Semua Bab Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya: Bab 51 - Bab 60
185 Bab
Damai
Ada yang mau menjelaskan sesuatu pada orang tua ini?" Kalimat Bapak terdengar seperti eksekusi mati di telingaku.Setelah makan malam, kami semua di panggil Bapak duduk di ruang tengah. Bapak menatap kami satu persatu. Menunggu siapa yang akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mas Ramdan yang harusnya ikut bicara terlihat juga tenggah mengatur takutnya sendiri. Aku mengatur napas dan mempersiapka diri sebelum menjawab pertanyaan Bapak. Takut jika sedikit saja salah, ini akan menjadi panjang."Kami teman bermain game, teman bercerita, bahkan teman menyelesaikan masalah apapun"Rock dengan percaya diri menjelaskan. Dia tak tau saja bagaimana watak Bapakku. Dia kira lelaki didepannya itu mudah di taklukkan?"Teman game? Sejak kapan?"Mata marah itu kembali menatap kami satu persatu."Tujuh tahun lebih pak. Kami minta maaf jika Bapak baru tau"King kini menjelaskan. Aku juga yang salah, merahasiakan mereka semua dari Bapak. Aku tau Bapak marah karena aku terlalu banyak merahasiakan mereka.
Baca selengkapnya
Antara Dua
Hay semesta, masih bisakah aku melukis cinta?Sebab sayatan lara telah mengoresnya.Adakah aku akan percaya rasa?Bila lukanya masih terasa nyata.Aku, sedang bicara ruang yang pernah tercabik.Yang sembuh karena waktu, namun bekasnya tak juga hilang dari rasaku.Hay semesta. katakan, siapa yang mampu membawaku terbang. Merendakan kisah baru yang menutupi lukaku.Menjahit cinta baru yang menata hatiku.Bawa kemari jika dia mampu, membawa sayap patah ini terbang ,merajut mimpi baru yang tak berduri.***Kuremas surat putusan pengadilan di tangan, surat ini datang bersama gugatan harta dari mas Haris dan ibunya. Seperti lelucon memang, mereka datang dengan tangan kosong dan berharap pergi membawa banyak bagian. Konyol! Namun begitulah watak pencuri bukan?Aku menghela napas berat, kini resmi sudah aku menjadi janda, status yang tak pernah terbayang akan ada dalam takdirku. Namun nyatanya, diantara semua pilihan aku justeru memilih yang terpahit untuk di lalui.Mungkin ini yang dirasak
Baca selengkapnya
Desir Dua Hati
Pov BanyuAku berdiri di tepi pantai, tempat yang indah untuk sekedar melepaskan penat. Setelah pertemuanku dengan Dina waktu itu, bahkan dengan keberanian yang berusaha aku kumpulkan, aku utarakan isi hatiku padanya. Aku tak tau apa ini akan berbalas. Aku sudah menahan rasa sejak lama, bahkan hatiku hampir meledak, setiap kali mengingat dulu dia sudah ada pemiliknya.Apa aku salah, jika kesempatan itu datang lagi, lalu aku memperjuangkannya, sebelum kembali pupus karena ketakutanku sendiri?Ya ketakutan, Ketakutan cintaku tak akan berbalas. Ketakutan persahabatan kami akan berubah dan ketakutan dia akan menjauh. Nyatanya, justeru ketakutan itu yang membuatku kehilangan dia. Aku tak ingin lagi hal itu terjadi." Kau mencintai Dina?"Dia sudah datang rupany, lelaki itu berdiri disampingku. Aku bisa melihatnya dari ekor mata ini."Katakan, apa kau mencintainya juga mas?"Aku berbalik bertanya padanya. Dia menatapku dalam diam. Aku pun sama, menatapnya untuk menunggu jawaban. Kini aku d
Baca selengkapnya
Gadis korban perdagangan
Pov Mala"Kenapa kamu tega melakukan itu mama!"Aku mengibaskan pelukannya di kakiku, perempuan yang aku sayangi melebihi hidupku, ternyata begitu banyak menyimpan kebohongan."Maafkan mama Mala, mama sudah menghancurkan hidupmu sayang, maafkan mamamu ini!""Lepaskan aku!"Dadaku sesak mengetahui apa yang sudah dia lakukan dalam hidupku. Kepalaku terasa panas memutar banyaknya kenangan pahit yang aku lalui saat tumbuh menjadi anaknya."Katakan, Mama bilang Pakde tidak pernah mengurusku, bahkan mama bilang pakde tak memberiku biaya untuk hidup. Tapi sekarang mama bilang, Pakde mengurusku sejak kecil. Di mencukupi kebutuhanku, memberiku nafkah sebagai pengganti papa, lantas kenapa aku harus menjual diri!""Maafkan mama Mala, mama salah. Ampuni mama!""Jangan menyentuhku! Apa maksud mama?""Mama berbohong, mama berbohong untuk membuatmu bekerja Mala." Mama menatap sayu wajahku, namun aku tak lagi punya rasa iba kepadanya.Aku mundur menjauh darinya, aku tak pernah menyangka, ibu kandungk
Baca selengkapnya
Surat Dari Mala
Bulan hari ini tertutup awan, bahkan udara dingin menjalar masuk kedalam kamar. Aku masih terduduk menerima telphone dari King, entah mengapa hatiku selalu berdebar saat menyebut namanya. Banyu ah, mungkinkah hati ini telah terganti?Dia membuatku nyaman bercerita, dia bahkan mengerti, bagaimana memperlakukan hatiku yang pernah patah." kapan masa iddahmu selesai?"Kalimat itu mampu membuat hangat menjalar di dadaku."Entah, masih sebulan mungkin. Rasanya baru beberapa hari surat itu datang.Dia justeru tertawa. Memperlihatkan satu lesung pipinya, yang tak pernah benar-benar aku perhatikan."Kenapa tertawa?"Aku pasang wajah tak suka melihatnya begitu."Sudah dua minggu ini Kau masih bilang beberapa hari?"Aku membelalak. Dua minggu? Apa secepat itu?"Tak terasa ya? Kadang memang waktu berjalan cepat, terlebih jika kita bersama orang yang tepat."Dia memasang wajah mempesona. Ah, aku meleleh. Tapi tak mau terlihat olehnya. "Jangan berlagak penting dihidupku. Kamu tidak sesepesial it
Baca selengkapnya
Lembaran Baru
Aku kini berada di tempat ini, menemui gadis yang dulu mengisi masa kecil yang indah bersamaku. Aku, Bapak dan Emak, duduk di ruang tunggu yang tak terlalu besar. Saat pintu terbuka, gadis itu perlahan berjalan mendekat.Aku memandangnya, dia tampak tak percaya pada dirinya sendiri. Ya Allah, mengapa tubuh itu kini terlihat begitu kurus. Aku berdiri, mendekatinya, dia nampak bimbang dalam ketakutan. Kulihat tangannya saling meremas, sepertinya dia dalam kebimbangan.Kupandang lekat wajah kecil itu, bulir bening membasahi pipinya. Rambut pendeknya terlihat tak tersisir rapi, perutnya kini terlihat semakin membuncit, dia masih terus menundukkan kepala."Kamu jahat Mala! Kamu jahat pada mbakmu ini."Aku guncang pundaknya pelan, dia hanya terisak. Aku tarik dia dalam pelukanku. Ya Allah, adik kecilku telah kembali.Dia juga menangis kini, tubuhnya beeguncang dalam dekapanku."Teganya kamu menyimpan semuanya sendiri Mala, Kenapa kamu begitu jahat denganku!"Aku berteriak meminta penjelasa
Baca selengkapnya
Pertemuan Kecil
Pov Banyu"Sudah lama sekali Bapak tidak kepantai le."Bapak berucap saat melihat pantai di sebelah kanan kami. "Nyaman ya pak, melihat birunya laut. Bapak dulu sering ke pantai?"Bapak hanya tersenyum. "Iya, Bapak besar di pesisir pantai.""Bapak bukan asli orang Solo?""Bukan, Bapak tinggal di pesisir pantai. Orang tua Bapak nelayan, kami hidup dalam banyak kesulitan le."Aku terkejut, kisah ini tak pernah Dina ceritakan. Dan aku memang tak pernah bertanya asal usul orang tua Dina."Saya juga pernah hidup sulit pak."Bapak tertawa."Kesulitan apa yang bisa di dapat putra mahkota sepertimu le? Bapak tau, kamu pewaris tunggal Amarta Group kan?""Bapak baca di mana?""Di artikel, wajahmu tampan sekali di sana"Kami tertawa, meski aku jadi sedikit tersinggung. Memangnya wajah asliku tak setampan foto artikel itu?"Yang Bapak lihat hanya foto dewasa saya. Tidak akan ada foto remaja saya di artikel"Bapak terdiam, seperti sedang menginggat kembali."Iyaa, semua hanya foto dewasamu. Meman
Baca selengkapnya
Jangan Berhenti King!
King mengajakku berjalan menyusuri pantai, aku menikmati sore kami di sini. Nyaman sekali, merasakan kaki menginjak pasir dan wajah diterpa air laut yang lembut, angin bahkan membelai jilbab panjangku."Bagaimana keadaan Mala?"Aku menghela nafas. Membayangkan kembali keadaan gadis itu. Dadaku terasa sesak."Dia baik, hanya kurus dan terlihat seperti bukan Mala""Dia sudah melalui banyak hal ya, Aku terkejut mendengar ceritamu subuh tadi."Aku tersenyum, serasa ada luka mengagga dalam dada ini. Ia, dia melalui banyak hal karenaku. "Aku tak pernah membayangkan, kehidupan Mala ternyata begitu perih. Jika saja aku tau lebih awal, mungkin aku tak akan membalasnya Banyu.""Tidak apa Dina, kamu dan Mala bisa memperbaiki semuanya kan?"Aku menganggukkan kepala."Iya, aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku akan merawat anak Mala untuk menebus rasa bersalahku juga padanya."King terlihat tersenyum, dia memandang laut yang biru, lalu kembali menatapku."Aku tak keberatan, aku juga akan me
Baca selengkapnya
Minta Harta Gono-gini? Nanti Dulu!
"Ndok, eneng dayoh"(Ndok, ada Tamu)Aku sedang asyik memberi makan semua ikan di belakang saat Emak tiba-tiba memanggil."Sinten Mak?"(Siapa Mak?)"Ibune Haris, koe ndang salin kelambi."(Ibunya Haris. Kamu cepat ganti baju)"Ngeten mawon Mak."(Begini saja mak)"Ora apek ndok, arep kepie-kepie, ibu e Haris kui tetep wong tuomu."(Tidak bagus ndok. Bagaimanapun, ibunya Haris itu tetap orang tuamu)"Njeh Mak, Dina gantos riyen."(Njeh Mak, Dina ganti dulu)"Iya wes ndang kono, emak nyelok Bapakmu neng kandang sapi disek."(Iya sudah sana, Emak panggil Bapakmu di kandang sapi dulu)Bergegas saja aku mengganti bajuku di kamar. Sebenarnya bajuku tadi tak buruk, hanya bagi Emak, menemui orang yang lebih tua dengan daster itu tak sopan.Aku ke depan, hanya ibu mas Haris dan seorang lelaki duduk di ruang tamu. Sepertinya Emak dan Bapak belum kembali.Aku menyalami Ibu mas Haris, dia menerima tanganku meski enggan menatap. Aku hanya tersenyum tipis, melihat tingkahnya yang tak menunjukkan k
Baca selengkapnya
Inikah Karmamu Bulek?
Hari berganti bulan, tak terasa sudah tiga bulan setelah putusan sidang datang. Aku sering mengunjungi Mala. Perutnya semakin membesar. Hubungan kami juga semakin membaik, dia jadi terbuka padaku.Bulek Ningrum tak pernah terlihat sejak terakhir menemui Mala. Beberapa kali aku coba hubungi. Bahkan dua kali aku kerumahnya. Namun rumah itu nampak kosong. Daun kering bahkan menyebar di pelataran. Menjadi jawaban bahwa bulek tak pernah pulang.Menginggat watak bulek yang sangat perfeksionis, rasanya tak mungkin membiarkan halamanya, bahkan terlihat seperti tempat penampungan sampah."Mak, hari ini bawa masakan apa?"Aku membuka tempat makan dimeja. Capcay hati ampela, sambal goreng kerni dan ipor ayam suwir dan acar, terlihat didalam kotak makanan."Kemarin Mala pengen nasi rames. Nasi seperti di tempat orang nikahan katanya. Jadi meruput pagi tadi Emak sama mbak Warsi masak besar""Iyoo mbak Din, gawene wae sek nyicil kawet wingi""Nggak apa mbak. Yang penting rasanya" kuberikan dua jemp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status