All Chapters of Hati yang Terbagi : Chapter 11 - Chapter 20
147 Chapters
Bab 11
Grup rempong heboh dengan cerita dari Lea, walau Lea hanya seakan melempar berita dan akulah yang menjawab semua pertanyaan dari teman-teman yang penasaran dengan apa yang terjadi.[Udahlah, Lin. Buat apa lagi bertahan. Udah mand*l, tukang selingkuh lagi. mending bawa sini, biar aku kiloin di Mang Didin.] Ketik Dea.[Ish, kamu jangan sadis gitu. Kalau dikiloin paling cuma buat makanan kucing, sini aku bawa ke penangkaran buaya, biar buaya ngerasain makan daging sesamanya.] balas Anggi.Aku terkekeh."Kamu sih, Lea, segala dilempar ke grup." sungutku."Ya, nggak apa-apa, biar tuh grup rame, nggak anyep kayak hidup gw." sahutnya."Yang bikin anyep kan kamu sendiri. Punya suami, bukannya diintilin kemana pergi, malah dibiarkan sendirian di luar kota.""Ah, yang namanya nasib walau kita ikutin ke mana pergi, kalau emang sudah dasar buaya tetap aja kita kena apesnya."seloroh Lea."Iya, sih kayak aku." "Eh, sorry, gw ga nyindir elu lho.""Gapapa, tak perlu merasa bersalah gitu. Kenyataan m
Read more
Bab 12
"Maaf Tante, Alina ga bisa. Sekali lagi Alina minta maaf."Wajah Tante Irma tampak kecewa. Tapi, aku tak bisa datang sekarang. Aku yakin di sana ada Mas Gunawan dan perempuan itu. Rasanya hati ini belum sanggup melihat mereka. Walau lisanku berkata sudah bisa move on dari Mas Gunawan, tapi jujur saja hati ini nelangsa."Baiklah, kalau itu menjadi keputusanmu, Nak. Tante tidak akan memaksa. Tetapi, jika nanti kamu berubah pikiran dan ingin bertemu Mama mertuamu, kabari Tante. Biar Tante yang atur agar kamu tak bertemu dengan Gunawan. Tante paham, kamu pasti sangat sakit hati."Tante Irma menggenggam tanganku, erat."Percayalah, Alina semua tidak seperti yang kamu pikirkan.""Maksud Tante apa? Mas Gunawan jelas-jelas selingkuh di belakangku. Bahkan sekarang dia terang-terangan membawa wanita itu ke hadapan Mama. Apa itu masih kurang untuk membuktikan lelaki itu bukan lelaki yang baik.""Alina, cobalah bicara baik-baik dulu dengan suamimu. Kalian ini sudah dewasa, selesaikan masalah deng
Read more
Bab 13
Aku keluar dari kamar Mama dengan Hati yang hancur dan penuh luka. "Lin ...""Gapapa, Tante. Alina, gapapa!" Aku mengusap kasar air mata saat Tante Irma mendekat. Perempuan yang selalu kuhormati itu menatapku dengan pandangan penuh iba."Alina, tunggu Gunawan pulang dulu, ya." Aku menggeleng cepat. "Maaf Tante, Alina buru-buru. Salam aja buat Mas Gunawan." Aku memaksakan seulas senyum di bibir.Tante Irma terus merangkulku, itu sudah cukup membuatku merasa punya posisi disini. Karena fakta yang terjadi sebenarnya, tanpa disadari sudah menjadi bumerang untukku sendiri."Alina, kalau ada waktu, saya ingin bicara banyak hal dengan kamu." Kali ini Raisa angkat bicara. Aku menoleh ke arah suara. Perempuan itu cantik, feminim, kerudung maroon yang digunakannya membuat wajah putih bersih itu makin terlihat berseri. Wajar jika Mas Gunawan lebih memilih dia."InsyaAllah!" jawabku singkat."Al, ini nomor telpon saya, nanti saya akan menghubungi kamu."Raisa mendekat lalu menyerahkan sebuah k
Read more
Bab 14
Mobil putihku baru saja mau keluar dari pekarangan rumah Lea, ketika sebuah mobil berwarna hitam metalik hendak masuk. Mobil itu membunyikan klaksonnya berkali-kali. Siapa sih?Aku menurunkan kaca jendela."Hei, Alina!" teriak teman-temanku yang menerbitkan senyum dibibir.Dea, Nabila dan Anggi, mereka datang setelah Lea mengabarkan jika aku akan pindah ke kontrakanku sendiri."Kalian, ngapain?" "Hmm ... masih nanya aja. Kamu yang ngapain, main pergi-pergi aja. Kamu anggap apa kita ini, ha?"seru Anggi, galak."Aku ga pergi jauh, cuma pindah aja. Kan ga enak kalau nanti suami Lea kembali, aku masih disini." ujarku memberi alasan."Halah! Alasan!" decih Lea yang menghampiri kami. Aku menyunggingkan senyum. Sebenarnya alasannya bukan itu. Ada hal yang tiba-tiba mengetuk hatiku, aku ingin berubah dan menjalani hidup dengan caraku sendiri."Dah, ah! aku pamit, ya. Keburu siang.""Eh, main pamit aja. Sini kita anter." Aku tak bisa lagi menolak. Dea telah lebih dahulu naik ke mobilku, seda
Read more
Bab 15
Aku menatap laki-laki itu tak percaya? Semudah itu dia bersimpuh hanya agar aku kembali. Tidak! Aku tak percaya. Pasti dia melakukannya karena Mama, bukan karena cinta. Maaf aku juga ingin bahagia, walau aku tahu tak ada salahnya hidup berpoligami. Tapi, nyatanya banyak pelaku poligami tanpa ilmu yang mumpuni. Dan berakhir dengan saling melukai. Apalagi jika semua dimulai dengan kebohongan, seperti yang Mas Gunawan lakukan."Maaf, Mas. Berdirilah, jangan mempermalukan diri karena sesuatu yang tak akan bisa kamu ubah hanya dengan sebuah sikap seperti ini."Mas Gunawan menatapku, aku pun balas menatap matanya. Jika dia hanya berpura-pura, maka sebentar lagi dia akan membuang pandangan ke arah lain. Benar saja, lelaki itu menoleh ke arah orang-orang yang lalu lalang di gedung itu."Tante, aku duluan, ya." Tanpa kata aku berlalu meninggalkan Mas Gunawan. "Alina, pokoknya aku tak akan menceraikan kamu!" Pekiknya.Aku tak menoleh sama sekali, bagiku mau dia setuju atau tidak, aku tetap aka
Read more
Bab 16
Aku baru saja sampai dirumah. Mengistirahatkan badan di sofa sambil memijit kening yang terasa pusing. Tak menyangka jika Raisa berkata semenyakitkan itu. Apa benar aku ini pelakor? Karena nyatanya aku hadir setelah Mas Gunawan dan Raisa itu menikah lima tahun lalu? Ya Allah, sama sekali tak ada niat untuk menjadi orang ketiga dalam pernikahan mereka. Aku tertipu.Ponselku tiba-tiba berbunyi, Mas Gunawan, pasti dia akan memarahiku karena telah menyakiti istrinya kesayangannya."Alina! Kamu ini kenapa sih? bisa tidak berbuat lemah lembut pada Raisa. Dia kan hanya mengajakmu berdamai, Kenapa justru kamu menyiramnya dengan jus jeruk? Aku ga habis pikir, Lin. Ternyata kamu se-bar-bar itu."Aku menjarakkan ponsel dari telinga. Suara lantang Mas Gunawan memekakkan telinga. Aku mengerutkan dahi? Apa-apaan?"Eh, Mas! Kamu ngomong apa? Kamu ngigo, ya? yang ada istri kamu itu mengajak perang denganku. Dia yang menyembutku pelakor.""Jangan ngarang kamu, Lin! Raisa mana mungkin berani berkata se
Read more
Bab 17
[Heh! Perempuan Maruk! Kamu itu jangan serakah! Itu ada hakku disana. Kembalikan!!]Wow! Amazing sekali wanita ini. Dari perkataan dan kalimat yang dia ketik, terlihat kalau Raisa ini seperti orang yang tak berpendidikan. Aku malas meladeni.[Surat-surat Mobil Mas Gunawan juga sama kamu, kan? Dasar pelakor ga tau diri. Udah ngerebut suami orang, sekarang hartanya kamu rampas juga.]Pesan kedua kembali masuk. Hatiku mulai panas. Namun, aku terus beristighfar. Tanpa menunggu pesan berikutnya, nomor Raisa pun aku blokir. Walau aku yakin, dia pasti akan meneror dengan nomor lain. Ini sudah dua kali aku ganti nomor untuk menghindari mereka. Aku malas ribut.[Hai Bestie, kita ngumpul bareng yuk, udah lama kayaknya ga jalan-jalan.] Ketik Dea di grup rempong.[Hayuuk!aku ngikut aja.] sahut Nabila.[Hu'um aku juga ngikut, bosen dirumah terus, ngurus kasur, sumur, dapur.] Balas Anggi dengan menyematkan emoticon tertawa.[Eh, kalian kan emang istri-istri Soleha, Jangan ngeluh kalau di rumah kerj
Read more
Bab 18
Apa yang dikatakan Tante Irma membuatku tidak tenang. Meski Mama sebentar lagi bukan Mertuaku lagi, tapi aku tetap menyayanginya. Apa yang harus aku lakukan? Menurut Tante Irma, Raisa sering menolak Tante untuk mengunjungi Mama, berdalih Mama lagi istirahat ."Kenapa Tante tidak marahin dia? Tante kan adiknya Mama." aku gregetan mendengar cerita Tante Irma."Ada Gunawan, Al. Gunawan lebih mendengarkan kata perempuan itu. Pantas Mbak Tety ga pernah menyetujui pernikahan mereka, perempuan itu licik." Nah, kan benar firasatku.Aku sendiri bingung apa yang harus dilakukan. Dengan Tante Irma saja dia berani, apalagi aku, yang bahkan dengan santai dianggap pelakor olehnya."Bagaimana kalau kita pasang cctv secara diam-diam, Tante?" usulku."Caranya? Dia kan selalu dirumah, Al? Pintu selalu terkunci, bahkan sering dia tak menjawab panggilan Tante." ujar Tante frustasi.Ya Allah, sampai segitunya. Aku meremas jariku, gregetan sekali."Nanti Alina pikirkan dulu caranya ya, Tan.""Alina, Tante
Read more
Bab 19
"Pergi sana! Pelakor!" Mulutnya terus mengeluarkan kata-kata kotor.Aku terus mendorong hingga tiba-tiba tak sengaja Raisa terbanting ke belakang.Bugh!perempuan itu meringgis."Ingat, ya! Aku juga punya hak yang sama disini, sampai kami sah bercerai!" Aku menunjuk tajam ke arah wanita itu, belum tau dia aku juga bisa kasar kalau sudah tak tahan. Wajahnya memerah, rambutnya awut-awutan, sebagian menutupi wajah. Raisa mendengkus, untung saja anaknya baru datang setelah kericuhan itu terjadi. Sepertinya dia dikamar memainkan ponsel Mamanya yang tergeletak sembarangan. Hingga saat aku hendak berlalu, ada benda pipih itu ditangan si gadis.Kamar Mama terkunci dari luar, untung kuncinya masih nyantol disana. Astaghfirullah, tega sekali dia.Aku membuka kunci lalu memutar kenop pintu. Seketika bau tak sedap menyeruak masuk ke hidung. Sesosok wanita kurus tengah terbaring, matanya menatapku, tapi tak mengucapkan sepatah kata pun."Ya Allah, Mama ..." Aku berlari menghampirinya. Meraih tan
Read more
Bab 20
Mata Mas Gunawan membeliak melihat punggung Mama dan bagian bawahnya yang melepuh dan terluka. Rahang lelaki itu mengeras."Mas, kamu lihat ini lebam? Tubuh Mama biru-biru, apa kamu yakin jika Mama terjatuh? Sementara Mama sama sekali tak bisa bergerak? Jatuh apa dijatuhkan? Atau jangan-jangan di buat jatuh? Mungkin juga dipukuli karena merasa merawat Mama sebagai sebuah beban." Aku memperlihatkan bagian tubuh Mama yang memang menampakkan lebam biru yang memang agak samar dan melepuh di sebagian tubuh belakangnya.Nafas Mas Gunawan menderu, sambil melirik ke arah Raisa yang wajahnya makin memucat."Mas Sayang, kamu harus percaya aku. Aku ga mungkin menyakiti Mama yang merupakan orang tua kamu. Mamamu juga Mamaku, mana mungkin aku tega berbuat seperti itu." rayuan busuk wanita itu mulai membuat wajah yang tadi siap menyemburkan amarah kembali tenang."Soal punggung Mama, terkadang aku ga kuat untuk mengangkat tubuh Mama sekedar untuk tidur miring. Dan bagian bawah Mama yang luka, kuli
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status