Semua Bab Kuretas Hidup Suamiku Dan Simpanannya: Bab 21 - Bab 30
185 Bab
Inilah Aku
Menempuh perjalanan dari subuh. Aku tiba di kotaku tinggal, saat matahari sudah tinggi. Aku segera menuju rumah. Tak Sabar rasanya bertemu merek berdua.Aku memilih lebih dulu berangkat. Sementara Bapak masih menunggu rombongan keluarga mas Haris yang masih meributkan keputusanku semalam untuk berpisah.Dari Madiun aku langsung menuju purwakarta, Tanpa mampir kesolo untuk mengambil mobilku. Aku masih bersama mas Pandu, diantar sampai Purwakarta. Bahkan karena memgantarku, Mas Pandu menambah cuti dua hari. Maaf ya mas, adikmu ini banyak merepotkan.Sampai dihalaman rumahku. Aku masuk dengan perasaan tak menentu. Aku tau mereka pasto sudah tak dirumah. GPS mereka menunjukkan sedang ditempat berbeda. Yang membuatku tak menentu adalah keadaan rumahku yang sudah seperti rumah tanpa penghuni. Berantakan!Apa saja yang sudab mereka lakukan disini?Setelah membersihkan diri, aku turun kembali ke bawah. Aku memasak beberapa bahan yang ada didalam kulkas. Dan sepanci besar Rawon daging dan mend
Baca selengkapnya
Pembalasan Cantik
"Artinya anak ibu hanya menumpang disini!. Jadi jangan merasa berhak atas apapun. Terlebih dengan mudahnya anak ibu, membawa selingkuhannya tidur dirumah ini. Memalukan!"Semua terkejut mendengar ucapanku. Aku yang pendiam, penurut kini menjadi berani bicara."Jangan begitu Dina, Hartamu juga Harta Haris. Kalian kan sudan menikah""Iya, lalu selingkuhan Mas Haris juga jadi harta bersama begitu? Maaf ibu, Dina tidak terima barang murah!"Aku berdiri dan memandang Mala dengan tatapan jijik."Berdiri kamu!" Ucapku menunjuknyaMala membuang muka. Nampak engan beranjak."Berdiri!" Kulempar Kotak tisu tepat kewajahnya. Mala berdiri dan menatapku tak suka."Jangan membuatku Marah!"Ucapnya memgancamku. Dia fikir aku takut?"Aku mau bicara sendiri denganmu!""Permisi Bapak, Emak. Dina masuk"Bapak memberiku isyarat tangan, tanda mempersilahkan kami masuk.Aku berjalan masuk kekamar tempat Mala bermalam. Kutunggu dia berjalan masuk. nampak enggan tapi tetap berjalan.ibu dan Bapak mertua na
Baca selengkapnya
Kebohongan Bulik Ningrum
Aku duduk di kursi makan, saat kemarin hari begitu panjang dan semalam tidurku begitu nyenyak. Bulek Ningrum masih mendiamkanku sejak semalam, aku tau hatinya sakit melihatku mengusir Mala. Semalam bulik sempat bertanya, apakah memang Mala tak ada artinya untukku, hingga teganya aku mengusirnya dari rumah ini. Saat itu aku bilang, Bulik bisa hubungi Mala, tanyakan juga padanya apakah memang aku ini tidak ada arti untuknya, sehingga dengan teganya dia merusak kepercayaan kami semua dan bulik bergeming menatap ke arah lain.Emak memasak gulai ayam dan empal gentong sejak subuh tadi, aku bahkan berebut dengan mas Pandu untuk menghabiskannya, saat ini yang tersisa hanya kuah dan sambal kecap di meja. "Mas, Mbak, Ningrum mau pulang saja." Bulik sudah berdiri di dekat tangga dengan tas bajunya yang tak terlalu besar."Disini dulu lah, kita pulang bersama besok. Setelah Dina membereskan semua pakaian Haris dek!"Emak mendekati bulik yang sudah berdiri dengan rapinya. Bulik bahkan tak ikut
Baca selengkapnya
Hay Team!
Hari yang lelah! Mengangkut semua barang yang ingin kusingkirkan ternyata menyita banyak tenaga dan waktuku. Terlebih hingga malam menjelang, bulik Ningrum masih saja berpura-pura menangis, dan sedih. Seperti sekarang, dia duduk sendiri di taman depan."Sedang apa bulik?" Aku duduk disamping Bulik Ningrum. Dia nampak terkejut dengan sapaanku, masih terdiam, bulik memandangku lalu berdiri. Bulik berjalan tanpa memperdulikanku."Jangan berpura-pura lagi bulik! Dina sudah tau semua rencana Bulik dan Mala!" Ucapanku berhasil membuat langkahnya terhenti."Rencana apa maksudmu?""Rencana apa? tentang mas Haris yang ternyata bulik sudah tau sejak lama, tentang Mala yang hanya berpura-pura baik padaku selama ini, dan tentan memeras Bapak, juga berharap warisannya!""Jangan bercanda nduk, Bulik tidak paham!""Sudah bulik, cukup! Bulik bisa berbohong di depan semua orang, tapi di depanku, jangan berharap Bulik!""Lalu apa maumu?" Bulik tak memandangku, namun suaranya terdengar jelas."Pergila
Baca selengkapnya
Pencuri Tebal Muka
Aku akan pergi ketoko mabel saat sebuah motor memasuki hamalanku. Laki-laki dengan motor sport nya. Kini dia membuka helm dengan rambut tergerai lalu tersenyum padaku."Anik?" Aku hampir saja pingsan, kupikir dia laki-laki, ternyata Anik, anak bungsu mak Rom. Ya Allah dunia terbalik!"Assalamualaikum mbak Dina!" Gadis berambut bak model iklan shampo itu kini memberikan tangan untuk kujabat."Waalaikumsalam. Anik?""Iya mbak Dina, masak lupa?""Bukan lupa, mbak terkejut. Kok kamu naik motor begitu?""Iya mbak, hoby. Itu motor mas Arifin, anik pinjam pumpung yang punya belum pulang!" Kini dia tertawa cekikikan. Arifin adalah anak mak Rom yang ke tiga, sudah lima tahun kerja di Taiwan. Tak heran jika uangnya banyak, Dia masih 25 tahun dan belum berkeluarga."Mbak Dina mau pergi?"Anik membuyarkan lamunanku."Iya, mbak mau ke toko, sekalian belanja. Eh, ayo masuk dulu!" Aku mengajaknya masuk ke rumah."Emak di halaman belakang dek, merawat tamanan. Duduk dulu!" Aku menyuruhnya menunggu
Baca selengkapnya
Setrategi !
Pagi ini, setelah sholat subuh. Aku berlari pagi disekitar rumah. Hal yang semenjak menikah tak pernah lagi aku lakukan. Hidupku sibuk dengan urusan perut Haris sebelum berangkat kerja. Kini kebebasan itu kembali aku dapat.Sekarang setelah sarapan dan mandi, aku bersiap pergi."Mbak Din mau kemana?" Anik yang sedang menguras kolam ikan menghentikan kegiatanya. Menatapku dengan wajah penuh tanya."Ada urusan. Jaga Emak ya An. Besok mbak ajak ke toko mebel sekalian belanja. Kemarin, mbk ngak sempat belanja"Aku memberitahunya. Kalau-kalau dia berharap aku ajak jalan- jalan selama disini. Dan lagi memang aku belum berbelanja kemarin. Kepalaku terlalu pusing memikirkan kelakuan Mas Haris.Anik kulihat hanya menganggykkan kepana dan sibuk menyikat kolam kembali.Aku berjalan kehalaman belakang. Melihat Emak kali ini ternyata hanya duduk di kursi dengan teh hangat dan bolu dimeja."Assalamua
Baca selengkapnya
Ketahuan
Tepat pukul dua siang, mereka sudah kembali kemarkas. Rock berteriak girang seolah baru saja lepas dari malaikat maut. "Ini benar-benar membuatku bersemangat Queen!"Rock terdengar sangat antusias. Dia berjalan masuk bagai gladiator yang barusaja memenangkan pertarungan tunggalnya."Good Game Rock! " Siku kami saling bertemu. Rock menyambut dengan senyuman."Hay Sky, are you okey?""yeaa. Itu lebih seru dari permainan game" Sky tertawa lalu duduk dikursinya."Jangan senang dulu kawan. Ini baru awalnya"Rose memperingatkan."Kalian ingin istirahat dulu? makan siang?" Aku menanyai mereka. Semua menggelengkan kepala kecuali Rock."Ayolah kawan-kawan. Aku baru saja beli dua belas bungkus nasi padang, tanpa menyentuhnya satupun. Sekarang saat jam makan,kalian mengeleng bersamaan. Apa kalian tak lapar?" Rock terlihat sangat serius. Bahkan  wajahnya seper
Baca selengkapnya
Menunggu
"Keluarlah din., Mala akan segera datang. Dia sedang berbelanja, aku tak ingin dia salah paham"Aku tertawa, sungguh menertawai nasibku sendiri. Bukankan aku yang istri sahnya? Tapi lelaki ini justeru memintaku pergi karena takut selingkuhanya salah paham. Dunia yang lucu!" Tak tau malu! memang kenapa kalau dia salah paham? Kau takut juga diusir dari sini?""Manamungkin Mala melakukan itu!""kau yakin Mala perempuan baik untukmu?""Apa maksudmu Dina? kau cemburu?""Aku, Cemburu?" Aku tertawa lepas. Bahkan yang tersisa hanya rasa jijik. Bagaimana bisa aku cemburu."Aku hanya bertanya apa kau yakin Mala perempuan baik? Bukan karena aku cemburu. Tapi aku tau dia lebib dari dirimu""Mala perempuan baik. Paling tidak dia ada saat aku sulit. Bukan sepertimu yang mengusirku tanpa berfikir!""Aku mengusirmu justru karena aku masih sehat berfikir mas. Rasanya kamu pantas mendapatkan itu" Aku kini berjalan membuka kamar pertama."Jangan masuk!" Mas Haris menutupnya dengan cepat. Aku tepis tang
Baca selengkapnya
Assalamualaikum Ibu Mertuaku
Pagi ini setelah subuh aku melihat video terakhir di gudang, mereka mengirim paket itu setelah di masukkan bungkusan. Bungkusan yang tak dapat kulihat isinya karena tertutup lapban berwarna coklat.Benda itu masuk di antara kotak jam dan tempat jam. Ternyata ada celah di sana untuk menyimpan sesuatu sebesar ibu jari. Aku jadi teringat sesuatu, Kotak jam itu juga kulihat di gudang rumah Mala, ada diantara tumpukan barang pecah namun masih bisa aku pastikan itu adalah kotak jam yang sama. Aku sudah tak mungkin lagi kesana, tak ada alasan apapun aku datang ke sana. Aku kini melihat juga rekaman di rumah Mala, aku pilih yang kupikir penting dan aku percepat ke Pukul 11 malam.Rumah sudah sepi kulihat, di kamar mereka sedang memadu kasih. Terlihat diantara remang cahaya dari lampu di luar jendela. Aku beralih keluar dari CCTV jalan, dan melihat sebuah mobil jib berhenti cukup lama.Dua jam mereka di sana dan akhirnya masuk lewat dini hari, Mala keluar membuka gerbang dan seorang lelaki y
Baca selengkapnya
Memberi Pelajaran
"Assalamualaikum ibu mertuaku"Sapaku memberinya senyuman tercantik."Dina, Kamu ada di sini?"Ya Allah, kok aku takut jantungnya kambuh karena terkejut. Maafkan Dina ya bu, sudah merusak rencana pamermu!"Lho kan memang Dina yang punya toko ini. Ibu lupa ya?" Aku tersenyum mendekati mertuaku.Tubuhnya mendingin, keringatnya kini terlihat di pelipisnya, padahal tempat ini ber AC, asihan sekali ibu mertuaku ini"Oh ini menantu jeng Lasmi, cantik sekali ya!"Seorang wanita seusia ibu mertuaku mendekat dan menyapaku ramah.Aku juga tersenyum ramah padanya."Iyaa bu, alhamdulillah" Hanya itu jawabku."Bu Lasmi bilang kita bisa dapat diskon kalau belanja di sini. Saya mau beli banyak soalnya mbak, anak saya mau pindah rumah"Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala mendengar. Sebenarnya mereka ini siapa sih, Kok tiba-tiba datang minta diskon!"Kalau boleh tau, ibu-ibu cantik ini siapa ya? Kok saya baru lihat." Aku bertanya saking penasarannya."Walah, Jeng ngak bilang to kita mau ke sini?""S
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status