak apa-apa?" tanya Lily."Tidak apa-apa. Aku yang tanggungjawab. Naya ikhlas kan, Nay?" Nandean mengedipkan mata padaku."Iya, ambil saja. Nanti kalau ada rezeki kami beli lagi," jawabku."Tapi janji, jangan dijual ya!" kata Nandean."Walaupun kalian tidak punya uang sama sekali, barang ini jangan dijual," tegas Nandean."Iyaaa, " jawab mereka serempak."Naura, Anggun, Marry, Rossy, nanti kubawakan lagi. Di rumah masih banyak," janji Nandean. Senyum terkulum di bibirnya."Naya tidak marah, Nay?" tanya Anggun.Aku menggeleng."Yang penting kalian bahagia," jawabku santai.Aku mengambil sebentuk gelang dan kalung, lalu kuberikan kepada Marry."Terimakasih," katanya, tanpa berani menatap wajahku. Tapi kulihat bibirnya mengulas senyum.Sebenarnya mungkin dia baik hati, tapi aku tak pandai mengambil hatinya. Saat tinggal disini dulu aku tak pernah mengajaknya bicara, apalagi memberikan ben
Read more
BAB 37 FAKTA BARU
"Gara-gara kau masuk rumah sakit, uang bapak habis!" bentaknya.Marry menatapnya ketakutan."Sana kau minta ganti pada perempuan yang sudah menimpa kepalamu dengan batu!" lanjut Lily, matanya membelalak."Waktu itu kan kau yang bilang sendiri kau yang tanggungjawab," kata Marry pelan. Tubuhnya kentara gemetar."Kapan aku bilang?" tentang Lily."Waktu kau suruh aku buka pagar. Buka pagarnya yang lebar, Mar, biar anak setan itu lari ke jalan, biar ketabrak mobil. Nanti aku yang tanggungjawab. Itu katamu," jawab Marry tersendat-sendat.Lily mendengus."Awas saja kalau kau cerita pada yang lain!" ancam Lily. Tangannya diangkat keatas.Marry semakin ketakutan, kedua tangannya menutupi kepalanya.Aku berdiri terpaku di pintu ruang tengah, mereka tak menyadari kehadiranku. Hingga Leang berlari dari arah belakang dan menubruk kakiku."Ibu!" teriak Leang sambil tertawa gembira.Lily terkejut, menoleh ke arahku."Eh, Naya
Read more
BAB 38 PERNIKAHAN
"Kalian lihatlah bagaimana saya dan Mamamu membangun hubungan dengan keluarga besar kami, bagaimana kami memperlakukan saudara-saudara kami. Bantulah yang perlu dibantu, dukunglah yang perlu didukung, tapi jangan menyakiti yang lain. Jangan membela yang satu tapi melukai yang lain, mendukung yang satu tapi menginjak yang lain. Itu namanya licik. Dan itu tak baik kau praktekkan dalam keluargamu."Intonasi Bapak tenang, walaupun suaranya cukup keras.Kami semua terdiam."Kau Lily, kau yang berhajat besar dengan acara ini, kau mau acara ini dilanjutkan atau tidak?" tanya Bapak."Lanjutkan, pak," jawab Lily pelan."Kalau kau mau acara ini dilanjutkan, jangan kau buat onar! Paham kau?" Suara bapak mulai meninggi."Tak perlu kau buat keributan, mengancam-ancam saudaramu. Belum puas kau lihat akibat perbuatanmu di keluarga ini?" tanya Bapak lagi."Aku tak ada mengancam siapa pun! Itu fitnah!" seru Lily."Si Marry cerita sama saya, Mamamu ceri
Read more
BAB 39 MENCURIGAKAN
Marry, Anggun, dan Rossy, sibuk menerima dan mengantar tamu. Naura dan Rara sibuk mengawasi persiapan konsumsi para tamu. Aku dan Nandean melayani dan menemani tamu-tamu kerabat Bapak dan Mama. Beberapa orang mempertanyakan tentang peristiwa beberapa minggu lalu, kami menjelaskan bahwa kejadian itu murni kecelakaan biasa.Saat ada yang bertanya tentang Lily dan Antar, kami hanya bilang bahwa mereka berkenalan dalam sebuah perjalanan udara. Jika ditanya sudah berapa lama kenal dan berhubungan, kami jawab sudah lama. Ketika mereka menanyakan sendiri kepada Lily, cuma dijawab: "ya, cukuplah." Entahlah, cukup yang dimaksud cukup singkat atau cukup lama.Tamu-tamu terus berdatangan hingga malam hari. Bapak meminta aku dan Nandean tetap berada di tempat dan menemani Bapak dan Mama melayani tamu-tamu dari kerabat dekat. Ipar-iparku sudah nampak lelah. Naura dan suaminya beristirahat di paviliun samping bersama dengan keluarga Rara. Marry sudah masuk ke kamar. Rossy dan Anggun
Read more
BAB 40 UANG PALSU
"Jangan-jangan dia punya rencana jahat ya, kak," gumamnya."Kita doakan saja semoga tidak begitu," jawabku."Minta tolong Kak Anggun untuk mengeluarkan barang-barang berharga dari kamar Lily," usulku."Bagaimana caranya?" tanya Rossy. "Bilang saja mau ambil beberapa barang Marry, Lily dan Marry satu kamar kan? Siapa tahu masih ada pakaian atau barang Marry yang lain disana," jawabku. Rossy menemui Anggun.Kulihat Anggun bicara pada Lily di ruang depan. Antar masih di luar, beramah tamah dengan beberapa teman Nandean. Tak lama kulihat Anggun keluar dari kamar Lily, membawa beberapa buah pakaian."Sudah," lapornya pada Rossy."Nay, perhiasan yang dikasih Naya tetap saya biarkan disana ya. Seandainya diambil juga tidak apa-apa kan?" tanya Anggun sambil tersenyum."Iya, tidak apa-apa," jawabku."Untuk pancingan kan?" tanyaku lagi.Anggun dan Rossy tertawa. Malam itu aku tidur nyenyak. Bahkan Leang pun tidak terbangun sama sekali
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status