Pukul delapan malam aku bangkit dari tempat tidur, berniat hendak pamitan kepada keluarga Muzakka. Aku yakin mereka tak meyuruhku pulang karena segan. Jadi sudah semestinya, akulah yang harus punya inisiatif sendiri untuk pergi dari sini.Terdengar suara mereka sedang bercakap-cakap di ruang tengah di mana letak televisi rumah ini berada.Semakin dekat langkahku semakin terdengar percakapan mereka."Memangnya Arina yang minta maskawin itu, Zak?""Bukan dia, Mi. Tapi, inisiatif dariku sendiri." Suara Muzakka menjawab pertanyaan Uminya."Kamu tidak bertanya apa yang dia inginkan?" tanya uminya lagi."Tidak. Dia juga tidak memberitahu barang yang dia inginkan sebagai maskawin, Mi.""Coba tanya dulu. Jangan-jangan dia menginginkan sesuatu, tapi tak mau memberatkanmu.""Iya, Mi. Besok Insyaallah."Karena percakapan mereka terdengar sudah selesai, maka aku memberanikan diri muncul di hadapan mereka."Pak Ca
Baca selengkapnya