All Chapters of Tukar Pasangan (Jodoh)?: Chapter 151 - Chapter 160
203 Chapters
Bab 151. Di Antara Dua Pilihan
Aku berjalan memasuki rumah bagaikan zombi. Hatiku saat ini sakit bukan main. Emak Momod yang sedang menjemur di rumah sebelah melihatku sekilas dan langsung menghampiriku. Dia gegas meninggalkan jemuran pakaian yang hendak diambilnya karena hari sudah menjelang sore.Detik selanjutnya kami sama-sama merosot ke lantai rumahku dan aku terisak hebat setelah menceritakan apa yang terjadi di posyandu sampai ke bagaimana dengan bodohnya aku mengusir Tsabit padahal aku masih cinta. Sejak dulu aku memang dekat dengan emaknya Momod, dia bahkan lebih erat dibanding Mamak kandung sendiri. Aku sudah gak segan-segan curhat padanya.Aku memegangi dadaku, sesak menjelar hingga aku kesulitan bernapas. Emak yang tahu aku menangis karena apa terus mengelus punggungku dan berbisik. "Sabar ya Han, sabar ... Emak gak tahu harus bantu apa. Emak mah cuman bisa bantu doa semoga masalah kamu dan Den Tsabit bisa selesai. Biar kalian bisa bareng-bareng lagi. Udah sekarang mah kamu fokus saja kuliah. Biar kal
Read more
Bab 152. Pertanyaan Menjebak
POV AuthorTsabit mengunci mobil saat selesai memarkirkannya di pelataran rumah sakit. Setelah melalui perbincangan alotnya dengan Hana, akhirnya istri bar-barnya itu setuju untuk pergi ke Bandung menemui ibunya tapi dengan satu syarat yaitu dia ingin pergi sendiri. Hana menolak pergi bareng dengan Tsabit, entah alasan apa.Dasar. Baru kali ini Tsabit menemukan wanita yang sangat keras kepala seperti Hana. Namun, anehnya lelaki itu sangat menyukainya bahkan si pria perfectionist itu mencintai Hana lebih dari yang ia tahu. Sehingga, meski Hana kadang mengajukan syarat yang absurd, Tsabit gak masalah. Baginya membuat Hana gak jadi datang ke rumah Surya dan memilih datang ke Bandung saja sudah sebuah keajaiban. Mengingat kalau mereka sedang bertengkar, Tsabit merasa perjuangannya untuk ke Sumedang gak sia-sia. Sebenarnya, tadi Tsabit hampir putus asa karena saat dia mendekat ke arah rumah Hana, dia melihat saingan terbesarnya Surya sedang mengobrol dengan istrinya. Sayup dia mendengar
Read more
Bab 153. Modus Kebohongan
Berdiri di antara dua pilihan itu emang paling nggak enak. Baik Tsabit mau pun Surya, keduanya sama-sama lelaki yang memiliki porsinya masing-masing di hidupku. Namun, layaknya memakan buah simalakama tetap saja aku harus memilih salah satu. Terlebih perasaanku sudah lebih condong pada Tsabit walau di sisi lain aku sadar benteng pemisah kami terlampau tinggi.Aku yang begitu banyak masalah dan dia yang hidup bagaikan pangeran. Sungguh, berbeda jika harus disandingkan. Mungkin itu juga yang dipikirkan Surya, dia sengaja menyatakan cintanya padaku karena melihat jurang antara aku dan Tsabit begitu jauh sehingga dia berpikir bisa memiliki peluang lebih karena sebelumnya aku pernah ada rasa tapi sayangnya waktu telah berputar, untuk Surya tak ada lagi yang tertinggal selain persahabatan terutama hatiku pun tak bisa begitu saja berpindah haluan. Aku mengikrarkan diri, mencintai Tsabit. Itu kenyataannya. Sekali pun aku ragu bisa memilikinya tapi setidaknya aku tak membohongi diri dan beran
Read more
Bab 154. Mobil Bergoyang
Terjebak dan tidak bisa lari ke mana-mana membuat Hana tidak mempunyai pilihan selain mengikuti Tsabit yang akan membawa Hana ke rumah baru mereka. Gadis yang tadi sibuk ingin melarikan diri demi menjelaskan kebohongan yang Tsabit lakukan pada ibunya terpaksa terhenti akibat pernyataan cinta Tsabit yang di luar dugaan.Mata Hana berkedip beberapa kali, mencerna pernyataan Tsabit yang membuatnya sangat terkejut. Alis gadis cantik itu terangkat, meminta penjelasan lebih. "A-apa Mas? Mas gak lagi bercanda, kan?" tanya Hana tak percaya. Saking tak menyangkanya dia sampai memundurkan badannya sangat rapat dengan jendela mobil. Hana merasa kalimat Tsabit tersebut bagaikan keajaiban, dia mengira kalau Tsabit kesurupan. Rasanya mustahil seorang pangeran yang pernah mencintai wanita lain kini menaruh hati padanya.Namun, sayangnya meski Hana sangat senang hingga mau lompat indah sambil renang tetap saja ada yang mengganjal. Tak dipungkiri pengakuan Tsabit itu membuat Hana semakin gamang.Men
Read more
Bab 155. Obsesi Tari
POV AuthorDalam perjalanan menuju kantor Tsabit berulang kali menyugar rambutnya frustasi. Mengingat semua kekacauan yang terjadi sebulan ini dan gairahnya yang tertahan akibat masalah kebocoran data membuat Tsabit ingin sekali murka kepada siapa saja. Namun, walau begitu emosi, sekuat tenaga terpaksa Tsabit menahannya karena dia marah-marah pun percuma tidak bisa menyelesaikan masalah.Sebenarnya, jika saja bukan karena masalah kebocoran data ini Tsabit malas sekali datang ke kantor. Pikiran dan hatinya kini sangat bertolak belakang, hatinya ingin sekali tetap bersama Hana di rumah sementara pikirannya malah memikirkan perusahaan.Mungkin itulah yang menyebabkan pria itu sekarang merasa kepalanya sangat sakit. "Kapan coba gue bisa malam pertama? Kapan? Berengsek! Gara-gara penyadap nih gue jadi begini!" racau Tsabit menggurutu selama menyetir. Lelaki itu terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke daerah Pahlawan Central Business sambil sesekali menghubungi Tsan
Read more
Bab 156. Belah Duren
POV Author.Tsabit memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa. Saat ia masuk, Tsabit disambut Mbok Nah yang berlari tergopoh-gopoh menyongsong juragannya. Wanita itu terlihat merasa bersalah karena terlambat membukakan pintu padahal Tsabit memang sengaja gak mau membangunkan Mbok Nah. Terutama, dia sudah membawa kunci sendiri."Loh kok Mbok bangun? Sudah tidur lagi aja," titah Tsabit pengertian. Dia paham betul kalau usia Mbok Nah sebentar lagi mau enam puluh tahun, dia tidak mau banyak merepotkan."Iya Den, soalnya takut Den Tsabit mau makan," jawab Mbok Nah sambil membetulkan dasternya yang kebesaran. Tsabit tersenyum masygul. "Nggak kok Mbok. Tidur lagi aja silahkan. Oh ya, Hana ada di kamarnya, kan?"Mbok Nah mengangguk. "Iya Den."Tsabit langsung meluncur ke kamar untuk menemui istrinya. Hasrat ingin memeluk Hana begitu meletup-letup dalam dirinya. Tak dipungkiri, setelah kejadian Tari yang memeluk Tsabit dengan menggunakan pakaian teramat minim, hormon Feromon Tsabit seolah berkali
Read more
Bab 157. Memastikan Perasaan
Mataku mengerjap pelan sambil sedikit menggeliat, entah mengapa baru saja terbangun rasanya aku ingin tidur lagi, sumpah mata ini ngantuk banget. Namun, mengingat sebentar lagi subuh aku mencoba mempertahankan mataku yang belo ini untuk tetap terbuka.Perlahan. aku melirik nakas yang ada di samping ranjang untuk melihat jam, alhamdullilah masih jam 4.00 pagi, masih ada waktu untuk bersiap-siap untuk mandi dan shalat subuh. Alamak! Capek banget rasanya. Tak kusangka yang namanya Tsabit itu emang kekuatannya bukan kaleng-kaleng. Meski sempat aku cakar punggungnya saat ia memasukkan senjatanya ke dalam gawangku karena sakit, ternyata tenaganya sama sekali gak surut. Dia terus bersemangat menyemai benih hingga aku pasrah dan terkulai tak berdaya.Sungguh, saat ini badanku terasa lemas sekali seolah tak punya energi untuk pergi. Begini nih kalau kelamaan puasa sekalinya diijinkan berbuat ternyata sang jantan minta keterusan alhasil seorang Hana yang telah hilang selaput dara-nya ini jadi
Read more
Bab 158. Kabar Meresahkan
Sudah sejam berlalu tapi rasanya percuma, ikut kuliah karyawan pun pikiranku sedang tak berada di tempatnya. Harusnya saat ini aku fokus karena ini kali pertama aku masuk kuliah setelah sekian lama mangkir dengan berbagai alasan tapi nyatanya aku malah gagal fokus."Agh, payah!"Aku mendesah sambil menelungkupkan kepala di atas meja. Sepertinya aku sudah tidak perduli lagi dengan apa yang dibicarakan oleh Pak Candra dosen yang sedang mengajar di depan sana, benakku sudah dipenuhi oleh masalahku sendiri. Sepertinya otakku yang jarang dipakai ini menolak untuk berpikir tentang Biologi karena konsentrasiku hanya untuk Tsabit, Tsabit dan Tsabit. Terlebih usai Tsabit marah-marah dan memecat Teh Tari tadi pagi, hatiku semakin gak nyaman dan kepikiran tentang apa yang akan dilakukan Teh Tari pada Tsabit sehingga suamiku semurka itu.Aneh, kenapa Tsabit tidak mau memberitahuku apa yang terjadi? Terus kenapa Ocim dan Momod seolah susah dihubungi? Kenapa aku merasa kalut di saat ancaman Teh Ta
Read more
Bab 159. Melawan Fitnah
POV AUTHORTsabit terbangun dengan kepala yang terasa berat. Tanpa sadar dia sudah tertidur di ruang kerja rahasianya yang hanya dia dan orang kepercayaannya yang tahu. Pria itu membangkitkan dirinya untuk duduk, lalu meringis karena kepalanya terasa sangat pusing. Ia memijat pelipisya sembari melihat ke arah jam dinding, siapa sangka ternyata hari sudah sore.Dia mendecak pelan, merasa menyesal. Dikarenakan kelelahan dan kurang tidur dia jadi tidak sadar kalau sudah terlelap cukup lama. Tiba-tiba dia teringat belum menghubungi Hana. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjemput Hana di kampus dan berencana mengajaknya untuk pergi kencan sebagai ganti tak mengantarkannya ke kampus tadi pagi. Tanpa pikir panjang, lelaki itu gegas berdiri dan menuju ke kamar mandi. Wudhu lalu melaksanakan shalat ashar. Setelah shalat, dia menatap pantulan bayangannya di cermin. Jelas sekali kalau saat ini wajahnya sangat pucat, kepalanya pun berdenyut sekali. Sebenarnya, ingin sekali Tsabit berist
Read more
Bab 160. Keraguan
"Dan terjadi lagi. Kisah lama yang terulang kembaliKau terluka lagi. Dari cinta rumit yang kau jalani."Lirik lagu Noah yang terus menerus mendayu di telinga via ear phone seolah meng-isyaratkan apa yang kurasa selama ini. Jujur, aku berharap Mas Tsabit-lah yang menyanyikan lagu itu sekarang.Sebagai wanita yang terlihat kuat di luar tapi kenyal di dalam, aku juga punya sisi melow yang harus diperhatikan seorang pria. Aku ingin sekarang Tsabit menhiburku dengan suaranya yang khas itu karena seharusnya dialah satu-satunya orang yang memahami betapa hancurnya perasaanku.Aku tidak tahu mengapa kisah cintaku selalu tak menguntungkan, dulu aku memendam rasa pada Surya sekarang suamiku malah difitnah meniduri wanita lain. "Haaaaah!"Aku menghela napas pelan seraya berjalan gontai menuju ke kamar apartemen milik Tsania. Malam ini aku merasa sangat penat dan ingin beristirahat. Tsania yang baik telah meminjamkannya selama aku bermasalah dengan Tsabit.Setelah kejadian penyebaran gosip yang
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status