Semua Bab Istri Belian: Bab 11 - Bab 20
102 Bab
Bab 11|Percakapan Pertama
Aku tidak berniat menjawab telepon itu karena aku tidak punya hubungan apa pun lagi dengan mereka. Tetapi mengingat sifat mantan ibu mertuaku itu, yang tidak akan berhenti mengganggu aku sampai aku menjawab panggilan darinya, maka aku menjawabnya. “Kamu ada di mana? Mengapa kamu tidak ada di rumahmu?” tanyanya tanpa basa-basi. “Maaf, Tante.” Aku sengaja memberi penegasan pada kata tante. “Kita sudah tidak punya hubungan apa pun lagi, jadi aku tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan itu.” “Tidak punya hubungan? Kamu adalah janda putraku. Sampai kamu mati nanti, kamu masih punya kewajiban kepadaku. Putraku sudah tidak ada, maka mengurus keperluanku dan adik-adiknya sudah menjadi tanggung jawabmu,” katanya dengan tegas. Perempuan ini memang sudah gila dan tidak tahu malu. Aku dan Bakti sudah bercerai secara resmi lewat kematian. Kami tidak punya anak, lalu apa yang masih mengikat antara aku dan keluarganya? Tidak ada. Apa wanita ini pura-pura tidak tahu mengenai fakta tersebut
Baca selengkapnya
Bab 12|Teman Lama
Seorang pria bertubuh lebih tinggi dariku, tersenyum ramah. Wajahnya persegi dengan tulang pipi yang menonjol dan rahang yang tegas. Hidungnya mancung dengan bibir yang tipis di atas dan tebal di bagian bawah. Dahinya yang lebar dia tutupi dengan poni berbelah pinggir yang sedikit menutupi matanya. Rambutnya lurus dan tebal. Yang menarik adalah matanya tertutup saat dia tersenyum. “Jangan bilang, kamu sudah lupa kepadaku,” kata pria itu sambil memicingkan matanya. “Baru-baru ini kita bicara di telepon, bagaimana mungkin aku melupakan kamu?” Aku membalas senyumnya. “Kamu banyak berubah, jadi aku sedikit pangling.” Pria bernama Elan ini adalah teman sekelasku semasa SMU. Aku tidak ingat apa yang membuat kami dekat, tetapi kami cukup sering bersama sampai teman-teman berpikir kami berpacaran. Dia adalah sahabat baikku, jadi aku tidak tertarik untuk punya hubungan lebih dari itu. Lagi pula semasa SMU, aku sudah jatuh cinta pada sahabat baik Kak Pangestu. Bakti datang ke rumah hampir se
Baca selengkapnya
Bab 13|Tawaran Pekerjaan
Aku diam sejenak dan tidak tergesa-gesa menanggapi kalimatnya itu. Seingatku, tidak ada satu poin pun dalam surat perjanjian pranikah kami yang membahas tentang pekerjaanku. Lagi pula aku terikat kontrak kerja, tidak mungkin bisa meninggalkan posisiku sembarangan. Selama aku menikah dengan Ben, dia akan memberi aku uang bulanan yang cukup besar. Jumlah uang itu jauh lebih besar dari gajiku sebagai sekretaris Pak Luis. Bila aku tidak bekerja, maka aku tidak akan kekurangan uang. Aku yakin uang pemberiannya itu tidak akan habis aku gunakan. Aku akan tinggal bersamanya, makan di rumahnya, tidak ada yang perlu aku beli dengan uangku sendiri. Tetapi ketika kami bercerai nanti, bagaimana aku membiayai hidupku? Meskipun dia akan memberi aku banyak uang saat kami berpisah, uang itu hanya akan aku terima apabila kami genap menikah selama satu tahun. Usia manusia tidak ada yang tahu, bagaimana kalau kakeknya meninggal dalam waktu dekat? Aku tidak akan mendapat uang satu miliar yang tertera pad
Baca selengkapnya
Bab 14|Opsi yang Terbaik
Dia tertawa kecil. “Apa kamu tidak membaca detail properti yang aku miliki? Ini bukan satu-satunya apartemen di gedung ini yang aku punya, Ima.” Wow. Dia tidak membeli sebuah penthouse melainkan beberapa apartemen? Itu di luar dugaanku. “Ben, daftar harta yang kamu miliki ada banyak dan aku tidak tertarik membacanya. Semua itu milikmu, untuk apa aku menghafal semuanya?” Dia berjalan menuju ruang tengah, aku mengikutinya. “Karno tinggal di apartemen nomor tiga, sedangkan Gayuh dan Mara di apartemen nomor dua. Mereka adalah pengurus apartemenku. Mara juga bertugas sebagai koki. Tetapi sebulan sekali aku meminta mereka untuk memanggil jasa untuk membersihkan ketiga apartemen secara menyeluruh.” Dia duduk di sofa. “Apartemen dua dan tiga yang ada di lantai ini juga?” tanyaku mengonfirmasi. “Iya. Gayuh dan Mara sudah menyusun barang-barang pribadi kamu di kamar utama. Aku akan tidur di kamar kedua. Kita hanya tinggal di sini pada hari kerja agar kita tidak perlu berangkat terlalu pagi k
Baca selengkapnya
Bab 15|Dia Berbeda
~Benedict~ Pernikahanku dengan Delima hanya sementara, jadi aku tidak mau kami terlalu akrab. Setiap kali dia mengarahkan percakapan kami ke area pribadi, aku memilih untuk diam atau tersenyum. Dia tidak bersikap seperti perempuan manja dan kekanak-kanakan. Begitu dia melihat bahwa aku tidak akan membicarakan hal pribadi, dia tidak marah atau protes. Sebaliknya, dia mencari topik aman sampai aku mau meresponsi pertanyaan atau pernyataannya. Kali ini aku tidak salah memilih istri. Dia bukan sekadar perempuan depresi yang ingin lepas dari utang besar yang melilitnya. Namun dia juga adalah wanita yang memegang kata-katanya. Dia tidak lari dari pernikahan kami dan sepertinya dia adalah istri yang baik yang suka melayani suami. Selama suaminya masih hidup, dia pasti sering membuatkan makanan atau minuman untuknya. Aku terbiasa menerima tatapan jijik, kasihan, atau mengejek dari perempuan, bahkan laki-laki, yang melihat keadaanku. Tetapi dia tidak pernah melihat aku seperti itu. Dia bersi
Baca selengkapnya
Bab 16|Orang Kepercayaan
Yang aku sukai dari Karno adalah kejujurannya. Delima pasti meminta dia untuk tidak melaporkan apa pun kepadaku, tetapi sopirku lebih memilih untuk mendengarkan perintahku. Ini adalah salah satu alasan aku memercayai Karno. Aku sudah terbiasa mendengar laporan buruk. Segala hal yang terjadi dalam hidupku, selama aku masih menjadi anak yang disembunyikan oleh keluargaku sendiri, akan selalu buruk. Jadi, aku tidak terkejut saat Karno menyebut ada hal yang terjadi di luar rencana. “Masalah apa?” tanyaku sambil lalu. Aku tidak mau memberi kesan bahwa aku khawatir, juga tidak mau dianggap tidak peduli kepadanya. Biar bagaimana pun, wanita itu adalah bagian terpenting dari rencana besarku ke depan. “Nyonya tidak sengaja bertemu dengan Ibu Eloisa dan Ibu Jennifer di toko perabotan, Tuan. Mereka memperlakukan Nyonya dengan buruk,” lapornya dengan jujur. Aku mengangguk mengerti, sudah bisa membayangkan apa yang dilakukan adik dan adik iparku kepada istriku di tempat umum. “Delima bisa melad
Baca selengkapnya
Bab 17|Tawaran yang Menggiurkan
“Jangan khawatirkan apa yang mereka katakan. Aku menangani segalanya dengan baik,” katanya dengan santai. “Aku tahu hubungan kamu dengan mereka tidak baik, jadi sebaiknya kamu tidak mencari masalah dengan mereka.” Dia menghindar untuk menjawab pertanyaanku. Aku sudah bisa bayangkan apa yang mereka katakan kepadanya. Semoga saja mereka tidak menghina dia dan menyinggung mengenai statusnya sebagai seorang janda. Dia masih dalam suasana duka dan menyerang dia lewat statusnya itu sangatlah jahat. Eloisa dan Jennifer ternyata belum berubah. Mereka tidak membutuhkan apa pun lagi di rumah mereka. Setiap ruangan sudah mempunyai perabotannya masing-masing yang dipilih langsung oleh desainer interior ternama. Mereka pasti hanya mau membuang-buang duit membeli perabotan yang tidak akan mereka gunakan untuk jangka waktu panjang. Karena lokasi kantor Delima lebih jauh, Karno mengantar aku terlebih dahulu. Delima menolak dan berniat menggunakan angkutan umum, tetapi aku tidak mengizinkannya. Dia
Baca selengkapnya
Bab 18|Adik Ipar
~Delima~ Aku sudah lama tidak membeli perabotan baru, apalagi ke tempat yang menyediakan barang mahal dan sangat bagus seperti ini. Karno mengantar aku ke pusat penjualan segala hal yang dibutuhkan di sebuah rumah yang menjadi langganan Ben. Aku meminta dia untuk pergi ke tempat lain, tetapi Ben menginstruksikannya untuk membawa aku ke tempat ini. Harga yang tertera pada setiap perabotan yang ingin aku beli sangatlah mahal. Walaupun aku memegang sebuah kartu yang nilainya pasti melebihi semua barang yang akan aku beli, aku tidak tega mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk perabotan saja. “Beli saja apa yang Anda butuhkan, Nyonya. Saya yakin Tuan tidak akan keberatan,” ucap Karno menghalangi aku untuk pergi dari meja makan yang sedari tadi menarik perhatianku. Aku mendesah pelan. “Baiklah.” Aku meminta kepada seorang pelayan yang kebetulan lewat untuk membuat kuitansi pembelian meja makan tersebut. Setelah membeli dua lemari, meja dan kursi santai untuk diletakkan di teras, aku
Baca selengkapnya
Bab 19|Sudah Terjual
Agar suaraku tidak bergema di dalam toilet, aku menjawab panggilan tersebut di luar. Seorang wanita memperkenalkan dirinya kepadaku dan menyebut bahwa dia dan suaminya tertarik untuk membeli rumahku. Aku hampir saja berteriak senang mendengarnya. Mereka ingin bertemu denganku secepatnya karena tidak mau didahului oleh pembeli yang lain. Aku menjauhkan ponsel itu dari telingaku untuk memerhatikan layarnya. Iya, ponsel itu masih terhubung dengan penelepon tersebut. Aku tidak sedang bermimpi. “Bila memungkinkan, kami ingin bertemu dengan Anda malam ini. Kami sedang melewati gang di mana rumah Anda berada dan kami tertarik dengan rumah itu. Kami memang mencari rumah kecil untuk bisa kami tempati. Kami baru saja menikah dan tidak berencana memiliki anak. Jadi, rumah ini sangat sempurna!” ucap wanita itu setengah mendesak. “Ah, tetapi ada yang perlu Ibu ketahui mengenai rumah tersebut,” kataku tidak mau merasa senang sebelum semuanya pasti. “Suami saya meninggal di rumah itu dan—” “Kami
Baca selengkapnya
Bab 20|Membuat Dia Bahagia
~Benedict~ Delima bicara dengan antusias dengan pasangan suami istri yang terlihat begitu bahagia di depan rumahnya. Tangan kiri pria itu melingkari pinggang istrinya dan mereka terlihat sangat serasi. Tubuh pria itu sedikit lebih tinggi dari istrinya. Pemandangan yang ideal. Aku tidak akan bisa memberikan kesan yang sama kepada siapa pun bila aku berdiri di samping Delima. Karno bahkan terlihat lebih serasi berada di sisinya. Dengan tubuh pendekku, aku lebih cocok menjadi anaknya daripada suaminya. Lagi pula aku perlu menjaga perasaan pasangan itu. Mereka bisa saja membatalkan niat mereka untuk membeli rumah itu jika melihat keadaanku. Jadi, lebih baik aku menunggu di dalam mobil sampai urusan mereka selesai. Aku menoleh ke arah rumah yang telah membuat mereka jatuh cinta. Nelson memang tidak salah memilih orang untuk merenovasi rumah tersebut. Hanya dalam waktu satu hari mereka berhasil membuatnya sangat indah hingga membuat pembeli jatuh cinta pada pandangan pertama. Delima men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status