Semua Bab Mertua Jahat Tak Tahu Aku Kaya: Bab 11 - Bab 20
97 Bab
Aksi Ketiga (3)
Di depan televisi kulihat sosok Mas Bowo, suami Mbak Yuni sedang menemani kedua anaknya menonton film kartun.Ah, ada apa ya sampai semua orang itu seolah sengaja berkumpul di rumah ini sekarang? Ingin menyambut kepulangankukah? Ingin cari masalah baru lagikah denganku? Ya, Tuhan. Kapan permusuhan dengan ibu mertua dan kakak ipar ini bisa segera berakhir? Aku mulai jenuh dan bosan rasanya, meski jujur ada keseruan saat bisa membalasnya.Sembari menghela nafas, aku mengetuk pintu pelan. Tak lama menunggu, pintu pun terbuka dan sosok mbak Yuni muncul dengan api kemarahan di wajahnya."Hei, ipar sia*an! Pulang juga akhirnya kamu? Dari tadi mbak telpon nggak kamu angkat kenapa? Budek ya?" sentaknya kasar sembari menghempaskan daun pintu saat aku sudah berada di dalam rumah.Mendengar bentakannya, aku menyahut pelan, 'Oh, aku lagi di jalan. Kenapa emangnya, Mbak?" tanyaku dengan tenang. Kuedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan ibu sedang berkacak pinggang dengan mata melotot tajam p
Baca selengkapnya
Aksi Ketiga (4)
Melihat mas Alvin datang, bukannya cemas ibu justru bersikap biasa-biasa saja. Dengan tenang ia berusaha menenangkan Mas Alvin."Tenang, Vin. Ibu bukan mau berbuat jahat sama istri kamu tapi mau melihat kejujurannya saja. Barusan ibu lihat dia beli perhiasan seharga sepuluh juta rupiah. Duit dari mana coba kalau katanya gaji kamu saja sudah habis? Apa kamu nggak curiga istri kamu ini sudah berbuat yang tidak-tidak di luar? Ingat, Vin zaman sekarang banyak wanita murahan yang rela menjual dirinya demi kemewahan, tak terkecuali istri kamu! Apa kamu mau punya istri model begitu? Ibu yang nggak rela, Vin kalau kamu punya istri seorang pelac*r! Ibu yang nggak rela punya mantu wanita nggak punya harga diri!" teriak ibu sok merasa paling benar, padahal tidak."Bu, sebelum ibu mencurigai Vira, ibu sudah coba tanya baik-baik belum? Tolong, Bu jangan suudzon sama menantu ibu sendiri. Vira bukan wanita seperti itu, Bu. Alvin percaya sama Vira," ujar Mas Alvin membelaku, tetapi nampaknya ibu dan
Baca selengkapnya
Tak Semudah Itu Merayuku, Bu! (1)
Mendengar perintah ibu, Mbak Yuni buru-buru mengambil ponsel dan mengotak-otak benda pipih itu. Entah apa yang dia lakukan, tetapi sesaat kemudian, perempuan itu mengangkut ponselnya ke udara."Kamu nulis di sini? Apa nama akunnya? Kamu bikin cerita apa di sana?" tanya Mbak Yuni dengan ekspresi campur aduk, antara percaya dan tidak jika aku berhasil masuk jajaran penulis populer di sana.Aku menyebut nama akun yang kugunakan untuk menulis beserta judul cerita yang alhamdulillah mulai menghasilkan pundi-pundi uang itu. Novel yang sejak pertama kali kuposting di grup kepenulisan yang terdapat pada aplikasi biru itu mendapat puluhan ribu like.Saat kupindahkan bab selanjutnya di aplikasi berbayar ini alhamdulilah juga ramai yang mengikuti dan membeli ceritaku di sana, hingga akhirnya saat ini aku berhasil mengumpulkan rupiah lumayan besar dari sana.Ya, mungkin ini jalan dari Allah yang hendak membukakan pintu rezeki setelah sekian lama ditindas dan dihina m
Baca selengkapnya
Tak Semudah Itu Merayuku, Bu! (2)
"Mas, sampai kapan aku harus menerima perlakukan buruk dari ibu dan Mbak Yuni? Aku capek, Mas kalau harus selalu dihina dan disalahkan seperti ini." ucapku pada Mas Alvin saat kami sudah berada di dalam kamar. Suamiku itu duduk di tepian ranjang dengan wajah terlihat kusut. Ah, aku bisa menduga seperti apa perasaannya, sedih pasti mendapati istri yang dicintainya ini selalu dijadikan bulan-bulanan oleh mertua yang notabene ibu kandungnya sendiri. Tapi, sebagai anak kandung mungkin tak banyak yang bisa dilakukan karena pasti sulit baginya untuk memilih, ibu atau istrinya sendiri."Sabar dulu, ya Vir. Pelan-pelan ibu pasti bisa berubah. Bukankah Allah maha membolak-balikkan hati manusia. Siapa tahu setelah melihat kamu sukses sebagai penulis, ibu tidak lagi bersikap menghina, begitu juga mbak Yuni, semoga bisa akur nantinya...." ucap Mas Alvin sembari membingkai wajahku dengan tatapan berbinar."Maksud, Mas?" aku merasa ada yang janggal pada ucapan Mas Alvin. Apa maksudnya jika ibu tah
Baca selengkapnya
Tak Semudah Itu Merayuku, Bu! (3)
"Jadi, kamu tak mau mengalah, gitu Vira? Baiklah, kalau begitu jangan mengeluh lagi. Terima saja sikap ibu dan Mbak Yuni. Anggap ujian hidup dan rumah tangga. Bukankah setiap manusia akan diuji dengan hal yang tidak disukainya? Jadi terima saja ini sebagai ujian yang harus kamu lewati dalam hidupmu.""Mas, bukan begitu maksudku. Maksudku....""Sudahlah, aku capek bertengkar. Aku membelamu di depan ibu dan Mbak Yuni karena rasa sayang yang kurasakan padamu. Begitu pula yang kulakukan saat ini, demi rasa sayang karena tak ingin kehilanganmu, aku meminta kamu mengalah pada ibu. Berikan ibu yang beliau mau maka semuanya beres. Ibu senang, rumah tangga kita nyaman. Itu saja maksud Mas, bukan yang lain...."Mendengar ucapan Mas Alvin itu aku terdiam. Bingung bagaimana harus bersikap ke depannya. Jika aku mengalah, aku takut hanya dimanfaatkan saja, sementara jika tetap bersikap keras maka bukan tidak mungkin, yang diucapkan Mas Alvin akan terus terjadi hingga aku lela
Baca selengkapnya
Tak Semudah Itu Merayuku, Bu! (4)
"Ma, aku pengen udang goreng tepungnya lagi dong...." seru Dea, si sulung pada ibunya."Aku juga mau dimsumnya lagi, enaaakk...." timpal Deo, si bungsu."Iya, iya tenang aja. Apa yang kalian suka pasti akan dibelikan. Sekarang Tante Vira 'kan kaya, duitnya banyak. Nanti jangan lupa sebelum berangkat sekolah, salim dulu ya, biar dikasih uang jajan.""Iya, ibu juga udah pengen beli baju baru soalnya dah lama nggak beli baju. Kamu Yun, mau minta apa?" ibu membuka suara dengan nada penuh percaya diri merasa yakin aku pasti akan mengabulkan semua permintaannya."Aku pengen ganti ponsel baru aja, Bu, soalnya ponsel yang ini suka rebutan sama Dea dan Deo. Kalau ada hp baru kan enak, bisa online tanpa terganggu."Apa ponsel baru? Nggak salah? Benda paling murah di atas 1,5 k itu mau minta dibelikan olehku? Ck...ck...ck.... Apa ponsel baru? Nggak salah? Benda paling murah di atas 1,5 k itu mau minta dibelikan olehku? Ck...ck...ck....Hmm
Baca selengkapnya
Perpisahan (1)
"Vir, kenapa sih kamu ngasih uang ke orang tua kamu kok nggak ngomong-ngomong dulu sama kita? Alvin aja sampai nggak tahu waktu ibu tanya soal itu. Nggak boleh lho gitu, Vir. Istri itu harus patuh sama suaminya. Apa-apa harus izin suami dulu, kalau nggak izin bisa kualat, bisa jadi istri durhaka, betul nggak, Vin? Yun?" celetuk ibu sembari menoleh pada sosok Mas Alvin dan Mbak Yuni yang duduk di samping beliau saat aku baru saja masuk ke dalam rumah usai makan di cafe seberang jalan yang menjadi langganan sejak aku tak pernah lagi masak karena gaji Mas Alvin sudah diserahkan suamiku itu pada ibunya. Selain rasanya yang enak, harga makanannya juga tidak terlalu mahal. Cocok untuk kantong orang yang harus makan di luar setiap hari sepertiku.Mendengar ucapan ibu, Mbak Yuni yang duduk di samping beliau mengangguk-anggukkan kepala tanda mendukung ucapan ibunya. Sementara Mas hanya menatapku dengan pandangan tajam dari tempat ia duduk.Beberapa hari ini sejak Mas Alvin tak lagi menyerahkan
Baca selengkapnya
Perpisahan (2)
"Nggak papa, Mas aku cuma bosan aja makan di rumah. Lagi pula setiap hari ibu dan Mbak Yuni nggak pernah masak, kok. Semua makanan pesan dari luar. Jadi, nggak ada bedanya 'kan aku sama ibu? Betul nggak, Bu?" Aku melempar pandang pada ibu yang terlihat salah tingkah saat aku jujur mengatakan pada Mas Alvin mengenai kebiasaan mereka yang setiap hari memesan makanan dari luar, hingga nyaris menghabiskan gaji Mas Alvin yang tidak banyak itu."Hmm ... ya, sudah, nggak usah bertengkar lagi, nggak usah dibahas lagi, oke? Sekarang gini aja, kamu masih punya uang 'kan, Vir? Nggak habis semua dikirimkan ke bapak kamu, 'kan? Bisa tidak ibu minta tiga juta saja untuk tambahan sampai akhir bulan? Kamu kan ikut tinggal di rumah ini, tidur di rumah ini, mandi, buang air, dan pakai listrik di sini, jadi wajar bukan kalau kamu juga harusnya ikut menanggung semua biaya itu? Ingat lho, Vir nggak ada yang gratis di dunia ini. Coba bayangkan kalau kamu harus ngontrak rumah sendiri, sudah berapa coba? Yun
Baca selengkapnya
Perpisahan (3)
"Jadi kamu nyalahin ibu? Kamu tahu nggak sekarang semua kebutuhan pokok serba mahal? Nggak cukup gaji Alvin buat makan kita bertujuh selama satu bulan, tahu!" Ibu mulai terlihat marah. Mungkin emosi mendengarku yang hanya santai menanggapi perkataan dan permintaannya barusan.Apa? Makan bertujuh? Jadi, Mbak Yuni dan keluarganya statusnya juga ibu masukkan menjadi orang orang yang harus Mas Alvin tanggung jawabi kebutuhan makannya setiap bulan? Aneh! Pantas saja, beliau nggak pernah protes kalau Mbak Yuni dan keluarganya menghabiskan makanan di rumah ini. Ternyata ini alasannya.Mungkin tidak terlalu menjadi masalah buat Mas Alvin jika gajinya besar. Namun, masalahnya karena gaji Mas Alvin hanya bertengger di angka lima juta tentu saja tidak akan cukup dipergunakan untuk membiayai semua pengeluaran. Lagipula apa gunanya Mas Bowo menjadi suami jika Mbak Yuni dan anak-anaknya harus numpang makan sama Mas Alvin? Bukankah tugas suami adalah menafkahi keluarganya? Sungguh, aku tak mengerti
Baca selengkapnya
Perpisahan (4)
"Dasar menantu durhaka kamu, suami sama mertua kesulitan, kamu malah mau tutup mata begitu aja! Dasar mantu nggak punya hati! Pergi kamu dari rumah ini sekarang juga kalau kamu nggak mau ikut peduli dengan kesulitan di rumah ini! Ibu juga nggak sudi punya menantu seperti kamu lagi! Menantu nggak ada gunanya. Udah, Vin. Kamu ceraikan saja dia, dan nikah sama Ayu. Ibu 'kan udah bilang, lebih baik kamu nikah sama Ayu daripada sama dia. Ayu anak orang kaya, nggak pelit, nggak perhitungan. Kalau kamu nikah sama dia, pasti dia mau ngasih modal usaha agar hidupmu lebih sukses dari sekarang. Nggak kere seperti ini karena punya istri tidak mau peduli dengan kesulitan suaminya sendiri!""Bener, Vin. Nikah sama Ayu aja biar kita nggak kesulitan uang lagi. Daripada punya istri belagu kayak dia. Baru punya duit dikit aja udah sok-sokan. Dasar miskin, begini nih kalau punya uang, sombong!" timpal Mbak Yuni pula dengan nada sinis."Bu ... Mbak! Jangan ngomong seperti itu sama Vira? Jangan usir dia,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status