All Chapters of Topeng Si Suami Idaman: Chapter 11 - Chapter 20
92 Chapters
Chapter 11
[Sebenarnya kau ini siapa? Kenapa kau mengirimkan foto-foto suamiku? Apa kau sedang mencoba menghasutku agar rumah tanggaku dengan Farhan hancur?]Rania menghela napas panjang setelah mengirimkan pesan tersebut ke nomor misterius. Dia duduk di tepi ranjang dengan perasaan gundah sambil mengetuk-ngetukkan kedua tangan yang menggenggam ponsel pada dahinya.Otaknya terus berputar memikirkan banyak hal, salah satunya adalah mengenai perselingkuhan Farhan. Apa yang akan dia lakukan jika suaminya itu benar-benar berkhianat?Rania kembali menghela napas kasar. Rasanya begitu sangat menyesakkan, hingga kepalanya pun mendadak berdenyut menyakitkan.[Kau akan pulang jam berapa?]Rania mengirimkan pesan kepada Farhan, ingin memastikan kapan suaminya itu pulang.Beberapa menit menunggu, ponselnya bergetar menandakan ada notifikasi pesan masuk. Rania langsung melihatnya untuk membaca pesan tersebut.[Aku sedang di jalan, sebentar lagi sampai.]Baru saja Rania
Read more
Chapter 12
Malam sudah larut, tetapi Rania tidak bisa tertidur meskipun dia sudah mencoba untuk memejamkan mata. Pikirannya melayang tak karu-karuan memikirkan tentang perselingkuhan Farhan. Hatinya benar-benar tak tenang dan terasa sangat sesak. Dia melihat ke samping, suaminya nampak sudah terlelap dalam tidur. Begitu tenang seolah tak ada beban apa pun. Sementara itu, Rania terus menghela napas panjang untuk menetralkan perasaannya sendiri.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 saat Rania baru saja membuka matanya yang masih mengantuk. Semalam dia baru bisa tidur sekitar pukul empat pagi. Hal itu menyebabkan Rania bangun terlambat.Saat masih mengumpulkan puing-puing kesadarannya, Rania melihat Farhan sudah terlihat rapi dan wangi. Padahal biasanya pria itu masih terbaring di tempat tidur bermalas-malasan, menunggu hingga Rania membangunkannya."Kau mau ke mana?" tanya Rania dengan suara parau khas orang bangun tidur.Dia langsung beranjak bangun, duduk di
Read more
Chapter 13
"Pak Farhan."Mendengar namanya dipanggil, Farhan pun menghentikan langkahnya tepat di depan meja resepsionis kantornya. Dia baru saja datang ke kantor sehabis menemani Dinar periksa kandungannya ke dokter.Ya, dia berbohong kepada Rania dengan mengatakan akan pergi meeting. Padahal sebenarnya, pagi tadi Dinar mengiriminya pesan, meminta dia untuk menemani periksa ke dokter kandungan."Ya?" sahut Farhan."Ini dokumen yang diantar oleh Nona Rania, saya diminta untuk memberikannya kepada Pak Farhan," ucap karyawati yang tadi berbicara dengan Rania.Farhan menerima dokumen tersebut dengan kedua alis tebalnya yang saling bertautan karena bingung bercampur terkejut."Rania ke sini?" tanya Farhan memastikan."Iya, Pak. Tadi pagi Nona Rania ke sini ingin menemui Pak Farhan, tapi Pak Farhan sedang tidak ada di kantor. Jadi, Nona Rania menitipkannya kepada saya," jelas wanita itu."Oh ya, Nona Rania juga meminta Pak Farhan untuk segera menghubunginya," sa
Read more
Chapter 14
Sore menjelang petang, Rania tiba di lokasi sesuai alamat yang dikirimkan oleh nomor misterius kepadanya. Awalnya dia tidak mau datang karena takut ini hanyalah jebakan seseorang untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Farhan.Namun, rasa penasaran mencuat lebih kuat. Terlebih, saat mengingat bahwa dia pernah menemukan nota belanjaan di saku jas Farhan yang bukan belanjaan miliknya. Serta sebelumnya juga Rania sempat memergoki suaminya itu pergi bersama sekretarisnya ke hotel.Rania menghela napas kasar. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, guna memastikan keadaan disekelilingnya. Suasana cukup ramai karena kebetulan hari ini adalah sabtu malam.Banyak pasangan, baik itu yang sudah menikah atau masih berpacaran mendatangi tempat tersebut. Salah satu restoran baru yang sangat direkomendasikan orang-orang karena lokasinya sangat strategis.Perlahan, Rania berjalan masuk mencari tempat yang sekiranya akan dikunjungi Farhan dengan wanita simpanannya. D
Read more
Chapter 15
"Kita sudah di parkiran sekarang. Di sebelah mana mobilmu?" tanya Kendrick kepada Rania.Ya, pria yang meminjamkan jasnya untuk menutup kepala Rania dan membawa wanita itu keluar adalah Kendrick. Dia tak sengaja melihat semuanya dan merasa kasihan dengan Rania yang menangis di tengah keramaian.Rania langsung membuka jas yang menutupi kepalanya lalu memberikannya kepada sang pemilik. Tangisnya sudah reda, tetapi wajah cantiknya sekarang terlihat sembab dan kusut."Terima kasih sudah membawaku keluar dari sana," ucap Rania sembari memberikan jas ditangannya kepada Kendrick dengan pandangan tertunduk. Rania masih belum menyadari bahwa orang yang membantunya itu adalah teman SMA-nya. Dia merasa malu atas apa yang sudah terjadi beberapa saat yang lalu."Apa kau baik-baik saja?" tanya Kendrick. "Mungkin kau butuh tumpangan? Aku bisa antar kamu ke tempat tujuanmu," sambungnya lagi.Kendrick tidak bermaksud jahat atau apa pun itu. Dia hanya mencoba menawarkan
Read more
Chapter 16
Rania menepikan mobilnya di tempat sepi karena tidak tahan lagi harus menyetir dalam keadaan emosi. Tangan dan seluruh tubuhnya bergetar, dadanya sesak bagai diremas-remas. Dia berusaha menguatkan hatinya. Namun, sekuat apa pun dia mencoba, tetap saja rasanya sangat sakit.Hati tak kuasa menahan perih. Suami tercintanya terbukti berkhianat dan secara terang-terangan lebih membela kekasihnya dari pada Rania, istri sahnya.Rania melipat kedua tangannya pada kemudi mobil lalu membenamkan wajahnya di sana. Tangisnya kembali pecah. Dia benar-benar merasa sangat hancur.Suara dering ponsel menyala cukup lama berhasil menarik Rania dalam lamunannya. Dia menghentikan tangis dan menghapus air matanya sebelum menjawab telepon tersebut."Ra, kau di mana sekarang?" tanya Lalita dari balik telepon.Bukannya menjawab, Rania malah menangis sesenggukkan. Hal tersebut membuat Lalita yang mendengarnya menjadi sangat khawatir."Ra, jawab aku. Kamu di mana sekarang? Aku aka
Read more
Chapter 17
"Rania ...."Lalita berlari menghampiri Rania lantas langsung memeluknya erat. Dia bersyukur belum terlambat menyelamatkan sahabatnya dari orang-orang jahat."Kau baik-baik saja? Apa mereka sudah melukaimu?" tanya Lalita dengan suara cemas.Dia memerhatikan penampilan Rania dari atas hingga ke bawah. Memastikan sahabatnya itu tidak mengalami cedera sedikit pun. "Aku baik-baik saja karena kau datang tepat waktu," jawab Rania."La, bawa Rania ke mobil dan kunci pintunya!" titah Kendrick.Lalita mengangguk mengiakan, dia membawa Rania ke mobilnya agar aman dari para preman. Sementara itu, Kendrick berusaha melumpuhkan dia preman lainnya yang masih mencoba melawan."Minum ini, Ra." Lalita memberikan sebotol air mineral kepada Rania.Wanita itu menerimanya dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah karena tenggorokannya sudah terasa kering sedari tadi. Tubuhnya masih bergetar karena ketakutan. Pandangannya tak lepas memerhatikan keadaan di luar,
Read more
Chapter 18
"Ra, serius kau tidak mau menginap dulu di rumahku?" tanya Lalita sembari melihat sekilas ke arah bangunan rumah milik Rania."Hm." Rania mengangguk. "Tidak ada gunanya aku menghindar dari semua ini, La. Aku harus menyelesaikannya sesegera mungkin," jawab Rania. Dia menghela napas berat setelah mengakhiri kalimatnya."Terima kasih ya, kamu sudah menolongku hari ini. Aku tidak tahu jika kau tidak ada saat itu," ucap Rania lirih dengan sorot mata berkaca-kaca.Ketakutan itu kembali mencuat saat dia mengingat kembali kejadian bagaimana para preman itu ingin mencelakainya."Jangan berterima kasih padaku, tapi pada Ken. Dia yang sudah menolongmu," sahut Lalita sambil tersenyum tipis kemudian melirik ke arah Kendrick yang berdiri di sebelahnya.Rania melirik Kendrick, timbul rasa canggung di hatinya setiap kali melihat pria itu."Terima kasih untuk semuanya," ucap Rania tulus.Kendrick tersenyum tipis lalu mengangguk pelan."Lain kali kau harus lebih b
Read more
Chapter 19
Plak!Refleks tangan Rania melayang dan mendarat dengan mulus tepat di wajah Farhan. Deru napas Rania menaik turun tak beraturan karena emosi."Dasar brengsek! Apa kau tidak punya hati, hah?! Kenapa kau melakukan semua ini kepadaku? Kenapa Farhan?" teriak Rania histeris sambil menarik kerah kemeja suaminya.Tangisnya tak terbendung lagi. Dia beranjak dari duduknya lalu melemparkan benda apa pun yang ada di dekatnya ke arah Farhan. Emosinya sudah meluap hingga ke ubun-ubun.Sementara itu, Farhan tidak bergerak. Dia menerima apa pun yang dilakukan oleh istrinya untuk melampiaskan segala rasa sakit dan juga kecewa. Farhan sadar, semua ini terjadi karena kesalahannya."Maafkan aku, Rania," ucap Farhan lirih."Maaf kau bilang? Setelah semua ini terjadi, setelah membuat hatiku sakit, setelah berselingkuh dan membuat wanita lain hamil. Kau baru meminta maaf. Kau gila, Farhan! Di taruh di mana otakmu itu, hah?!" teriak Rania emosi."Aku harus bagaimana, Rani
Read more
Chapter 20
Sejak pagi Rania tidak keluar dari kamarnya. Pikirannya sangat kacau hingga membuat dia merasa tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas apa pun.Kenyataan yang baru saja di ketahui membuat Rania merasa sulit untuk menerimanya. Tentu saja. Memangnya siapa yang tidak sakit hati pasangannya berselingkuh. Wanita mana yang rela suaminya berbagi kasih dengan wanita lain?Kalau pun ada yang mau dimadu, Rania yakin itu hanya karena terpaksa, bukan sepenuhnya ikhlas.Rania mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia melihat sederet angka milik Lalita menghubunginya. Rania langsung menggeser icon berwarna hijau lalu menempelkan benda pipi itu di samping telinganya."Kau sedang apa sekarang?" suara lembut dari balik telepon itu menyapa telinga Rania."Aku tidak sedang melakukan apa-apa," jawab Rania sambil menghela napas berat. "Aku bingung harus melakukan apa sekarang, La. Kenyataan ini membuat hidupku terasa hampa. Aku hancur sekarang," ucapnya lirih ta
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status