All Chapters of Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya: Chapter 11 - Chapter 20
185 Chapters
Tak tau diri
Bapak, Mas Pandu dan Mas Haris mengobrol hingga larut sekali, aku tak ingat pukul berapa Mas Haris masuk kekamar, pagi ini dia bahkan bangun terlalu siang.Ini hari minggu, jika sesuai rencana harusnya sekarang dia sedang bercinta dengan pujaannya, tapi justeru kembali ke rumah degan wajah penuh polesan merah."Bangunmu siang sekali?"Bapak menegur saat Mas Haris turun dari tangga.Mas Haris hanya tersenyum lalu duduk di meja makan."Iya pak, Haris lelah" Ucapnya membela diri."Biasakan solat subuh berjamaah, kamu laki-laki, sehat, waras, wajib solat di Masjid! Masjid juga tak terlalu jauh."Mas Haris tersedak mendengar ucapan Bapak, jelas dia tersindir sekarang, jangankan solat sendiri, azan saja justeru tidurnya semakin pulas.Aku hanya melihatnya sambil menata makanan di piring, lalu membawanya ke meja makan. Mataku melihatnya tajam, entah mengapa ia malah salah tingkah.
Read more
Jangan remehkan aku
"Yaa Allah mbak, ada apa ini?" Seorang Wanita bertubuh gempal mendekat dan memapahku duduk di teras samping rumah Mala. " Saya ini kakak sepupunya bu, datang kemari meminta kejelasan, kenapa dia menjalin hubungan terlarang dengan suami saya." Ucapku tergugu, tentunya dengan air mata buaya."astagfirullah! " mereka mejawab bersahutan, saling pandang dan saling berbisik menaruh iba padaku."Perempuan murahan!" Celetuk wanita berambut ikal." Betul mbak Yasi, warga baru saja sudah bikin masalah!""Jangan-jangan suaminya mbak ini mobil hitam yang sering kesini itu ya? mobilnya Mobili* yaa mbak?"Aku semakin kencang menangis, saat yang disebutkan memang benar mobil mas Haris. Aku anggungkan saja kepalaku dengan kencang."Tapi ada mobil lain juga yang sering kesini lho, ganti-ganti." seseorang yang lain menimpali, aku yakin dia pemilik rumah yang sekarang aku duduki.Kubuka leb
Read more
Informasi Rahasia
Selesai kuperbaiki mobilku, aku bergegas kembali ke rumah, Emak pasti sudah menungguku cemas. Saat berkendara, aku mendengar bunyi dering, ternyata aku mendapat sebuah pesan dari ponsel rahaisaku. Segera aku menepi dan membaca pesan yang ku terima.King J[Queen, kau baik-baik saja?]Aku merasa heran dengan pertanyaan King J, apa ada sesuatu yang terjadi?'Yaa, aku baik. Ada apa King?' Kukirim sebuah voice note.King J[Dengar Queen, Jangan mendekati Mala saat ini, aku baru menemukan informasi tentangnya, kita semua harus bertemu!]' Aku baru saja mendampratnya, bahkan dia mengirim dua orang untuk menghadangku, Informasi apa? Apa terjadi sesuatu?'Sebuah voice note masuk'Kau tak apa Queen? Berhenti mendekatinya secara langsung. Mala ternyata bukan cuma gundik suamimu, dia juga terlibat jaringan obat terlarang'" Astagfirullah!" Aku berucap sepontan.
Read more
Berhenti Bersandiwara
Aku berdiri setelah menampar lelaki menjijikan ini, kutatap tajam wajahnya yang hanya menunduk, mungkin terkejut melihatku seberani ini. Aku mungkin lembut sebagai istri, tapi tak akan berlaku bila aku disakiti!"Dengar baik-baik mas Haris Gunawa, jika kau memang berniat menikahi Mala, ceraikan aku! Menikahlah dengannya setelah itu.""Akan kubicarakan ini pada Bapak, nanti ketika aku ke rumahnya. Sekarang biarkan Bapak dan Emak tenang di rumah ini!" Aku berucap pelan agar tak terdengar diri bawah."Aku tak bisa Dina, aku tak akan menceraikanmu!"Aku berbalik dan menatapnya, apa yang lelaki ini pikirkan!"Jika kita bercerai, aku hanya akan mendapat 20 persen harta ini, itu jumlah yang sedikit dibandingkan seluruh aset keluargamu!"Aku tersenyum sinis, menatapnya lebih dari sekedar jijik sekarang. Dengan tanpa rasa malu, dia bilang dua puluh persen itu sedikit, luar biasa lelaki ini!"Lal
Read more
Sindikat terlarang
Setelah membersihkan diri, aku turun ke lantai bawah. Mas Haris terlihat sudah bersiap ke kantor, aku berjalan melewatinya yang masih merapikan diri di depan kaca ruang tengah.Aku menuju dapur, kuambil ikan yang sudah Emak bumbui kecap di dalam kulkas dan ku masukkan ikan itu ke dalam oven. aku tekan timer dan beralih memanaskan air di dalam ketel.Saat aku berbalik, Lelaki tak tau diri itu sudah duduk di depanku, bahkan memandangku dengan senyumnya."Jangan melihatku jika tak ingin pecah seperti kaca kemarin!"Seketika posisinya berubah, kini ia memandang ke arah meja makan. Membelakangiku!"Aku juga mau sarapan Din!" Ucapnya tanpa sungkan.Hampir saja kulempar talenan padanya, manusia satu ini benar-benar tak tau diri!"Urus makanmu sendiri, jangan mimpi kau bisa makan masakanku lagi!""Tapi itu masakan Emak kan?""Nih, ini masakan Emak, sana makan!" Kusodorkan sebaskom ikan mentah tadi ke atas meja. Kulihat dia berbalik dan nampak kecewa saat melihat isinya."Ini mentah Din!""Baw
Read more
Aku Pulang
"Hallo.."Suara lelaki terdengar, kupegang earphone agar lebih jelas."Uangnya tak ada!" Suara Mala terdengar panik"Tak ada bagaimana. Uang itu sudah mereka kirim!" Lelaki itu kembali bertanya"Kau fikir aku berbohong? "" Mereka juga tak mungkin berbohong!" Lelaki itu berteriak. Aku sampai menjauhkan earphone dari telinga.Aku melihat ke arah yang lain, mereka tampak juga sama terkejut. Kami sama-Sama saling pandanglalu tertawa, entah apa yang lucu dengan situasi ini.Bahkan suasana setegang ini saja, kami masih bisa bercanda. Namun sebentar kemudian kami fokus kembali." Lalu bagaimana?""Apa rekeningmu di blokir?""Bukan bang. Uang itu sengaja di tarik dari bank lain. Mungkin! " Jawab Mala ragu."Bodoh! Kamu disitu, itu rekeningmu, lalu siapa yang melakukan penarikan? ""Aku tak tau, Mereka memintaku melapor jika kehilangan, Apa aku buat laporan saja?" Mala berucap. Tolol !"Ya lapor saja. Setelah itu kau dan kita semua masuk penjara! Perempuan bodoh...tut...tut.."Sambungan terpu
Read more
Bersimpuh Di Kaki Emak
Memutuskan kemari sudah kupertimbangkan saat enam kondom kutemukan dalam koper suamiku. Memutuskan kemari, adalah sesuatu yang telah kupikirkan setiap malam, bahkan meminta pada sang pemilik hidup di setiap sujudku.Memutuskan kemari,sebenarnya melukai rasaku, namun apa yang kuhadapi bukan lagi perkara antara cerai dan hidup bersama. Ini soal kepastian pernikahanku, tentang Mala yang walau dada ini begitu bergemuruh memakinya, secuil iba masih terselip."Nduk.."Suara Emak meluruhkan rasaku, aku bersimpuh di kakinya, menangis hingga dada ini sesak. Jika kau pikir aku masih mencintai Haris, salah! Tangis ini bukan karena cinta, aku menangisi luka yang kugores di hati Bapak dan Emak, aku menangisi rasa malu yang mungkin mereka tanggung karenaku.Bapak mengusap punggung dan kepalaku perlahan, rasa hangat menjalar ketubuh. Rapuh yang tercipta beberapa saat lalu, seolah justeru memberiku kekuatan untuk mengangkat kepala."Tak Apa nduk, menangislah sesukamu, menangislah di sini, di rumahmu,
Read more
Tangis Bulek Ningrum
Assalamualaikum teman pembaca. semoga selalu dalam keridhoan Allah. terimakasih banyak yang masih setia dengan cerbung ini. Insyaallah akan dibuat semakin menarik disetiap part barunya. sebelum baca part ini, Yuk bantu Author subscibe,share dan setelah baca, berikan Juga komentar kalian. Agar author bisa membenarkan bila ada kesalahan dalam penulisan . Salam santu selalu.***Kami mencoba menyusul Bapak, namun tak juga menemukan di mana mobil Bapak atau Pakde Har. Hingga hampir sampai di rumah Bulek Ningrum, degup jantungku beradu dengan ban yang menggerus kerikil.Bapak sudah di sana, namun hanya mobil Bapak ku lihat, tanpa kulihat mobil Pakde Har di pelataran. Emak turun dengan cepat, sementara ku menyusul di belakang. Saat Emak masuk, Bulik Ningrum sudah menangis tergugu, membawa selembar foto yang tadinya bersama foto lain di dalam amplop yang ku bawa.Entah kapan Bapak menyimpan satu untuk di bawa kemari. Ramdan terpaku di pintu, Bapak berdiri saat Emak masuk."Pak, yang sabar
Read more
Pertemuan Keluarga
Sampai di kota tempat mas Haris tinggal, kami sempatkan untuk salat magrib di masjid dekat jalan besar. Saat bertemu setiap kali berhenti, kami hanya saling diam, bicara seperlunya,. Bahkan Bapak lebih banyak menyendiri. Bulik Ningrum lebih lagi, hanya mampu menunduk dengan wajah sembabnya.Kini Mobil kami masuk pelataran rumah besar, ini rumah mas Haris. Bapak turun lebih dulu, disambut perempuan yang sedang menyiram tanaman. Kebiasaan rumah ini memang menyiram tanaman setelah salat magrib. Perempuan itu lalu tergopoh masuk, sebentar kemudian wanita berjilbab besar keluar dari dalam rumah. Aku mengenalnya, dia ibu mertuaku, beliau Baik dan ramah.Lalu Bapak mertuaku pun keluar, menyalami Bapak, Emak, bulik dan mas Pandu. Tiba giliranku mendekat, aku cium takzim tangan mereka, ibu mertuaku mencari sosok lain dalam rombongan, sama seperti Emak mencarinya juga saat aku datang tadi siang. "Mas Haris ngak ikut bu" Ucapku pelan.Bapak mertua mulai menangkap ketidak benaran dalam kedatang
Read more
keputusan
Assalamualaikum teman pembaca, Terimakasih masih begitu setia dicerbung ini. sebelum membaca, minta tolong untuk subscribe cerita cerita ini juga yaa, supaya Author lebih semangat lagi menulis ceritanya.Semoga Teman Pembaca semua selalu dalam keridhoan Allah. Amin.Terimakasih yang sudah subscribe..Selamat membaca teman semua. Salam santun selalu.****Bapak mertua langsung mengambil ponsel, begitu juga Bulik Ningrum. Beberapa kali, mencoba menghubungi, namun tak ada yang memgangkat panggilan dari dua orang tua ini. Jelas tak ada, mereka kan sedang bercinta dirumahku!"Tidak di angkat mas." Bulik Nuning bicara."Haris juga tidak diangkat Buk" Bapak mertua meletakkan ponsel kembali ke atas meja.Kukirim video itu ke ponselku sendiri, lalu menyalakannya dan menaruhnya di atas meja. Menunjukan pada mereka apa yang membuat panggilan yang di buat terabaikan."Tidak akan di jawab ya, jelas saja, mereka sedang bersama di rumahku." Ucapku pelan.Kuletalkan ponsel di atas meja, memperlihatk
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status