Semua Bab Hati yang Terbagi : Bab 31 - Bab 40
147 Bab
Bab 31
"Tante kita kemana? Jalan-jalan lagi, ya. Kemarin Lala jalan-jalan sama Om ganteng, beli banyak makanan dan mainan." Aku langsung teringat saat Ubay membawa Sabila ke Mall."Trus? Omnya marah-marah ga?""Engga. Omnya baik banget, apa yang Lala pinta langsung dibeliin. Ga kayak Papa. Jarang ajak Lala jalan-jalan."Aku kembali merenung, pasti karena Mas Gunawan harus membagi waktu denganku."Tante, Lala boleh tidak tinggal sama Om dan Tante?""Maksudnya?" Aku langsung menoleh."Lala mau kita tinggal bersama Tante sama Om, tinggal bersama-sama Lala. Lala jadi anak Tante dan Om."Astaga! Bocil, hayalan macam apa itu? Aku juga mau, eh!"Lala, Om dan Tante ga boleh tinggal bersama. Karena kita belum menikah." Aku mencoba menjelaskan dengan bahasa sederhana, walau bicara dengan anak kecil rasanya membutuhkan skill yang mumpuni agar mereka paham apa yang dibicarakan."Oooh, jadi, Om dan Tante baru akan menikah?""Lho, kok?""Iyaa, karena kata Om ganteng. Tante itu calon istri, Om."Aku kemba
Baca selengkapnya
Bab 32
"Bang! Lu kok gitu?"Ubay tak menanggapi Lea. Lelaki itu langsung masuk ke dalam. Aku terdiam, tak tau harus berbuat apalagi.Lea menyerahkan Sabila yang dalam gendongannya padaku, lalu menyusul Ubay ke dalam.Entah apa yang mereka bicarakan. Aku memilih membawa kembali barang-barang Sabila ke mobil."Kita ke rumah Tante aja, ya." bisikku.Sabila mengangguk. Wajah Sabila murung, senyum keceriaan hilang dari wajahnya."Eh, mau dibawa kemana barang-barangnya!" bentak Ubay yang sudah keluar dengan Lea di belakang."Maaf, Bay. Sabila aku bawa kerumahku aja. Biar aku yang jaga." Lirihku."Biar kamu bisa bertemu dengan Bapaknya tiap hari? Lalu kalian balikan gitu?" tudingnya dengan nada rendah tapi cukup membuat perih.Aku melongo? Lea yang sedari tadi memasang wajah cemberut berlari ke arahku dengan senyum yang merekah."Lu! Kelewatan, Bang! Anak orang sampe pucat gitu wajahnya.""Haa, maksudnya?" Aku makin bingung."Nona cantik, sini sama Om ganteng. Katanya mau tinggal bareng sama Om dan
Baca selengkapnya
Bab 34
"Ya, gapapa. Aku kesini juga mau ketemu Lea dan Lala. Mereka ada kan?""Kirain mau ketemu aku." gumamnya.Aku melempar senyum, masih dalam masa Iddah, belum bisa memberi lampu hijau pada siapapun."Apaan, kaga ah, masa pake baju ini!" Lea melempar gamis dress Maxi berwarna mocca itu ke atas kasur. "Coba dulu, Lea. Aku juga memakai baju yang sama.""Emang mau kemana sih? Mau makan malam aja ribet amat, pake kerudung segala kayak mau ke pengajian." Gerutunya."Sssttt ... Pokoknya nurut sama aku, plisss ..."Dengan segala bujuk rayu. Akhirnya aku berhasil membuat Lea memakai gamis itu, dan kerudung pashmina squre dengan warna senada. Setelah salat magrib Lea yang sudah aku dandani berjalan pelan dengan tangan kupegang. Kami semua sudah rapi, tinggal turun menunggu Ubay."Gw kayak pengantin." Kekehnya."InsyaAllah calon pengantin." bisikku."Ah gw kalau ga sama Arsyad, ga mau!""Makanya kamu berubah, ini ngomongnya udah balik lagi kayak Bang Juned!"protesku. Lea kembali ketawa."Ketawan
Baca selengkapnya
Bab 35
POV IgunRaisa hilang, meski dari bukti yang didapat oleh Alina. Raisa hanyalah nama samaran, tapi aku tetap harus mencari dia. Ada banyak hal yang harus kami bicarakan. Dia tak bisa pergi begitu saja, membawa mobil Mama, dan meninggalkan Sabila bersamaku. Berbagai tempat kudatangi, bahkan polisi pun sudah turun tangan. Perempuan itu hilang bak ditelan bumi.Hingga saat melewati kafe hati, aku melihat seseorang yang tiba-tiba saja sangat kurindukan. Alina!Perempuan itu datang dengan temannya dan laki-laki yang menyebabkan aku dipecat dari kantor. Pasti si Haqi yang mengadu pada Pak Adrian bahwa aku punya istri dua. Aarggghh ... Ingin kuhantam kepala laki-laki itu, tapi aku sadar. Dia orang kaya, apa saja bisa dia lakukan padaku, termasuk menyingkirkanku tanpa jejak. Aku terus memperhatikan mereka dibalik kendaraan yang terparkir. Ada Sabila bersama mereka. Rasa didada panas membara. Alina seperti sepasang suami istri yang sedang makan malam bersama teman-temannya.Tak tahan melihat
Baca selengkapnya
Bab 36
Terduduk di bibir ranjang Mama. Aku harus mencari kemana, menanyakan langsung kepada Mama, tentu saja itu tidak mungkin.Aku beralih ke kamar sebelah. Kamar dimana tempat aku dan Alina dulu tidur jika menginap disini. Dan terakhir menjadi kamar Raisa.Sebagian pakaian Raisa masih ada disana. Beberapa baju gamis, dan atasan lengan panjang begitu juga beberapa kerudung yang pernah dia pakai. Pasti perempuan itu sengaja tak membawa pakaian ini karena memang dia pakai hanya untuk menarik perhatian Mama saja.Mataku tertuju pada beberapa lembar pakaian tidur wanita yang berwarna cerah dengan bahan begitu transparan. Sejak kapan Raisa punya lingerie seperti ini? Rasanya selama bersamaku dia tak pernah memakainya. Mataku tak sengaja melihat sebuah kertas yang sengaja diremuk. Aku membuka kertas itu. Beberapa nota pembelian perhiasan, tiket ke bioskop dan ini apa? Kuitansi pembayaran sebuah hotel. Sejak kapan dia menginap di hotel. Aku meremas kertas itu dengan geram. Jangan-jangan selama a
Baca selengkapnya
Bab 37
POV Igun Hatiku berdegup ketakutan. Jangan sampai aku babak belur lagi pulang dari sini."Tenang bro, tenang! Gw hanya mau ketemu Alina karena anak gw dia bawa. Gw mau menanyakan anak gw doang." aku berusaha menenangkan anak buah Alina ini."Gua nggak percaya dengan tampang seperti lu!" Lelaki itu masih dengan posisi siap menyerang."Sumpah! Gw ga akan menyakiti Alina." Aku memelas, berusaha membuat dia percaya."Apa jaminannya lu, ga gak akan membuat kekacauan?""Nyawa gw. Lu boleh menghajar gw kalau gw berbuat onar."Wajah laki-laki itu mulai mengendur. Sepertinya dia mulai mempercayai rayuan dan sumpah palsuku. Meski aku tidak berniat untuk menyakiti Alina. Tapi aku punya keinginan untuk merebut hatinya kembali, baik secara halus maupun dengan cara kasar."Gw pegang omongan lu, ya. Jika sampai Lu membuat kekacauan di sini atau menyakiti Bu Alina, gw bikin sambel roa lu!"Laki-laki itu mengacungkan telunjuknya padaku. Aku mengangguk cepat. Kini kami berjalan beriringan ke depan."D
Baca selengkapnya
Bab 38
Serangan tiba-tiba dari Alina membuatku terjungkal. Kedua pipi terasa panas. Perutku juga teras sakit mendapatkan tendangan dari Alina. "Aku tak butuh laki-laki yang hanya pandai bercocok tanam tapi tak mampu membesarkan tanamannya!" ketusnya lalu berbalik berjalan meninggalkanku.Riuh tawa para pengunjung restoran itu membuat rasa malu sampai ke ubun-ubun. Karyawan resto yang dipanggil Indra justru bersorak sambil bertepuk tangan.Emosi ini membara, awas aja kau Alina. Meski kutahu kau jago beladiri, tapi tetap saja kau perempuan. Jika tak bisa kudapatkan dengan cara baik-baik. Dengan cara kasar pun akan aku lakukan. Aku tak mau hidup menderita terlalu lama. Jika ternyata wanita yang kupertahankan dulu hanyalah sebuah batu dikali yang berkilau karena mentari. Sedangkan Alina adalah permata yang sebenarnya.Sambil memegang perut, aku berjalan menuju jalan besar. Memberhentikan sebuah taksi dan berlalu dari sana.****"Ga habis pikir Tante ini sama kamu, Gun! Bukannya jaga in Mbak Tet
Baca selengkapnya
Bab 39
Pintu dibanting kasar. Aku yang belum paham apa yang terjadi, masih terdiam ditempat."Papa, mau seperti teman Papa itu? Papa mau aku laporin ke Mas Adrian kalau Papa mendukung dia untuk punya istri dua?" Bentak Mbak Agustin kencang hingga terdengar sampai keluar.Memang Pak Adrian masih ada ikatan saudara dengan istri Farhan. Cari mati emang Farhan dengan menyembunyikan Rika ditengah-tengah mereka. Sudah tau istri galak, dan saudaranya adalah bos tempat dia bekerja. Tapi, masih punya nyali untuk berbagi hati."Engga, Ma." "Kalau gitu ga usah sok ramah sama dia!" "Tapi, dia kan teman Papa, Ma!""Teman bawa penyakit.""Ma, jangan begitu. Poligami itu boleh."."Iya, boleh bagi yang mampu, bagi yang istrinya sudah punya pemahaman ilmu. Kalau ga mampu untuk adil dan ga punya ilmu untuk itu, ga usah sok-sok an. Pokoknya, Mama ga mau dia bertamu lagi kesini."Setelah bentakan itu, sepi, tak terdengar suara lagi. Hingga tak lama suara cekikikan istrinya Farhan membuatku harus segera angkat
Baca selengkapnya
Bab 40
"Ga, banyaklah, sepuluh juta cukup.""Hah! Gila kamu, Gun! 10juta?kamu mau memeras aku?""Eits, sabar dulu. Kamu tau, aku sekarang pengangguran. Setidaknya kamu membantu untukku tetap hidup."Dengan berat hati Farhan mengirimkan uang sebanyak 10 juta padaku. Lumayanlah untuk menyambung hidup beberapa hari ke depan.Aku pun turun dari mobil Farhan. Lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah Rika. Istri kedua Farhan itu tinggal di Depok, jauh dari keramaian kota. Setelah menaiki KRL, aku melanjutkan perjalanan dengan naik angkot. Dan harus disambung lagi dengan menggunakan ojek.Hampir dua jam perjalanan. Aku pun sampai pada sebuah rumah minimalis berpagar hitam. Satu-satunya rumah yang terlihat lebih mewah daripada rumah di sekitarnya. Ternyata disini Farhan menyembunyikan perempuan keduanya itu.Aku membunyikan bel yang berada di luar pagar. Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh berlari ke arahku."Nyari siapa, ya?" Tanyanya ramah."Rika--nya ada?""Oh, Bu Rika? Ada. Ini dengan siapa
Baca selengkapnya
Bab 41
"Oh, kabarnya sudah dibawa pulang untuk dimakamkan." Jawaban perempuan itu sontak membuat tungkai kakiku lemas.Ya Tuhan ... Mama sudah meninggal? Tak mungkin, tadi pagi Mama masih baik-baik saja. Mama tak boleh meninggal secepat ini.Dengan sisa tenaga aku berlari keluar rumah sakit, aku bahkan sampai lupa bertanya pada suster yang merawat Mama, padahal aku berpapasan dengannya. Dalam benakku, aku harus segera pulang dan menemui Mama sebelum dimakamkan. Air mata mengaburkan pandangan. Jika Mama tiada, tak ada lagi orang yang menyayangiku. Hanya Mama satu-satunya yang mengerti perasaanku. Alina dan Siti juga sudah pergi."Pak, ngebut! saya buru-buru!" titahku pada supir taksi yang kini aku tumpangi. Suaraku parau karena menahan sesak di dada. Tanpa mempedulikan sang sopir yang kebingungan aku terus menangis, meraung menyesali diri."Lagi patah hati, ya Mas?" Tanyanya. "Mama saya meninggal, Pak." sahutku. Sempr*l patah hati gimana, bahkan hatiku sudah hancur karena ditinggal dua ist
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status